Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sepotong Cinta di Stasiun Tugu

anakpatirsa's picture

Sejak tadi, Pak tua itu sudah memperhatikan sepasang kekasih yang duduk dekat pintu masuk ruang tunggu. Menunggu Argo Lawu yang sebentar lagi singgah dalam perjalanannya dari Solo ke Jakarta. Ia tadi mendekati mereka, menawarkan dagangannya. Si cowok memberi isyarat dengan tangan, Jangan ganggu kami. Si gadis hanya menoleh sekilas, diam seribu bahasa.

Pak tua berkata jengkel dalam hati, "Segera menikahlah, kalau tidak, pasti tidak jadi. Puluhan tahun kulihat orang berpisah di dekat rel tanpa pernah melihat wajah mereka lagi."

Ia tahu apa yang ia ucapkan. Mencari nafkah di stasiun--melihat ribuan wajah setiap hari--membuatnya mampu mengingat wajah-wajah itu. Puluhan tahun tidur di selembar koran membuatnya bisa mengingat ribuan wajah. Bahkan bisa mengetahui wajah mana yang pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Setiap tahun, ia selalu melihat pasangan kekasih yang tidak pernah sekalipun melirik dagagannya ini. Di bulan Desember, ia selalu melihat si cowok mengantar pacarnya kesini.

Hari ini beda. Dari besarnya tas di bawah bangku, ia tahu si gadis pergi untuk terakhir kalinya.

Pak tua tidak pernah belajar biologi. Ia tidak tahu arti simbiosis. Ia tidak tahu, kadang ada simbiosis tertentu juga saat orang jauh dari orang tua. Ada simbiosis mutualisme, hubungan saling menguntungkan. Ada simbiosis parasitisme, satu untung, pacar rugi. Ada simbiosis komensalisme, satu untung, pacar tidak rugi. Terakhir, ada simbiosis amensalisme, satu rugi, tetapi satunya juga tidak dirugikan.  Pak tua tidak tahu istilah-istilah itu, ia hanya tahu, sepasang kekasih ini saling mencintai. Bisa ia lihat karena biasanya seorang cowok mengantar gadis yang berbeda setiap tahun, atau sebaliknya.

Pak tua juga tidak tahu apa yang ada dalam pikiran sepasang kekasih yang kadang-kadang menoleh ke belakang ini, menoleh ke arah jam besar di atas pintu masuk. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah sepasang kekasih ini mengerti lagu Stasiun Balapan-nya Didi Kempot? Mungkin tidak, banyak pendatang yang tidak suka campursari.

Ia sama sekali tidak tahu, pikiran si gadis sedang berkecamuk. Memikirkan kelanjutan hubungan ini. Kekasihnya akan pulang ke kota asal, dan ia sendiri pulang ke rumah orang tuanya. Mencari pekerjaan di sana. Sang kekasih juga punya pikiran yang sama. Apakah mereka bisa  melanjutkan hubungan ini? Banyak hal yang harus dipikirkan. Mereka saling mencintai, itu benar. Tetapi demi masa depan, mereka harus berpisah dulu. Apakah bisa bersama lagi? Itu belum ada jawabannya. Mereka sama-sama sudah melihat apa yang terjadi dengan para kakak tingkat yang sudah lulus. Pulang ke daerah asal masing-masing, lalu putus dengan sendirinya.

Hanya saja, kata putus itu tidak boleh diucapkan saat perpisahan seperti ini.

Seperti sebuah persahabatan, hubungan seperti ini tidak boleh mengenal kata putus.

Persahabatan, ada yang mengatakannya lebih murni dari cinta. Sesuatu yang lebih murni juga mengenal kata putus, namun jarang ada yang mau mengucapkannya. Seorang sahabat akan melakukannya dengan 'elegan', menjauhkan diri dengan cara yang benar-benar sangat halus.

Sebuah persahabatan hanya boleh berakhir melalui hubungan yang merenggang karena jarak dan waktu. Jarang sekali ada sahabat yang datang berkata,  “Maaf, persahabatan kita hanya sampai disini.”

Cinta, itu juga bisa diakhiri dengan cara seperti ini.

Pak tua kembali memandang sepasang kekasih di depannya. Merasa kasihan.

Tetapi ia tidak berani mendekati keduanya.  Mereka hanya akan mengira mau berjualan saja.

Pak tua tidak pernah sekolah tinggi, tetapi bisa ia tilik sepasang kekasih ini saling mencintai. Pak tua tidak pernah lulus SMP, tetapi ia tahu, cintapun tidak cukup menyatukan dua anak manusia yang bertemu di sebuah kota pelajar.

Ia mempelajari teori ini di sebuah universitas bernama Stasiun Tugu.

Pak tua tidak tahu nama sepasang kekasih itu, juga tidak tahu cerita boneka itu. Si cowok menjanjikan satu boneka setiap Valentine. Hadiah pertama hanya setangkai bunga plastik dalam sebuah vas yang terbungkus tabung plastik. Hadiah kedua dan seterusnya, berupa boneka beruang. Boneka pertama, beruang putih mungil imut, hanya sebesar genggaman tangan.  Boneka kedua, beruang putih setinggi sepuluh sentimeter yang sedang memegangi setangkai bunga. Boneka ketiga, beruang putih setinggi dua puluh sentimeter. Terakhir, beruang setinggi tiga puluh sentimeter yang sedang memejamkan mata. Terbungkus mantel merah jambu, boneka imut yang sangat indah.

Pak tua juga tidak pernah tahu, si gadis bercerita pada teman satu kos, “Nanti akan ada beruang setinggi setengah meter, akan menjadi ayah semua boneka-boneka ini.”

Pak tua tidak tahu, teman-temannya hanya tersenyum. Hati kecil mereka juga berharap itu bisa jadi kenyataan. Sayangnya mereka melihat kejadian-kejadian yang sama selalu berulang setiap tahun. Juga menyadari, suatu saat, saat kelulusan, mereka juga mungkin akan mengalaminya sendiri.

Saat kereta itu berangkat, Pak tua masih bertanya-tanya, apakah sepasang kekasih itu tahu akan berpisah selamanya. Si gadis tampak menangis. Sebuah tangisan sedih. Pak tua tidak tahu, hati kecil sang gadis begitu terluka. Naluri perempuannya mengatakan ini mungkin pertemuan terakhir mereka. Naluri seorang gadis, juga berdasarkan bukti yang sudah ia lihat selama ini.

Pak tua tidak pernah tahu, sang cowok baru benar-benar sedih saat mengingat kota ini lagi. Pak tua juga tidak tahu kenangan mereka, kenangan lucu. Di tahun pertama, seharian mengelilingi Malioboro mencari kursi putar murah. Pulang dengan tangan kosong dan kaki pegal-pegal karena Malioboro bukanlah tempat orang menjual peralatan kantor. Di tahun kedua, si gadis pulang dengan mata berbinar. Bercerita, kekasihnya sangat senang di kebun binatang Gembira Loka. Pohon-pohon besar itu membuat kekasihnya merindukan hutan kampung sana. Di tahun ketiga, mereka pergi ke bundaran UGM, ingin makan di warung belakang Mirota Kampus. Ternyata tutup. Jadinya mengganti baterei jam di depan Mirota. Saat pulang, barusan melewati bundaran UGM ketika jam tangan itu kembali mati. Kembali ke Mirota lagi, ternyata tempat servisnya sudah tutup. Keduanya tidak akan melupakan saat menertawai kesialan hari itu.

Pak tua tidak tahu. Jogja tetap akan menjadi kota kenangan bagi keduanya. Mereka mungkin tidak akan pernah bertemu lagi di Jogja, tetapi Jogja tetap menjadi kota kenangan.

Kenangan di sebuah kota pelajar.

***

Stasiun Tugu--corat-coret menunggu Prameks

bintang seven's picture

anak partisa

waduh kayaknya sendu banget di jogja nih ... apa tuh pak tua gak bisa bilang gini ama sepasang kekasih yg  sering berlalu di stasium tugu ato stasium lempuyangan: "nak cobalah jalani cinta apa adanya spt saya dan mbokne di rumah yg walau tiap hari makan nasi kucing di angkringan tp dpt tetap sehat dan panjang umur  yg walo gak bisa naik kereta ato bus trans jogja krn gak da uang  tp masih dpt menikmati hidup, yg walo gak bisa baca namun jualan buku di taman pintar tp masih bisa mengajari banyak hal, yg walo gak bisa jualan gudeg di wijilan tp masih tetap jadi orang jogja sejati yg penuh kerendahan dan pengabdian... cobalah dan temukan kebahagiaan bukan di dalam materi ttp didalam hatimu yg rela."

__________________

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.

Samuel Franklyn's picture

@AP: Kapan anda bikin novel dan skenario film?

Anakpatirsa kapan anda bikin novel dan skenario film? Saya pasti akan beli novel dan nonton film karya anda. Saya yakin ada banyak tulisan anda yang bisa dikembangkan lebih sempurna menjadi novel dan skenario film.

bintang seven's picture

setuju bgt sf

bener bgt sf klo dia bikin film bakal laris paling gak seantero ss dan tentu  production housenya hrslah bernama sabda space rapi film, dan tentu bagian IT nya bang sf tinggal cari pemeran utama, pengganti ama figuran nya aja gw rasa byk di ss ini... bayarannya point blognya bakal dikali 10 bagi pemeran utama dan 4 bagi pemeran pengganti hahaha.....

__________________

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.