Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Seuntai Mutiara

clara_anita's picture

Seorang teman pernah berkisah pada saya:

Alkisah seorang gadis kecil amat mengiginkan seuntai kalung mutiara putih berkilauan yang dipajang di etalase toko yang selalu dilewatinya sepulang sekolah. Barisan-barisan mutiara itu memang hanyalah mutiara sintetis, tapi toh ia tetap memimpikan untuk mengenakannya di lehernya yang jenjang.

"Dengan kalung itu pasti aku akan terlihat cantik seperti mama," begitu pikir si gadis.

Ia pun bertekad menyisihkan uang jajannya yang tak seberapa untuk membeli untaian kalung mutiara itu.

Setelah berbulan-bulan, si gadis akhirnya mampu mengalahkan godaan untuk menghabiskan uang jajannya di kantin sekolahnya untuk ditabung. Dengan uang hasil tabungannya itu, ia pergi ke toko tersebut dan membeli kalung mutiara sintetis yang berkilauan begitu indahnya.

Tak lama kemudian, kalung itu sudah menghiasi leher jenjangnya. Begitu lekatnya ia pada kalung itu hingga tak pernah dilepaskannya untaian butiran-butiran putih nan berkilauan itu. Ia memakainya saat pergi ke sekolah, tidur, bermain di taman, menemani ibunya berbelanja, dan kemanapun ia pergi ... kecuali saat ia pergi mandi atau berenang karena kuatir kalung itu akan kehilangan kilaunya bila tersiram air.

Suatu malam, ayah si gadis kecil memintanya untuk memberikan kalung itu padanya. "Jangan ayah. Ayah bisa mengambil Teddy boneka beruangku yang baru, tapi jangan kalung ini," tolak si gadis. Si ayah kemudian mengangguk dan pergi meninggalkannya.

Malam berikutnya ayahnya datang kembali dan mengajukan permintaan yang sama. "Tidak ayah. Ayah boleh ambil sepeda merahku, tapi jangan kalung ini. Kumohon ayah," sekali lagi ia menolak. Ayahnya kembali mengangguk dan pergi meninggalkannya.

Malam berikutnya kembali si ayah datang ke kamar gadis kecilnya. Kali ini sebelum ia sempat mengucapkan permintaannya, si gadis mendahuluinya. Dengan mata berkaca-kaca, ia mengulurkan tanggannya tanpa suara. Di dalam genggaman tangan mungilnya terjuntai sebaris mutiara sintetis yang sudah mulai pudar kilaunya tapi tetap disayanginya.

"Ini untuk ayah. Aku memang sangat menyukai kalung ini, tapi kalau ayah memang sangat menginginkannya biarlah ini untuk ayah. Aku sangat mencintai kalung ini... tapi cintaku pada ayah melebihi cintaku pada kalung ini..."

Sang ayah begitu terharu mendengar tutur bijak anaknya. Ia memeluk erat putrinya yang menangis sesenggukan. Tiba-tiba ia merogoh kantungnya dan diraihnya kantung beludru biru. Ia kemudian mengeluarkan untaian mutiara nan berkilauan...kali ini mutiara asli yang amat mahal harganya... dan dipasangkannya di leher putri kesayangannya.

Sebenarnya kalung itu sudah lama disiapkan di sakunya. Ia hanya menunggu si gadis rela memberikan miliknya yang paling berharga untuk diganti dengan sesuatu yang teramat jauh lebih berharga.

Bukankah Bapa Sorgawi juga bertindak demikian? Saat kita mencoba mempertahankan rencana kita mungkin Ia hanya tersenyum kecil karena sebenarnya Ia sudah menyiapkan jalan yang lebih baik untuk kita. Sayangnya, kita terkadang "ngotot" untuk melakukan seperti yang kita mau. Entah berapa banyak penawaran yang telah kita ajukan pada-Nya. Entah berapa "Tuhan, aku akan bertobat kalau ..."

Kita kadang tak sadar kalau jalan Tuhan kadang memang tak terselami.

Percayalah, Ia akan memberikan yang terbaik saat kita berserah penuh...

Jadilah sesuai kehendak-Mu Bapa...