Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Shrek 3 review

erick's picture

 Kemarin, setelah nonton film Shrek 3, saya dan teman saya terlibat pembicaraan seru tentang keturunan, berketurunan dan tanggung jawab dari generasi sekarang ke generasi selanjutnya.Ga ada yang penting dalam film itu. Film Shrek 3 menceritakan penolakkan Shrek menjadi raja, dan bersusah payah mencari sepupu istrinya, sebagai keturunan yang dipandang lebih berhak sebagai pewaris tahta dan betapa Shrek dihantui rasa takut memiliki keturunan walau ia begitu bangga jika satu saat dirinya akan dipangil "Daddy" oleh makhluk kecil yang mirip dengan dirinya. Betapa galau ia menerima kenyataan bahwa ia tidak siap dengan gelar “orang tua”. Film ini bukan untuk anak-anak. (Jangan bawa anak anda menonton film ini! Terlebih bila mereka fasih berbahasa Inggris) Film ini lebih diperuntukkan bagi mereka yang lebih nyaman melajang, menunda memiliki keturunan, dan bahkan berencana untuk tidak memiliki keturunan. (Sepertinya begitu!)Jalan ceritanya lamban, dan berputar tidak karuan hanya untuk memberikan banyak tokoh kartun terkenal berdialog sesuai dengan karakternya. Guyonannya flat, menyinggung kaum pria dengan sifat keegoisannya, dan mereka yang tidak menyukai anak kecil.Jika film ini dikatakan sebagai realitas social jaman ini, benarkah film ini berhasil mengkodekannya? Atau terlalu melebih-lebihkan…. Entahlah. Satuhal yang saya dapat setelah menonton film ini adalah menyesal.  

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

garamdunia's picture

Nonton Film - Shrek

Dikutip dari erick:
"Film ini bukan untuk anak-anak"

Betul, film animasi, bukan berarti untuk anak-anak. Kecenderungan film berasal dari Hollywood belakangan ini semakin bertema dewasa, bahkan yang kesannya untuk anak-anak. Contoh: Harry Potter. Juga, semakin banyak animasi memang untuk orang dewasa, contoh: The Simpson (The Movie). Menurut saya, bukan berarti anak-anak tidak boleh menontonnya, tetapi, orang tua butuh banyak waktu untuk menjelaskan kepada anak-anaknya film-film yang bertema dewasa ini ;)

"Film ini lebih diperuntukkan bagi mereka yang lebih nyaman melajang, menunda memiliki keturunan, dan bahkan berencana untuk tidak memiliki keturunan"

Memang film ini menggambarkan trend yang mulai marak di kawula muda, yaitu: nyaman melajang, dan menikah tapi tidak ingin memiliki anak. Menurut saya, tidak ada yang salah di dalam hal ini, melainkan hanya keputusan pribadi masing-masing (atau keputusan bersama secara suami-istri). Tentunya, kalau memang kasusnya seperti yang di film, yaitu si suami mau ini, tapi si istri mau itu, ya ini lain cerita tentunya (menghindari tanggung jawab).

Jadi, untuk mengkategorikan film ini lebih cocok untuk orang yang ini atau yang itu karena lebih cocok sudut pandang seseorang, saya kurang setuju. Melainkan, cerita-cerita seperti ini (yang bertentangan dengan pendapat seseorang), menurut saya bisa membuat kita berpikir lebih kritis.

Contoh: Ada beberapa pendapat di kalangan kristen yang beredar bahwa kita tidak boleh menonton film tertentu karena menentang kepercayaan kita, contoh: DaVinci Code, dan lain sebagainya, ada pendapat?

"Guyonannya flat"

Dibanding Shrek 1&2, ya, memang jauh lebih datar. Ditambah lagi, guyonannya berkonteks budaya barat. Maksudnya, kalau diterjemahkan (atau tidak mengerti konteksnya), lucunya menjadi hilang sama sekali.

Contoh:

Pendeta: "Yesus menderita ketika Ia disalib..."

Orang Kampung: "Betul Pak Pendeta, saya mengerti, saya sendiri pun menderita ketika saya disalib!"

Pendeta: "Anda pernah disalib?"

Orang Kampung:"Tentu saja, bikin saya kesal saja setiap kali saya disalib sama bus Kopaja, Bajaj dan kendaraan lainnya!"

Pendeta: "???"

Tentunya, kalau mau diterjemahkan ke bahasa lainnya, konteks di atas menjadi hilang

catatan: Garam Dunia mengalami kesulitan di dalam berkomentar pendek-pendek Yell

Bin Nun's picture

beda...

memang guyonan gaya barat memang beda dengan guyonan kita.... ada kalanya yang mereka anggap lucu.... gak lucu buat kita... mungkin kalo Tukul ke sana... mereka bisa terpingkal-pingkal dengan Tukul.... artinya kita masih lebih lucu dari mereka...

hahaha...

 

GBU!

hai hai's picture

Dia Selalu Tahu, Ada Orang Jatuh

Saya punya teman, bule,(bukan bulenya orang jawa) import. Dulu kami sering berkelana bersama, keluar masuk kampung, menjelajah dari kota ke kota.

Si bule, mungkin sudah saatnya kita bertanya, apakah mereka keberatan disebut bule? Kalau mereka tidak berekenan, sebaiknya kita pakai kata lain. Bung Indonesia-saram, and punya ide? Sebuah kata yang singkat, mudah diingat, enak didengar.

Si bule, temanku itu punya satu kelebihan. Dia tahu bila ada orang jatuh tanpa melihatnya. Maksudnya begini, ketika kami berjalan mendekati sebuah warung, tiba-tiba si bule kan bilang, "Ada yang jatuh!" Ketika kami memasuki warung tersebut, dan bertanya, selalu benr, da orang yang jatuh. Hal itu berlangsung dari tahun ke tahun, si bule selalu tahu, kalau ada orang yang jatuh di depan banyak orang.

 

 

 

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak