Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Si Anton Ego

kerenhapukh's picture

Bagi yang pernah nonton film animasi Ratatouille, pasti sudah mengenal si Anton Ego. Dia salah satu tokoh yang paling aku sebelin karena profesinya sebagai tukang kritik. Mengamati sepak terjangnya, kritikan dari Anton Ego bisa menyebabkan bangkrutnya satu restoran terkenal di kota Paris dan meninggalnya seorang koki terkenal di restoran itu.

Begitu besarnya dampak kritikan bagi hidup seseorang. Bagi yang tangguh, kritikan itu bagaikan lecutan yang makin membuat dia melesat. Ada hasrat membara untuk membuktikan bahwa dirinya tidak seperti kritikan yang dilontarkan.

Di sisi lain, bagi orang yang anti kritik, sebuah kritikan kecil saja akan membuat hatinya menciut. Melemahkan semua daya yang dimilikinya dan kemungkinan besar bisa memadamkan kobaran semangatnya.

Namun, fakta yang tidak bisa ditolak … tiada hari tanpa "kritikan". Sepanjang hidup yang kulalui, kritikan itu selalu ada …mulai dari yang sehalus sutra sampai yang setajam pedang bermata dua. Ada banyak Anton Ego yang ditempatkan di setiap level kehidupan yang kualami. Bagaimana aku bisa menghadapi si Anton Ego ini dan tetap melangkah maju dengan kepala tegak untuk menggapai asa?

Ketika menengok ke masa lalu, ternyata aku mampu bertahan dari beragam kritikan yang diberikan oleh para Anton Ego. Emang sih … kritikan itu juga menghasilkan sesuatu yang manis. Buahnya baru bisa dirasakan sekarang … tanpa kehadiran mereka, belum tentu aku bisa mencapai level hidup di posisi saat ini. Akankah Anton Ego menghilang dari hidupku?

Jika di film Ratatoulle, Anton Ego meninggalkan profesinya sebagai tukang kritik karena kritikannya tidak lagi dipercaya orang, Anton Ego yang kuhadapi akan datang silih berganti. Pertempuran dalam hidup terus berlangsung dan aku tidak mau Anton Ego yang memenangkannya :)

Satu hal lagi, Anton Ego ini juga mengajariku untuk pintar-pintar menjaga mulut. Bukan dengan gosok gigi tentunya ;) Belajar untuk tidak mengkritik semena-mena karena aku sudah merasakan bagaimana sakitnya menerima kritikan.

hai hai's picture

Dikritik Aja Kok Repot?

Wah, saya tidak tahu sama sekali film Ratatouille, diputar di TV apa, jam berapa?

Secara naluri, setiap orang akan langsung membela diri ketika dikritik. Yang paling parah adalah ketika membela diri itu kita menjadi tidak logis karena terbawa emosi.

Kritik, sejak lama saya berlatih untuk menghadapi kritikan dengan sikap positif. Walaupun belum maksimal, namun hasilnya cukup siknifikan. Caranya adalah dengan meyakinkan diri, bahwa ketika orang melontarkan kritik, dia sedang berbicara jujur tentang diri saya. Mungkin yang dikatakannya salah, namun itulah kesannya atas diri saya.

Setiap kali menerima kritik, saya berusaha introspeksi. Bila yang dikatakan benar, maka saya menyusun rencana untuk memperbaiki diri, bila yang dikatakan tidak benar, maka saya mencari tahu, kenapa dia mendapat kesan demikian? Lalu menyusun rencana untuk memperbaiki diri sehingga tidak memberikan kesan yang salah kepadanya.

Hal yang kedua adalah senantiasa meyakinkan diri, bahwa orang yang memberikan kritik pada saya, melakukannya karena dia peduli. Bukankah kita tidak pernah mengeritik orang yang tidak kita kenal? Kita juga meraa tidak perlu mengeritik orang yang tidak ada urusannya dengan kita?

Saya senang bila teman-teman mengeritik saya, itu tanda mereka peduli juga tanda bahwa kritikannya benar, sebab mereka mengenal saya dengan baik. Bagi teman-teman yang tidak melakukan kritik hanya karena takut saya tersinggung, saya menyebut mereka sebagai teman-teman yang sombong.

Kepada orang-orang yang anti kritik dan selalu mencari alasan dan kambing hitam ketika dikritik, maka saya sering berkata, "Kamu susah berubah, karena kamu tidak pernah merasa salah!"

Nah, bagi mereka yang mau belajar menjadi orang-orang yang tangguh menghadapi kritik, silahkan baca tulisan saya yang judulnya "BEBAL"

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak