Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

SMU Methodist 2 Medan – Merogoh Sukma Ala M2MC

hai hai's picture

Pemuda itu muncul di dampingi dua orang asisten, seorang pemuda ganteng dan seorang pemudi cantik. Dia adalah seorang Mentalis karena menyatakan dirinya mampu membaca pikiran orang lain (mind reading). Ketika memikirkan sesuatu, otak kita memancarkan apa yang dipikirkan seperti pemancar radio (Transmitter), itu sebabnya dia mampu menangkap pikiran yang dipancarkan itu seperti radio menangkap siaran (Receiver). Ev. Daud Tony menyebutnya ilmu Merogoh Sukma, tekniknya dengan mencomot pikiran orang lain. Pdt. Eku Hidayat MA menyebutnya ilmu Penangkap Roh, tekniknya dengan mencomot roh orang lain lalu memaksanya untuk memberi tahu yang dipikirkannya.

 Tentu saja semua orang yang hadir di dalam ruangan itu tidak mempercayai ucapannya. Walaupun berpakaian hitam, namun dia terlalu muda untuk memiliki kesaktian demikian. Dengan penuh percaya diri dia menantang siapa saja untuk menjadi sukarelawan yang akan dibaca pikirannya. Dalam waktu singkat, tiga orang berdiri siap menjadi sukarelawan.

“Asisten saya akan memberikan kertas kosong kepada ketiga sukarelawan kita lalu saya akan mengajukan pertanyaan kepada mereka satu persatu. Setelah mereka menjawabnya di dalam hati, saya akan membaca pikiran mereka.”

Setelah ketiga sukarelawan itu menerima kertas kosong dan spidol, Mentalis itu lalu bertanya kepada sukarelawan pertama, “Apa makanan kesukaan anda?” Sukarelawan itu berpikir sejenak sementara mentalis itu berjalan mendekat. “Silahkan memikirkan jawaban anda karena saya akan mulai membaca pikiran anda.” dia lalu menatap wajah sukarelawan itu dengan santai namun serius. Aku melihat sukarelawan itu berusaha menyembunyikan pikirannya.

“Maaf Pak, tolong pikirkan jawabannya, jangan menentang karena saya sedang membaca pikiran anda untuk mengetahui apa makanan kesukaan anda.” Mendengar ucapan itu sukarelawan itu tersipu-sipu karena ketahuan berusaha melawan. Mentalis itu kembali memandang sukarelawan itu kali ini dia mengerutkan keningnya. Tiba-tiba senyumnya terkembang, nampaknya dia berhasil membaca pikiran sukarelawan itu.

“Silahkan menuliskan jawaban anda di kertas sementara saya akan menulis di kertas saya.” Mentalis itu lalu menulis di kertas, melipatnya dan memberikannya kepada asistennya yang cantik. 

Mentalis itu lalu berjalan mendekati sukarelawan kedua dan berkata, “Silahkan memikirkan sebuah nama kota di dunia ini.” Sukarelawan kedua menunduk dan berpikir sejenak kemudian mengangguk untuk memberitahu Mentalis bahwa dia sudah menentukan kota itu. Mentalis itu menghampirinya tiba-tiba dia berbalik kepada sukarelawan pertama dan berkata. “Anda sudah menuliskan makanan kesukaan anda, sementara saya sudah menuliskan pikiran anda yang saya baca. Agar anda tidak bisa menggantinya lagi, silahkan beritahu semua hadirin di sini jawaban anda.” Sukarelawan pertama menganggap hal itu wajar, maka dia menyebutkan makanan kesukaannya, “Ayam goreng.”

Setelah mengucapkan terima kasih, Sang Mentalis kembali berpaling kepada sukarelawan kedua, “Baik, silahkan pikiran nama kota anda maka saya akan mulai membaca pikiran anda.” Dia lalu berkonsentrasi untuk membaca pikiran sukarelawan kedua itu. Nampaknya kali ini Sang Mentalis mengalami kesulitan. Wajahnya menegang sementara keningnya berkerut keras. “Anda memiliki rasa percaya diri yang luar biasa sehingga saya mengalami kesulitan untuk menembus pikiran anda.” Setelah berkata demikian, Sang mentalis lalu berjalan mendekati sukarelawan kedua. Dia mengerahkan kekuatannya sementara sukarelawan kedua menatapnya dengan tenang sambil menyungging senyum.

Beberapa detik berlalu, nampaknya sang Mentalis benar-benar mengalami kesulitan. Kembali beberapa detik berlalu, akhirnya sang Mentalis tersenyum. “Agak sulit namun saya berhasil membaca pikiran anda.” Dia berjalan menjauhi sukarelawan itu lalu menulis di kertas, melipatnya dan memberikannya kepada gadis cantik asistennya. Dengan menyunggingkan senyum lebar dia berkata kepada sukarelawan itu, “Silahkan menuliskan jawaban anda di kertas” Setelah sukarelawan itu selesai menulis, kembali sang mentalis berkata, “Supaya anda juga tidak dapat mengubah tulisan anda, maka silahkan memberitahu yang lain nama kota pilihan anda.” Sukarelawan itu tersenyum, lalu berkata, “EROPAH.” Sang mentalis melotot jail sambil berkata, “Eropah? Ha ha ha ha … Eropah bukan nama kota. Tapi nggak apa-apa, karena saya sudah membaca pikiran anda.” Ha ha ha ha … aku mengerti sekarang kenapa sang mentalis menghadapi kesulitan membaca pikiran sukarelawan kedua. Itu karena sukarelawan memilih “Eropah” sebagai nama kota.

Sang mentalis menatap sukarelawan ketiga, seorang gadis cantik yang nampak lembut dan baik hati. Dia berpikir sebentar lalu berkata, “Sebagai pesulap saya akan menambah tingkat kesulitan untuk membaca pikiran anda. Saya tidak akan mengajukan pertanyaan namun asisten saya akan menunjukkan satu pak kartu dan anda boleh memilih satu di antaranya. Selanjutnya saya akan menebak kartu yang anda pilih itu.” Pemuda ganteng asisten sang Mentalis menghampiri gadis itu dan mengangsurkan satu pak kartu. Gadis itu memilih satu kartu, menatapnya beberapa saat untuk mengingatnya.

Sang Mentalis berjalan mendekati lalu berusaha konsentrasi membaca pikiran gadis itu. Dia tidak berhasil. “Nona, tolong konsentrasi pada kartu yang dipilih sehingga saya dapat membaca pikiran anda.” Kembali Mentalis itu mengerahkan kekuatannya sementara gadis itu diam menunduk. Beberapa detik berlalu, nampaknya sang mentalis mulai goyah karena gagal membaca pikiran gadis itu. “Nona, tolong pikirkan kartu yang anda pilih, jangan yang lainnya.” Gadis itu diam dan semakin menunduk, mungkin dia takut mentalis itu membaca pikirannya. Menurutku bila Mentalis itu meyakinkan gadis itu bahwa dia hanya akan membaca pikirannya tentang kartu yang dipilihnya, bukan pikiran yang lainnya, mungkin gadis itu akan lebih termotivasi untuk berkonsentrasi.

Walaupun agak lama namun akhirnya Mentalis itu berhasil membaca pikiran gadis itu. Dia berjalan menjauh lalu menulis di kertas, melipatnya lalu memberikannya kepada asistennya. Dia lalu menyuruh gadis itu memperlihatkan kartu pilihannya kepada hadirin yang lain sementara dia membalikkan tubuhnya menatap dinding panggung.

“Kertas-kertas ini berisi tulisan pikiran para sukarelawan yang saya baca. Saya akan memberikannya kepada yang bersangkutan. Mereka akan membukanya bersama-sama setelah saya menghitung sampai tiga.” Sementara Mentalis berbicara, asistennya membagikan kertas-kertas itu kepada para sukarelawan sesuai urutannya.  Setelah masing-masing sukarelawan menerima kertasnya, sang mentalis menghitung hingga tiga, ketiganya lalu membuka kertas itu bersama-sama.

ANEH BIN AJAIB! Apa yang ditulis oleh sang mentalis TEPAT seperti yang disebutkan dan ditulis oleh ketiga sukarelawan itu. Dia benar-benar dapat membaca pikiran mereka. Benar-benar bikin penasaran!

Ketika saya bertanya kepada hadirin tentang kemampuan sang mentalis, sebagian besar menyatakan yang dilakukan sang mentalis adalah rekayasa. Saya lalu bertanya kepada sukarelawan pertama, apakah dia orang Kristen? Dia memastikan bahwa dirinya orang Kristen. Saya lalu bertanya kepadanya apakah dia percaya bahwa berdusta itu dosa? Tentu saja dia percaya bahwa berdusta itu dosa. Lalu saya bertanya apakah dia terlibat di dalam rekayasa atau bekerja sama dengan sang mentalis atau memberitahu sang mentalis tentang pikirannya. Sukarelawan nampak agak tersinggung dengan pertanyaan saya. Dia memastikan dirinya tidak terlibat dalam rekayasa, bahkan dia benar-benar heran bagaimana cara sang mentalis mengetahui isi pikirannya?

Ruangan itu terlalu terang dan jumlah orang yang hadir terlalu banyak sementara sukarelawan dipilih secara acak. Mustahil para sukarelawan bekerja sama dengan sang Mentalis. Namun bagaimana cara sang mentalis membaca pikiran mereka? Apakah ilmu membaca pikiran itu memang ada? Apakah ilmu merogoh sukma yang diceritakan oleh Ev. Daud Tony itu memang ada? Apakah ilmu Penangkap Roh yang diceritakan oleh Pdt. Eku Hidayat MA itu benar-benar ada? Apakah sang Mentalis, anggota M2MC (Methodist 2 Magic Community) itu adalah pemuja Iblis yang membaca pikiran orang lain dengan kekuatan dari Iblis? Walaupun kalimatnya berbeda, namun itulah inti pertanyaan yang dengan sopan diajukan kepadaku oleh seorang peserta seminar. “Untuk mengetahui ilmu demikian, silahkan bergabung dengan M2MC!” jawabku.

Ketika menunggu pesawat untuk kembali ke Jakarta aku berpikir tentang unjuk kesaktian membaca pikiran itu. Apabila yang dikatakan sang Mentalis tentang ilmu membaca pikiran itu benar, ketika berpikir kita memancarkannya dan manusia memiliki kemampuan untuk menangkap pancaran pikiran itu, bukankah itu berarti setiap orang di dalam ruangan itu dapat membaca pikiran para sukarelawan bahkan peserta seminar yang lainnya ketika mereka berpikir? Apabila sang mentalis memang mampu membaca pikiran orang lain, bukankah itu berarti dia sebenarnya mampu membaca pikiran semua orang di dalam ruangan itu? 

Dengan pemikiran demikian, saya bertanya-tanya, apa yang akan terjadi bila si gadis sukarelawan terakhir memancarkan pikirannya kepada seorang sukarelawan yang lain misalnya padaku lalu sang Mentalis membaca pikiranku. Walaupun tidak memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang dipancarkan gadis itu sehingga tidak dapat memahaminya, namun bukankah bila pikiran itu dipancarkan kepada diriku maka energinya dapat di temukan di dalam pikiranku? Bukankah sang Mentalis dapat membaca pikiranku untuk menemukan pikiran yang bukan pikiranku? Hal demikian seolah  menjadikan pikiranku sebagai Repeater yang memancarkan kembali pikiran gadis sukarelawan itu.

Sayang, pemikiran itu baru muncul setelah acara berlalu, bila tidak mungkin kita bisa memaksa sang Mentalis benar-benar menunjukkan batas kesaktiannya yang tertinggi.

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak