Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Surat Uria Kepada Betsyeba (Menjelang Pertempuran Terakhir)

Pak Tee's picture

Betsy, aku telah mendengar berita tentang hubunganmu dengan baginda. Hanya orang tuli yang tidak bisa mendengar berita tentang kehamilanmu. Ketika aku datang, Yerusalem telah penuh sesak dengan kasak kusuk. Tetapi demi kau dan baginda, aku pura-pura tidak pernah mendengar apapun juga.

 

Betsy, hanya orang bodoh yang tidak mengerti maksud baginda menyuruhku pulang dan menghampirimu. Aku iklas orang-orang menganggapku bodoh. Bahkan aku tidak pernah menertawakan kepanikan raja yang memberiku hadiah, dan mengajakku berpesta. Bukankah aku tidak punya prestasi istimewa dibandingkan dengan prajurit-prajurit yang lain?

 

Betsy, aku iklas. Karena itu aku tidak pulang, sekalipun aku mabuk. Aku tidak akan pernah menyalahkanmu. Sebab seperti aku, kau pun begitu. Jika raja meminta nyawa, kita pun pasti menyerahkannya.

 

Betsy, aku mencintaimu. Dan sampai kapan pun aku akan tetap mencintaimu. Oleh karena itu apa yang terjadi dan akan terjadi atasku, tak usahlah kau cemaskan. Aku iklas. Karena aku lebih berharap akan kebahagiaanmu. Terima kasih, sekali dalam hidupmu, kau pernah menganggapku istimewa.

 

Betsy, aku menerima takdirku. Aku juga tidak akan pernah menyalahkan baginda, karena kau memang cantik... cantikmu melebihi puteri-puteri istana. Dan jika pagi ini panglima mengutusku ke Raba, aku tahu, mungkin ini adalah pertempuran terakhirku. Doakanlah aku, Betsy. Semoga kebahagiaan dan kasih Tuhan akan senantiasa menyertaimu.

 

..........

Ketika didengar istri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu (2 Samuel 11:26)

 

Bahan bacaan : 2 Samuel 11:1-27


__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!