Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tewas tenggelam dalam makanan babi

Inge Triastuti's picture
Teman kerja di sebelah mejaku menelepon suaminya, “Yang, urusan asuransi mobil sudah beres dan jaminannya berlaku mulai jam ini. Nanti sore kamu coba jemput aku pakai mobil. Tak perlu kuatir tabrakan. Asuransinya all risk.” Begitu ia meletakkan telepon, aku bertanya kepadanya. “Mira, kalau yang ditabrak suamimu yang baru belajar menyetir itu gerobak mi ayam it’s okey-okey saja. Tetapi bagaimana kalau yang ditabrak itu kereta api? Biar asuransi yang menanggung semua biayanya apa kamu senang menjumpai suamimu di rumah sakit rapat terbungkus perban seperti pepesan kodok?”

Dalam dunia asuransi mobil, tidak sedikit orang yang berfalsafah seperti Mira. Jangan kuatir kecelakaan, kamu sudah diasuransikan. Bahkan ada yang lebih sadis lagi. Bila ia membayar asuransi 2 juta rupiah untuk 1 tahun dan menjelang akhir kontrak mobilnya tidak pernah celaka, maka ia menyuruh sopirnya menabrakkan mobilnya ke pohon. Ia tidak mau rugi. Asuransi mobil all risk yang seharusnya memberi rasa aman setelah terjadi kecelakaan malah membuat pemiliknya mengemudikan mobil dengan sembrono. Tidak terpikir oleh mereka bahwa asuransi hanya bisa mengganti mobilnya yang hancur dengan yang baru, tetapi tidak bisa mengganti tubuhnya yang hancur walau hanya sebagian.
- o -
"Dalam nama Bapa di surga, serta dihadapan Imam, di depan para saksi dan saudara sekalian, saya Inge Triastuti, menyatakan dengan tulus ikhlas dan kemauan merdeka, bahwa saya memilih engkau sebagai suami saya yang sah. Saya berjanji setia kepadamu dalam untung maupun malang, di waktu sehat maupun sakit, serta mengasihi dan menghormati engkau sepanjang hidupku. Demikian janji saya demi Allah dan Injil suci ini."

Aku tidak bisa membayangkan seperti apa perasaanku ketika janji pernikahan ini kelak aku ucapkan di depan altar, di depan banyak orang, dengan mata lekat kepada seorang lelaki yang aku cintai. Mungkin kalimat-kalimat itu aku ucapkan terputus-putus karena menahan tangis. Mungkin aku merasa tubuhku ringan melayang hampir pingsan karena kebahagiaan yang teramat sangat.

Setelah semua upacara dan acara selesai, di dalam kamar pengantin ia memelukku lembut dan berbisik, “Sayang, apakah kamu tetap mengasihi aku bagaimana pun diriku?”
“Aku mencintai kamu sebagaimana dirimu saat ini dan yang akan datang. Aku akan tetap setia kepadamu sepanjang hidupku, sampai maut memisahkan kita.”

Lalu ia bercerita bahwa selama beberapa tahun ini ia mempunyai hubungan intim dengan seorang janda beranak satu. Ia tidak bisa memutus hubungan ini karena ia tidak ingin menyakiti hatinya. Lagipula perempuan ini telah berjanji tidak akan mengganggu aku. Ia tinggal di perumahan sederhana dan berharap suamiku menunjang kebutuhan hidupnya bersama anaknya. Memutuskan hubungan akan mendorong janda muda ini menjadi pelacur. Suamiku hanya menemui perempuan ini pada siang hari saja waktu jam kantor. Bukankah waktunya untukku tidak berkurang? Demikian juga uang belanja untukku.

Kemudian ia bercerita harus sering keluar malam untuk keperluan melobi rekan bisnisnya. Tanpa menservis mereka dengan wisata kuliner dan wisata libido, perusahaannya bisa ambruk karena tidak akan lagi mendapat order besar. Bila ia mentraktir makan, tentu jadi aneh bila ia tidak ikut menyantap makanan yang ada di meja menemani mereka. Demikian juga yang ia lakukan ketika mentraktir makanan “lain”. Aku tak perlu kuatir, begitu katanya, karena hatinya hanya untukku.

Aku menangis. Aku tahu ia tidak mencintai aku sebagaimana aku mencintainya. Janji pernikahan yang merupakan jaminan kesetiaanku kepadanya seumur hidup, telah dimanipulasi olehnya. Seperti halnya orang memanipulasi asuransi mobil all risk. Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku harus bersikap kepada suamiku? Jika ia telah mencurangi janji pernikahan, apakah aku harus mengikuti langkahnya?

Dalam kondisi seperti ini, seorang istri yang tetap teguh memegang janji pernikahannya dianggap perempuan bodoh. Atau perempuan lemah yang terpaksa tetap setia kepada suaminya karena ketidakberdayaannya. Ia amat menderita pertama-tama karena perlakuan suaminya, kemudian hinaan yang datang dari masyarakat. Apakah keuntungan seorang perempuan yang tetap setia kepada suaminya yang telah meninggalkannya untuk hidup dengan perempuan lain dan kemudian dengan hati tulus menerima kembali suaminya yang dicampakkan oleh saingannya setelah tua, tidak produktif dan berpenyakitan?

- o -
Seperti halnya perempuan yang begitu bodoh memegang janji pernikahan dalam segala kondisi bahkan yang paling buruk, demikian juga Tuhan kita. Ketika kita menerima baptisan, Kristus mengucapkan “janji pernikahan” untuk kita, mempelai perempuan-Nya. Ia tetap setia kepada janji-Nya walaupun kita telah lama meninggalkan-Nya setelah menampar mulut-Nya berulang kali.

Karunia keselamatan yang Kristus berikan tidak pernah hilang. Karunia keselamatan adalah sebuah jaminan all risk yang berlaku sepanjang hidup kita di dunia ini. Lalu kita memanipulasinya dengan mengatakan “Hai diriku, jangan takut berbuat dosa. Kamu telah diselamatkan dan keselamatan itu bersifat permanen, kekal, tidak akan hilang.”

Lihatlah, aku mempertaruhkan uangku pada togel dan Tuhan tidak marah. Bahkan aku lebih sering memenangkannya. Bukankah ini berarti Tuhan setia memberiku rejeki berkelimpahan? Setiap bulan aku menerima uang ekstra 10 juta dari atasanku untuk menutup mulut membutakan mata menulikan telinga atas penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di sekitarku. Tuhan juga tidak marah. Tuhan juga tidak marah setiap week end aku melakukan pesta libido dengan perempuan-perempuan yang bukan istriku. Buktinya? Rahasia ini tidak pernah terbongkar dan keluargaku hidup tentram dan bahagia. Di waktu siang aku menyajikan cerita kudus kepada anak-anak jalanan dan memberikan kotbah dalam penginjilan. Di waktu malam aku mencari inspirasi dengan mengoleksi cerita seru dan cerita hot dari internet. Tuhan tidak marah. Sebaliknya para pendengarku makin antusias mendengarkan kotbahku yang makin kaya dan bervariasi.

Tuhan Yesus setia kepada janji-Nya. Bahkan ketika Ia berinkarnasi di dunia ada janji yang Ia ucapkan. “Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak” (Matius 12:32). Apa artinya “menentang Roh Kudus”? Tidak ada keterangan rinci dalam Alkitab. Jadi mengapa tidak kita selidiki melalui teknik trial and error saja?

Apakah berjudi bisa disebut menentang Roh Kudus? Alkitab tidak menjelaskan. Mari kita mempertaruhkan uang 10 ribu. Ah, hidup berjalan seperti biasanya. Tidak ada kilat menyambar dari langit, tidak ada musibah menimpa keluarga. Kita perbanyak taruhan menjadi 100 ribu. Astaganaga, malah kita menang. Bukankah ini berarti berjudi tidak menentang Roh Kudus? Kita setorkan 10 ribu ke gereja sebagai persembahan persepuluhan. Ketika Euro 2008 kita menjual sepeda motor dan uangnya kita pertaruhkan dalam judi bola. Tingkap langit terbuka. Selesai acara akbar itu malah kita bisa membeli mobil. Dan majelis gereja tersenyum lebar ketika kita menyodorkan persembahan uang yang tidak sedikit jumlahnya.

Kasih karunia Allah seperti seutas tali baja yang kita pegang sewaktu merenangi laut kehidupan. Kita aman ketika berada tepat dibelakang perahu motor yang menarik tali baja itu karena ombak telah tersibak di kiri kanan kita. Tetapi kita tergoda untuk merasakan pukulan ombak sehingga kita mulai menempatkan diri kita agak ke samping. Pukulan ombak di tubuh terasa seperti pijatan refleksi, sakit tetapi menyegarkan. Dan kita terangsang untuk lebih jauh ke samping mencari ombak yang lebih besar. Tali baja itu tidak akan putus. Tetapi apakah kita masih sanggup memegangnya erat ketika kita makin ke samping dan pukulan ombak makin menggila?

Jaminan kekekalan keselamatan tercermin dalam ilustrasi yang pernah Yesus ceritakan dalam kisah anak yang hilang. Seorang anak berlaku kurang ajar dengan meminta warisannya padahal bapanya belum meninggal. Tetapi bapanya tidak mencoret nama anak ini dari daftar anggota keluarganya. Aku membayangkan sang bapa tetap membiarkan kamar anaknya yang pergi ini tidak ditempati orang lain. Ia tidak membuang pakaian-pakaiannya, sepatu-sepatunya dan perhiasan-perhiasannya dari kamar ini. Bagaimanapun hancur hatinya atas kepergian anaknya, ia tetap merindukan anaknya kembali ke rumahnya. Mungkin setiap pagi ia menengok kamar anaknya sambil berharap anaknya sedang tertidur di situ. Siapa tahu karena malu waktu malam anaknya menyelinap masuk kembali ke kamarnya. Mungkin setiap ia bersantap ia tetap menyediakan sebuah kursi kosong. Siapa tahu tiba-tiba anaknya muncul di ruang makan.

Ia tidak mengirim orang-orang upahannya mencari anaknya. Ia tidak ingin anaknya kembali karena paksaan. Setelah pekerjaannya selesai, bergegas ia berdiri di depan rumahnya menatap ujung jalan sambil berharap anaknya muncul di sana. Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun ia nanar menatap ujung jalan itu. Suatu hari seorang manusia muncul di ujung jalan dengan terhuyung-huyung. Nalurinya mengatakan itulah anaknya. Tanpa menghiraukan kewibawaannya yang pernah diinjak-injak oleh anaknya, ia berlari menyongsong. Ia segera memeluk tubuh yang dibalut pakaian compang-camping itu sebelum anaknya sempat mengucapkan sepatah kata. Ia mencium anaknya tanpa mempedulikan bau kotoran babi yang menyengat.

Ia tidak menjawab ketika anaknya meminta ampun kepadanya dan menyerahkan surat lamaran pekerjaan. Tetapi ia segera memberi perintah kepada orang-orangnya untuk mengambilkan pakaian, perhiasan dan sepatu anaknya (Lukas 15:22). “Mari berpesta, anakku telah kembali,” teriaknya dengan gembira. Anakku! Sebuah ungkapan penerimaan tanpa syarat! Ia tidak mengadili anaknya atas kejahatannya. Bagaimanapun busuknya, ia tetap anaknya. Kamarnya masih tersedia. Namanya masih tercantum dalam silsilah keluarga.

Dalam cerita ini Yesus mengisahkan titik balik yang dialami oleh anak yang hilang ini. Ia ada di kandang babi dalam keadaan kelaparan. Babi adalah binatang haram bagi orang Israel. Dalam kondisi yang paling parah ini, ia meminta sebagian makanan babi. Tetapi permintaannya ditolak. Lalu ia menyadari keadaannya (Lukas 15:17). Roh Kudus masih ada dalam dirinya dan memberikan kesadaran membedakan mana yang benar dan mana yang tidak. Ia mengingatkannya, “Betapa banyaknya orang upahan bapamu yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi kamu di sini mati kelaparan.”

Ia tidak menentang Roh Kudus dengan mematikan suara ini. Bahkan ia memutuskan, “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku” (ayat 18). Keputusannya tidak tinggal dalam angan-angan saja. Tetapi segera dilaksanakannya dengan “bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya” (ayat 20).

Apakah ketika hidup jauh dari rumah Bapa kita masih sanggup mendengar suara Roh yang mengingatkan kita untuk pulang kembali ke rumah-Nya? Ataukah kita tidak bisa mendengarkan bisikan Roh karena sedang menikmati makanan babi? Makanan babi jaman sekarang bukan berupa limbah restoran, tetapi sesuatu yang jauh dari bau busuk dan sangat menggairahkan. Sesuatu yang membuat hidup terasa lebih hidup, hidup lebih kaya variasi, hidup dengan adrenalin yang mengalir deras menyegarkan tubuh.

Ataukah kamu sudah tewas terbenam dalam tangki makanan babi? Ah, tidak. Apabila kamu masih sanggup membaca artikel ini sampai di sini, kamu masih hidup. Itu berarti Roh Kudus yang Tuhan Yesus karuniakan saat kamu menerima baptisan masih diam dalam dirimu. Jangan tentang suara Roh Kudus. Bangkitlah dan berjalan kembali ke rumah Bapa. Karunia keselamatan itu masih ada. Kamarmu dengan segala harta milikmu tidak Bapa buang. Jangan menghitung-hitung berapa banyak pelanggaran yang telah kamu lakukan. Jangan mempedulikan bau busuk tubuhmu. Paulus, yang pernah jauh lebih busuk daripada kamu, membagikan keyakinannya dalam Efesus 4:30, “Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”

Allah Bapa tidak banyak menuntut. Ia hanya ingin kita bangkit keluar dari kandang babi dan berjalan kembali ke rumah. Ia akan berlari menyambut kita dengan pelukan dan ciuman-Nya sebelum kita mengucapkan penyesalan kita. ****

Rusdy's picture

Analogi

Saya harap cerita 'suami yang tidak setia' di atas hanya perumpamaan, bukan cerita sebenarnya, ya mbak Inge?
Inge Triastuti's picture

Bang Rusdy, itu memang sebuah pengandaian.

Karena itu setelah alinea berisi "janji pernikahan" ada kata "kelak".

Terima kasih atas keprihatinannya. Semoga makin bertambah banyak orang yang menghormati janji pernikahannya.

Salam.

xaris's picture

Salah kira

Dear Mbak Inge,

Tadinya aku kira postnya bahas tentang saksang, jadi langsung aku samber. Lagi norak karena bulan lalu untuk pertama kalinya aku makan saksang di Lapo Ni Tondongta dekat kantor. Enak rasanya seperti bumbu makanan Manado...ngg... enakkan Manado sedikit deh, hehehe... Abis pakai darah jadi saya kalau terbayang agak gimana gitu...

Dosa tidak ada yang tidak disengaja, demikian pembahasan kami di persekutuan karyawan Tanah Abang minggu lalu. Saat seorang mau berdosa dia harus menabrak berlapis-lapis tembok lebih dahulu. Itulah manusia, inginnya mencoba batas kesabaran Allah. Tapi kisah the Prodigal Son itu memang betul2 luar biasa. Bagaimana sang ayah bersedia menerima kembali anaknya yang kembali, meskipun dengan motivasi yang kurang murni, dalam arti karena cinta pada ayahnya.

Mbak Inge, terbayang yah gimana beratnya membuka pelukan lebar2 untuk menerima kembali orang yang kita kasihi setelah dia menyakiti kita dan ingin kembali... Semoga Tuhan memberikan kita kekuatan luar biasa untuk mencontoh ayah si anak yang boros itu =) Help us, Lord for we are weak but You Are strong.

Inge Triastuti's picture

Mbak Xaris, kapan nulis lagi?

Blog terakhir Mbak ditulis akhir Januari 2008. Saya mengikuti blog Mbak Xaris untuk menjiplak cara Mbak memberikan paparan yang enak.

Terima kasih mau mampir di sini. Kalau Mbak salah kira, saya malah hampir salah menulis judul menjadi "Tewas tenggelam dalam masakan babi". Untung bisa cepat diedit sebelum terbaca banyak pencinta masakan itu. Kalau tidak, pasti terjadi tawuran di blok ini antara yang pro dan kontra.

Sekali lagi, terima kasih.

 

jesusfreaks's picture

Begitulah kasih Bapa

Ya begitulah kasih Bapa terhadap lucifer n manusia.

Jesus Freaks,

"Live X4J, die as a martyr"

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

Inge Triastuti's picture

JF, matur nuwun

mau memberi komentar di sini. Sudah ada di Sulawesi Selatan sekarang ini? Atau mutasinya berubah ke kota lain?

GBU

ely's picture

Tragis

haloo mba inge... Cerita pernikahannya gk beneren kan... Tragis banget, memancing emosi... saya jadi mikir bagaimana klo kejadian itu terjadi pada saya, pasti dech pingsan... Thanks ya mba inge... dengan ilustrasi ini saya jadi bisa ngebayangi gimana perasaan Yesus saat kita mengikat janji dengan-Nya... Tapi bedanya Yesus pasti sudah lebih dulu tau bagaimana kebejatan kita, sebelum kita mengikat janji sama Dia.. Yesus memang luar biasa.... KASIHNYA.... KESETIAANNYA.... PENYERTAANNYA.... TERLALU BANYAK UNTUK DIKATAKAN... HANYA TERIMAKASIH YESUS UNTUK SEMUANYA...
__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...

Inge Triastuti's picture

@ 3m1, Kutampar mulut pengantin pria itu!

Oiii, itu bukan kataku, tetapi kata seorang pendeta yang sudah gelap mata melihat pengantin pria pada saat-saat terakhir menjelang peneguhan pernikahan masih bobo dengan pacar gelapnya.Cerita lengkapnya klik di sini saja ya. Saya berharap tidak ada perempuan pembaca artikel saya ini lalu jadi menyurigai calon suaminya. Atau malah lari menjauh bila ada pria yang melakukan pedekate. Maaf, bila ilustrasi itu memberi kesan seolah-olah itu kejadian nyata. Salam.