Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

TIDAK HARUS BERNAMA YAHWEH

susanto's picture

Saya pernah menghadiri sebuah ibadah di salah satu Gereja di Yogyakarta. Dalam ibadah tersebut semua kata Allah yang terdapat dalam puji-pujian dan Alkitab diganti menjadi Yahweh. Ini bukanlah fenomena baru dalam lingkungan Gereja. Di kalangan Gereja saat ini paling tidak ada tiga terjemahan Alkitab yang tidak menterjemahkan kata Yahweh. Setidaknya ada dua gagasan dasar bagi pemakaian kata Yahweh bagi kelompok ini, pertama, Yahweh adalah nama Sang Pencipta yang sebernanya sehingga tidak digantikan. Bagian pertama ini bertolak dari Keluaran 3:13-15, Tuhan menyebutkan namanya YHWH (Yahweh). Kedua, Kata Allah merupakan nama salah satu Dewa sesembahan bangsa Arab. Jadi sama saja umat Kristen yang memakai nama Allah menyembah berhala.

 

Gerakan pemakaian nama Yahweh telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan para teolog. Dampaknya tentu akan mengarah kepada jemaat awam. Akan timbul kebingungan, apakah selama ini umat Kristen yang telah bertahun-tahun menggunakan sebutan Allah dan Tuhan untuk Sang Pencipta telah menyembah Sang Khalik yang salah. Berdasarkan hal tersebutlah saya mencoba membuat tulisan sederhana ini. Paparan dalam artikel ini menunjukkan apakah nama Allah dan Tuhan layak dipakai sebagai nama Sang Pencipta.    

 

Aspek Historis dan Etimologi

Penelusuran dalam tulisan ini diawali dengan penjabaran singkat mengenai sejarah pemakaian nama Yahweh dalam tradisi Yahudi. Penjabaran ini penting karena akan terlihat keberadaan pemakaian nama Yahweh di samping nama-nama lain yang biasa digunakan di tengah-tengah masyarakat Yahudi. Sub bahasan ini juga menunjukkan bahwa konsep dalam nama Allah dapat dibangun melalui konteks.

Nama Yahweh dalam garis sejarah Israel

Kata Yahweh sebenarnya merupakan tetragrammaton yang dalam abjad Ibrani dituliskan dengan empat huruf konsonan (????), dalam ejaan Indonesia YHWH. Menurut Jewish Encyclopedia, YHWH muncul sebanyak 6.823 kali dalam Perjanjian Lama – berdasarkan catatan ensiklopedia Wikipedia Indonesia yang termuat dalam id.wikipedia.org/wiki/Tetragrammaton. Agar mudah dalam pengucapan maka di antara keempat huruf konsonan tersebut disisipkan huruf-huruf vokal. Sehingga memunculkan beberapa variasi penyebut yaitu, Yahweh, Yehova, dan Yehuwa.

 

Nama Yahweh sangat akrab dengan kisah panggilan Musa oleh Allah untuk membebaskan umat Israel. Pada saat itulah Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai YHWH. Mulai saat itulah sebutan Yahweh untuk nama Allah mulai digunakan.

 

El merupakan nama Allah dalam kitab Kejadian. Nama El biasa terwujud dalam Elohim atau Eloah. Pemberian nama terhadap tempat-tempat seperti Betel dan El-Roi, serta nama beberapa orang seperti Metusael, Ismael dan Israel menandakan bahwa El adalah sebutan populer dalam pemakaian nama untuk Allah. Kenyataan ini menandakan bahwa Yahweh bukanlah satu-satunya nama yang dikenakan kepada Allah, bahkan pemberian gelar kepada Yesus sebagai Imanuel mengindikasikan bahwa El masih dipakai pada masa setelah Keluaran. Dengan demikian ada kesamaan posisi antara pemakaian Yahweh dan El. Komunitas Israel menerima bahwa Yahweh bukanlah satu-satunya nama bagi Allah. Adonai merupakan nama lain yang populer dipakai oleh bangsa Israel. Dan pemakaian tersebut tidak menimbulkan masalah dalam konteks Israel.

 

Pada abad ke-3 SM Imam Besar Eliezer mengutus 72 tua-tua untuk menerjemahkan Kitab Suci (Perjanjian Lama) ke dalam Bahasa Yunani, yang kemudian terjemahan tersebut dikenal sebagai Septuaginta (LXX). Dalam terjemahan tersebut Yahweh menjadi Kurios. Septuaginta umum dipakai oleh bangsa Israel. Septuaginta tidak ditolak oleh bangsa Israel walaupun telah menerjemahkan YHWH. Dengan demikian pemakaian nam Kurios sebagai pengganti Yahweh tidak dipermasalahkan oleh orang-orang Yahudi.

Gagasan dibangun melalui konteks

Dalam bagian ini saya mengajak kita untuk melihat bahwa gagasan sebuah kosa kata tidak hanya dibangun berdasarkan aspek etimologis saja. Konteks budaya sangat menentukan makna sebuah kata. Sebagai contoh, kita pasti tahu apa itu sanggar. Sanggar merupakan sebuah tempat perkumpulan di mana orang-orang belajar dan mengekspresikan kemampuan seni yang mereka miliki. Tapi akan lain kalau anda pergi ke tempat kelahiran saya, yaitu Tarakan, sebuah pulau kecil di Utara Kalimantan Timur. Anda ingin tahu arti sanggar di Tarakan? Artinya adalah Pisang goreng. Melalui contoh ini terlihat bahwa arti yang dikenakan pada sebuah kata dipengaruhi oleh konteks.

 

Saya pikir demikian halnya dengan pemakaian nama Allah dalam konteks orang-orang percaya di Indonesia. Pemaknaan terhadap nama Allah pastilah berbeda dengan pemahaman komunitas penyembah berhala di tanah Arab bertahun-tahun yang lalu. Kita membangun konsep yang diarahkan kepada nama Allah mengacu kepada karya Yesus. Iman di dalam Yesus Kristus merupakan penuntun bagi kita kepada Sang Pencipta yang sesungguhnya, meskipun menyebut Sang Pencipta itu Allah atau Tuhan.

Kesimpulan

Sejarah bangsa Israel memperlihatkan bahwa Yahweh bukanlah satu-satunya nama bagi Allah yang dikenal dalam konteks Israel, eksisnya beberapa nama tentunya melunturkan wacana tentang Yahweh satu-satunya nama yang pantas dikenakan kepada Sang Pencipta bagi komunitas Kristen. Peran besar konteks dalam menentukan gagasan-gagasan terhadap sebuah kata adalah dasar bagi gagasan bahwa penggunaan nama Allah dalam konteks kekristenan tidaklah keliru.

hai hai's picture

Ehyeh Asher Ehyeh (haw-yaw asher haw-yaw)

Allah adalah bahasa arab yang berarti Sang Pencipta Alam Semesta, para muslim ketika menyebutNya selalu menambahkan kata Subhanahu Wa Ta’ala yang artinya dimuliakanlah NamaNya.

Sebagian ilmuwan menyatakan, bahwa sebelum Nabi Mohamad SAW, Allah adalah Sang Pencipta Alam Semesta yang disembah oleh bangsa penyembah berhala di Mekah. Apabila anda mempelajari sejarah gereja, maka Allah adalah kata yang digunakan oleh baik penganut agama Yahudi maupun Kristen untuk menyebut Tuhan yang mereka sembah. Sebagian ilmuwan menyatakan, bahwa Allah berasal dari bahasa Aramic, Elaha dan bahasa Ibrani Eloah yang artinya Tuhan. Apakah sebelum bangsa Yahudi tinggal di Mekah, adanya orang-orang Kristen di Mekah, kata Allah sudah digunakan oleh bangsa Arab? Sampai saat ini saya belum pernah membaca tulisan yang mengajarkan hal itu.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka saya menyimpulkan, bahwa Allah adalah cara orang Yahudi dan Kristen Arab menyebut Tuhan yang mereka sembah. Bangsa penyembah berhala di Mekah, Arab tidak menyembah Allah, tetapi mengakuinya sebagai Tuhan yang disembah oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Krsiten Arab.

Menurutku, alasan utama sebagian pengkotbah mengajarkan agar umat Kristiani mengganti Allah dengan Yahwe karena mereka menganggap Allah adalah dewa yang disembah oleh para penyembah berhala di Mekah sebelum Nabi Mohamad SAW dan ajaran yang menyatakan bahwa Yahwe (YHWH) adalah nama Allah, sedangkanyang lainnya, Adonai, Elohim, Zebaot, El, Shadai, Ehyeh Asher Ehyeh (haw-yaw asher haw-yaw) adalah gelar-gelar Allah.

Menurut saya, mereka yang menyatakan bahwa YHWH (Yahweh) adalah nama Allah, sedangkan yang lainnya adalah gelar Allah, harus mempertimbangkan ayat ini.

Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?" Keluaran 3:13

Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." Keluaran 3:14

Bukankah pada saat Musa bertanya siapa nama Allah, Dia menjawab bahwa namanya adalah Ehyeh Asher Ehyeh (haw-yaw asher haw-yaw), Bukan YHWH?

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

rudi's picture

YAHWEH JELAS NAMA-NYA

Sebenarnya dengan menggunakan Alkitab yang dikeluarkan LAI saja sudah sangat jelas bisa kita temukan bahwa YAHWEH adalah satu-satunya Nama dari Sang Pencipta.

Kalo hanya membaca Kel 3:13-14 saja tidak akan ketemu Nama Tuhan, akan tetapi bila dilanjutkan ke ayat ke-15 maka akan jelas ditemukan bahwa Tuhan memperkenalkan DiriNya dengan Nama "YAHWEH" perhatikan :

Kel 3:15 : "Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa :"Beginilah kau katakan kepada bangsa Israel:TUHAN,Allah nenek moyangmu,Allah Abraham,Allah Ishak dan Allah Yakub telah mengutus aku kepadamu,itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun temurun"

Kata "TUHAN" dalam ayat tersebut oleh LAI diberikan penjelasan dibagian kamus Alkitab (paling belakang dari Alkitab) bahwa kata "TUHAN" huruf kapital semua adalah salinan dari nama Allah Israel yaitu "YAHWEH".

Jadi jelaslah bahwa "YAHWEH" adalah nama dari Tuhan yang disembah Abraham,Ishak, Yakub dan Musa yang nama-Nya untuk selama-lamanya dan tidak boleh diganti oleh manusia karena Dia sendiri yang menyatakan nama DiriNya tersebut.

Tergantung kita masing2 mau mengikuti kehendak Tuhan untuk memanggil NamaNya dengan benar atau mau mengikuti doktrin gereja yang mana ditentukan oleh manusia yang penuh dosa.

 

adichanz's picture

Susahnya mengubah paradigma

seorang hamba Tuhan yang pro kasus ini ( ingin mengubah sebutan Allah dengan YHWH atau lainnya selain Allah)pernah ngomong begini nih : ========== ‘Allah’ bukan sekedar ‘sebutan’ umum seperti misalnya, dewa, tuan, bapak, ibu, dll. ‘Allah’ adalah sebuah ‘nama’, dan YAHWEH adalah nama TUHAN yang telah IA nyatakan dalam Firman-Nya. Menganggap ‘Allah’ sebagai sebutan (seperti yang umum kita jumpai di kebanyakan jemaat maupun hamba Tuhan Kristen) adalah suatu sikap yang akarnya dari tradisi dan falsafah Hindu-Islam yang sinkretis, di tunggangi oleh liberalisasi dalam rangka penancapan kekuasaan VOC di nusantara. Dalam bahasa Inggris, kita mengenal yang namanya common noun dan proper noun. Contoh common noun, misalnya: buku, daun, mobil, sepeda motor, bapak, ibu, anak, kulkas, pasta gigi. Contoh proper noun, misalnya: YAMAHA, HONDA, SUZUKI, SANYO, YUDAS, ODOL, PEPSODENT. ‘Allah’ adalah proper noun, bukan common noun. Ketidakkonsistenan dalam penerjemahan juga menimbulkan kebingungan. Kadang-kadang digunakan kata TUHAN Allah, kadang-kadang Tuhan ALLAH. Contoh kerancuan proper noun dan common noun misalnya: masa-masa sekitar tahun 70-an, semua sepeda motor merk HONDA. Orang-orang pada masa itu biasanya berkata,”Saya naik Honda.” Padahal yang dimaksud adalah,”Saya naik sepeda motor.” Contoh lainnya: ODOL adalah merk pasta gigi terkenal pada masa tempoe doeloe, karena pada masa itu ‘tidak ada pasta gigi selain ODOL’, maka orang menyebut pasta gigi dengan ODOL, budaya itu terbawa sampai sekarang dan agak sulit untuk mengembalikan masyarakat pada sebutan pasta gigi karena Odol telah menjadi sebutan yang popular dan ternyata lebih enak dan mudah diucapkan.. Jika kita mengatakan bahwa ‘Allah’ adalah sebuah sebutan, akibat yang paling fatal adalah secara tidak sadar kita mengaminkan sahadat umat Islam: Tiada Tuhan selain Allah. ============== Ctt : sy punya artikel lengkap tulisan tersebut kalo ada yang berminat bisa PM via email. secara teologis mungkin bisa kita terima, namun secara prakteknya, adalah hal yang SANGAT SULIT dan hampir MUSTAHIL untuk mengubah semua kata-kata Allah dengan TUHAN atau YHWH. Apa solusinya?
gkmin's picture

namanya YHWH! panggilnya bisa lain...

ya kalau mengikuti Kitab Suci, namaNya (tetap) YHWH, memanggilnya yang tidak harus YHWH, bisa Tuhan, Bapa, Adonai, dll, tapi jangan panggil Dia dengan "Allah", sudah banyak dan jelas argumentasi mengapa tidak memanggil YHWH dengan sebutan ALLAH. @adichanz: secara teologis mungkin bisa kita terima, namun secara prakteknya, adalah hal yang SANGAT SULIT dan hampir MUSTAHIL untuk mengubah semua kata-kata Allah dengan TUHAN atau YHWH. sangat sulit bukan berarti tidak bisa hampir mustahil berarti tidak mustahil (memang sulit bagi kebanyakan orang, tetapi beberapa orang dengan tidak kesulitan mengganti Allah menjadi Tuhan / Yahweh -- selama kita mau, nampaknya tidak sulit...)

gkmin.net -salatiga-jawa tengah

__________________

gkmin.net -salatiga-jawa tengah