Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

W-A-N-I-T-A

Joseph Wise Poriman's picture

Kita tahu bahwa anak-anak selalu memberi pengaruh dalam pernikahan kita. Pada umumnya, anak-anak memiliki hidup yang cukup ‘sulit’ dan mempersulit kita sebagai orang tua dengan kenakalan mereka. Di sinialah kita dituntut memainkan peran kita sebagai isteri dan juga sebagai seorang ibu. Dan sebagai wanita bagaimana kita menempatkan diri kita baik sebagai isteri maupun sebagai  ibu ? Oleh sebab itu ada pepatah di Eropa yang mengatakan, “Perkayalah pernikahan Anda di saat anak-anak bersikap seakan-akan meremukkannya!”

Ada banyak ibu rumah tangga yang angkat tangan mengurus anak-anaknya yang tergolong sebagai ‘anak-anak aktif’ dan nakal. Mereka merasa bahwa mereka kehabisan energi untuk menjadi orang tua yang baik dan tidak memiliki waktu lagi untuk mengarahkan mereka. Tanpa mereka sadari, justru ketika anak-anak mereka sedang mencari jati diri saat mereka masih kecil, berusaha meniru apa pun yang ada di sekitar mereka, justru mereka memerlukan perhatian ekstra.

Sebagai orang tua, kitalah yang membantu pembentukan karakter mereka. Jika kita membiarkan mereka dengan kenakalan di masa kecil tanpa pengarahan yang jelas dengan alasan kita sudah merasa lelah untuk mengatur mereka, maka mereka akan bertumbuh menjadi pribadi yang jauh dari apa yang kita harapkan. Mereka akan berpikir bahwa kenakalan mereka itu dibenarkan dan kemudian kenakalan itu berubah menjadi pemberontakan.

WANITA, ketika kita sulit memilih untuk menjadi isteri atau orang tua, maka hal itu akan menjadi masalah yang merusak pernikahan kita. Kita pasti akan protes dan menuntut suami untuk ikut serta mendidik anak-anak. Sedangkan suami merasa bahwa sebagai seorang ibu yang sering menghabiskan waktu bersama anak-anak, kita gagal mendidik anak-anak sehingga mereka sangat nakal.

Namun ketika kita komitmen untuk menjadi suami-isteri yang sama-sama melakukan tugas kita kita sebagai suami-isteri dan orang tua bagi anak-anak, maka anak tidak akan pernah menjadi biang masalah dalam hubungan pernikahan kita. Pernikahan kita bagaikan jangkar bagi keluarga.

Memang tidak pernah mudah membangun pernikahan sementara kita harus  mengurus anak-anak. Namun keduanya harus kita jaga, baik itu hubungan pernikahan dan juga hubungan kita dengan anak-anak.

WANITA, sesungguhnya pada awal pernikahan – sebelum anak-anak hadir – kita harus mengembangkan hubungan kita terlebih dahulu sebagai orang tua.

Ada dua area yang harus kita kenali sebelum anak-anak hadir dalam pernikahan kita.

1. Memperkuat ikatan. Ketika kita memiliki anak, pernikahan kita akan cenderung fokus pada anak, jadi hubungan kita dengan suami harus lebih kuat dahulu sebelum anak-anak hadir dalam keluarga kita.

2. Belajarlah untuk terbuka. Ada banyak orang yang sulit mengungkapkan isi hati mereka. Padahal sikap terbuka akan lebih baik jika kita mengungkapkan harapan, keinginan, bahkan hal yang kita takutkan. Bicarakan apa yang kita harapkan dan lakukan ketika kita memutuskan untuk memiliki anak. Dan juga, kita harus belajar mendengarkan pasangan kita dan meresponinya dengan reaksi yang benar.

Yakobus 1:19 mengajarkan kita bahwa komunikasi yang baik tanpa emosi membantu kita untuk melakukan dua hal di atas. Ketika kita menunjukkan komunikasi yang baik dengan suami, otomatis kita telah mendidik anak-anak bahwa komunikasi itu penting.

Mendengarkan itu penting. Memberi reaksi yang tenang dan positif itu penting. Prioritas kita sebagai ibu rumah tangga adalah KELUARGA, yang artinya suami dan anak-anak memerlukan perhatian yang sama dari kita. Jangan abaikan anak-anak jika mereka kita anggap terlalu nakal dan tidak sanggup untuk kita arahkan. Kemudian kita hanya peduli dengan suami. Pada akhirnya, kenakalan anak-anak menjadi topik pertengkaran antara kita dengan suami.

Sebaliknya, kita ingin melakukan yang terbaik buat anak-anak kita sehingga kita menyibukkan diri dengan urusan anak tanpa memberi perhatian khusus kepada suami. Dan suami mulai protes dan ‘menuduh’ kita tidak mampu menjadi isteri yang baik. Tetapi, jika kita dan suami saling terbuka dan bekerja sama untuk saling mengerti, saling berbagi tanggung jawab dan mengerjakan tanggung jawab yang ada, dan tidak saling menuntut, maka kita pasti bisa menjalani peran kita sebagai isteri bagi suami yang tidak pernah mengabaikan keberadaannya dan sebagai ibu yang selalu mengarahkan anak-anak dan menjadi teladan yang baik buat mereka. 

WANITA, jalankanlah peran kita sebagai isteri yang bijak bagi suami maupun bagi anak-anak. 

WANITA, biarlah kita bisa menjadi isteri yang bijak bagi suami sehingga suami kita akan mencintai kita lebih dari pada permata  : 

Amsal 31: 10 “ Isteri  yang cakap siapakah akan mendapatkannya ? Ia lebih berharga dari pada permata. “ 

WANITA, biarlah kita juga bisa menjadi ibu yang selalu memberi perhatian kepada anak-anak kita sehingga mereka akan menjadi anak-anak yang penurut, sehingga anak-anak kita bisa seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu. 

Mazmur 128 : 3 “ Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu ! “ 

Inilah rumah tangga yang diberkati Tuhan !  

Bin Nun's picture

keluarga dan anak...

betul itu saudara... kebanyakan anak-anak kami yang bermasalah adalah karena keluarganya yang bermasalah juga, jarang sekali diketemukan anak yang cemerlang berasal dari keluarga yang berantakan.... rata-rata anak yang cemerlang yang kami temui berasal dari keluarga yang jarang bermasalah... artinya disiplin di dalam rumah tangganya baik dan hubungan diantara anggota keluarganya sangat erat dan mesra... baik orangtua ke anak demikian juga sebaliknya dan juga anak ke anak... dan semua anggota keluarga lain, saudara, kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, pembantu, tukang kebun, supir... memang sulit untuk mewujudkannya.... tapi pasti bisa...

 

BIG GBU!

Joseph Wise Poriman's picture

Kesatuan

Sdr josua...

Thanks atas komentarnya,

Memang sulit menempatkan keluarga kita sebagai terang di tengah2 dunia yg gelap ini.

Tapi yg terpenting adalah kesatuan. Suami bisa mengasihi isterinya seperti dirinya sendiri, sebaliknya isteri tunduk kepada suami, dan anak-anak mau mendengarkan didikan papi dan mami..

Kalo semua bersatu spt ini utk melakukan Firman Tuhan maka otomatis keluarga yang harmonis pasti deh tercipta... dan keluarga yg dmkn akan menjadi terang di tengah2 dunia yang semkn gelap ini...

God bless you and family ya !