Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kisah orang bermasalah dengan pekerjaannya (3)

Sri Libe Suryapusoro's picture

“Rada, pernahkah Anda membaca buku 7 kebiasaan yang efektif?”“Belum” jawab saya singkat.“Disana diceritakan tentang kisah penebang pohon. Pada awal karirnya, dia bisa menebang pohon dan menghasilkan banyak pohon. Tetapi lama kelamaan pohon yang dihasilkan semakin sedikit. Walaupun dia berusaha semakin keras tetapi pohon yang dihasilkan semakin sedikit. Itu disebabkan karena kapak yang dia pakai tidak pernah diasah. Begitulah kita, mungkin awalnya kita sangat efektif dalam bekerja. Kita bekerja sampai malam setiap hari tetapi ktia lupa mengasah kapak kita. Kita tidak pernah membaca buku. Kita tidak mau menghadiri seminar atau acara lain yang membuat kapak kita semakin tajam. Hari-hari kita gunakan untuk bekerja dan bekerja dan bekerja. Akhirnya kita akan merasakan kebosanan. Bukan hanya itu kita juga merasakan hasil yang kita dapatkan semakin sedikit. “Itulah sebabnya perusahaan meminta saya untuk memberikan pelatihan. Hanya saja saya tidak suka berada di ruangan sehingga saya mengajak Anda kesini. Sepertinya lebih enak jika disini daripada di ruangan.”“Tetapi mengapa perusahaan mau memberikan pelatihan untuk orang yang memutuskan keluar dari pekerjaan?”“Tadi saya lihat Rada mengambil kail yang paling bagus dan mencari umpan yang paling mahal,”katanya. Saya tidak mengerti jalan pikirannya tetapi memang itu yang saya lakukan.“Sebenarnya Pak, saya sudah mempelajari data Anda termasuk hobi yang sudah lama sekali tidak Anda lakukan. Oleh karena itulah saya memilih lokasi tempat pemancingan. Perusahaan seperti Anda, sebagai seorang pemancing.”“Maksud Anda?”“Sama seperti Anda. Anda akan memberikan umpan yang terbaik ke kolam. Bisa jadi umpan itu akan menghasilkan ikan tetapi tidak selalu. Hanya saja tetap lakukan yang terbaik selama Anda masih bisa lakukan. Anggaplah Anda sebagai umpan itu. Anda akan dilepaskan dari perusahaan bagaimana pun juga Anda akan membawa anam perusahaan. Ketika Anda melamar pekerjaan ke perusahaan lain maka mereka akan melihat nama perusahaan kita sekarang. Anggaplah itu sebagai tali. Tali itu mengikat kemanapun Anda pergi.”Pengalaman perusahaan, kalau kami melempar umpan yang bagus ke pasar maka sebagian akan memakannya dan kebanyakan adalah ikan-ikan yang bagus. Mereka kembali dating ke perusahaan untuk menjadi rekan kerja bukan melamar pekerjaan. Siapa yang berani memberikan umpan bagus maka mereka akan mempunyai kesempatan mendapat ikan yang bagus.Sebenarnya prinsip ini bukan hanya untuk perusahaan. Begitu juga dalam hidup kita. Kita harus selalu memberikan umpan yang bagus ke dalam kolam kita yaitu dunia. Entah umpan itu berupa pertolongan, senyum, persahabatan, atau obrolan biasa. Sebisa mungkin kita berikan yang terbaik. Sebagian tidak perduli dengan umpan sama seperti sebagian ikan tidak perduli dengan umpan. Sebagian lagi memakan tetapi tidak terkena kail. Sebagian lainnya akan emndatangkan keuntungan buat kita. Keuntungan itu bisa terhadi setelah satu jam, dua jam atau seharian. Waktu yang tidak menentu. Tetapi seandianya kita tidak memberikan umpan sama sekali maka kita tidak akan pernah mendapatkan apapun.”“Apakah perusahaan tidak kawatir kerugian yang harus dipikulnya?”“Sebuah prinsip, barang siapa takut kehilangan maka dia tidak pernah mendapatkan apapun. Tetapi kepada barang siapa yang berani ambil resiko untuk kehilangan maka dia justru akan emndapatkan. Jangan sampai kita mencintai harta kita karena justru cinta uang itulah yang membuat kita tidak pernah hidup tenteram. Kita tidak mau menolong orang lain karena takut rugi. Seharusnya dalam pikiran kita adalah bagaimana kita dapat menolong orang lain walaupun kita rugi.”Kami pun terlalu asyik untuk berdiskusi. Tidak terasa umpan saya dimakan. Wah…ikan yang besar. Kami pun beranjak untuk makan siang.“Tolong bawa ikan ini pulang. Sampaikan salam saya buat keluarga. Saat ini merupakan kesempatan buat Rada untuk bersenang-senang dengan keluarga. Tidak usah ke kantor lagi, pulanglah jemput anak Anda yang sekolah.” Pesannya. Tentu saja saya menuruti perkataan dia. Ikan dua kg sudah cukup untuk mai bertiga. Malam ini kami akan makan ikan segar. Sudah lama kami tidak membakar ikan di depan rumah. Inilah saatnya untuk melakukannya. Tetapi mengapa perusahaan memanjakan saya padahal saya sudah memutuskan untuk mengundurkan diri? “Jangan lupa buat kesimpulan dari pertemuan kita pada hari ini. Saya hanya membutuhkan satu kalimat. Saya tunggu besok di ruangan saya. Tidak keberatan kan? Saya yakin, ini tidaka kan mengganggu waktu bersenang-senang Anda dengan keluarga Anda.”“Saya yakin juga tidak. Terima kasih banyak atas waktu yang Anda berikan.”Hari ini saya pulang dengan hati gembira. Saya pun mulai memikirkan apa satu kalimat yang bisa mewakili semua pembicaraan kami. Saya pun mencoba menulis beberapa kalimat di agenda saya.“Hidup seperti memancing, kita adalah umpan dan dunia adalah kolamnya.”“Yang memberi kepadany akan ditambahkan dan yang mengambil kepadanya akan diambil.” “Orang yang membuang justru akan mendapatkan sesuai dengan kualitas yang dibuangnya.”“Keberanian untuk kehilangan akan memampukan seseorang untuk maju.”Wah ternyata lama-lama saya menjadi memasukan pikiran saya bukan apa yang dibahas saat itu. Tetapi saya belajar banyak hari ini justru dari hobi saya, memancing. Butuh kesabaran untuk mendapatkan hasil. Terkadang satu jam tidak mendapatkan apapun. Terserah pada kita, apakah kita akan menarik umpan kita atau kita pertahankan disana. Jika umpan yang kita berikan mahal maka butuh keberanian untuk kehilangan uang.

__________________

Small thing,deep impact