Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Polusi Informasi & Pilihan Bebas

yujaya27's picture

Beberapa hari yang lalu, dimulai sekitar hari Jumat lalu (18 Sep 2015), jagat kompasiana, salah satu tempat blog terbesar di Indonesia, sedang sangat heboh, masalahnya adalah seorang penulis paling favorit di kompasiana dicurigai adalah Gayus Tambunan, heboh ini juga menjalar ke berbagai media, beritanya memenuhi berbagai media, bisa dibaca beberapa hari ini. Awalnya banyak kompasianer yang meragukan bahwa penulis tersebut adalah GT, tetapi setelah pelayan restoran tempat kejadian tersebut memberi kesaksian, dibarengi dengan beberapa bukti lainnya, seperti tulisan pembelaan yang tidak sesuai dan beberapa tulisan yang tidak konsisten etc, dugaan tersebut semakin besar mengarah bahwa penulis favorit tersebut adalah GT. Jika memang penulis tersebut adalah GT, maka tidak heranlah kalo dalam banyak tulisannya membuat sebuah opini yang menyudutkan Denny Indrayana dan banyak pembaca khususnya fans penulis ini tergiring dalam opini tersebut.

Itulah sebuah kekuatan tulisan, jadi ingat perkataan Pdt AY di dalam seminar menulis di GPO :),  ini sebuah contoh simple hanya melalui tulisan di sebuah blog, bayangkan jika tulisan itu dimuat di harian surat kabar semacam kompas atau tempo, tentu dampaknya akan menjadi lebih besar lagi. Sulitnya dalam segi kehidupan sekarang ini, kita tidak mungkin terlepas dari media, baik itu melalui tulisan ataupun dari apa yang kita dengar, semua informasi ini kita terima dan membangun opini kita terhadap segala hal atau masalah, kita bisa menjadi bias, tidak obyektif lagi, bahkan lebih buruknya lagi tanpa disadari kita telah dicuci otaknya. Tidaklah heran jika dalam musim-musim tertentu, seperti pemilu atau pilkada, maka blog seperti kompasiana akan bermunculan akun akun baru, pasukan cyberspace, yang tugasnya khusus menulis atau menforward tulisan untuk membentuk opini pembaca. Tidak hanya partai politik ataupun tim pemenangan saja yang mempunyai tim seperti ini, perusahaan-perusahaan besar pun juga mempunyai tim seperti ini, untuk membangun branding mereka.

Bagaimana dengan Gereja dan kita orang Kristen menyikapi hal ini? Terus terang saja saya bukan ahli di bidang ini, saya juga tidak tahu harus bagaimana, paling hanya sebatas untuk lebih berhati-hati lagi, tidak langsung menelan segala informasi, tetapi menyaringnya terlebih dahulu, sepertinya waktu yang akan datang, peperangan tidak hanya melalui senjata, tetapi juga peperangan informasi untuk membangun opini public, mungkin perkataan rasul Paulus di dalam Efesus 6:12 peperangan melawan roh-roh jahat di udara, bisa juga dimisalkan sebagai peperangan media informasi, tidak hanya peperangan melawan roh jahat dalam arti sebenarnya.

Saya sedang membaca buku "Kaum Pilihan Allah" – R C Sproul, saya tertarik membaca buku ini setelah membaca  referensi tentang buku ini dari sebuah blog (kalau tidak salah Pdt JS), saya beli buku ini di toko buku SAAT, waktu mengikuti acara Konsultasi Misi SAAT yang baru lewat, sayangnya jarak tempuh baca saya sangat lambat, selain waktu, juga otak pikiran saya yang terbatas, butuh waktu untuk mencerna dan merenungkannya, sehingga sampai saat ini buku ini belum selesai saya baca, padahal buku ini tidak tebal-tebal amat.

Di dalam salah satu bab buku ini ada dibahas juga tentang Kehendak Bebas, yang diartikan sebagai membuat sebuah pilihan tanpa ada prasangka, alasan, motivasi sebelumnya (pilihan yang netral), jika tidak memiliki prasangka alasan motivasi, maka pilihan tersebut terjadi secara spontan dan tidak memiliki signifikasi moral. Dengan definisi ini, maka jadinya pilihan-pilihan yang kita ambil hampir 100% terjadi karena adanya prasangka, alasan, motivasi sebelumnya, yang mempengaruhi pikiran/hati kita di dalam memilih atau memutuskan sesuatu.

Selain membaca buku yang saya sebut di atas, saya juga tertarik membaca sebuah buku, yang saya beli di Popular hari Sabtu yang lalu (tgl 19 Sep 2015), buku ini membahas bagaimana berpikir secara jernih (The Art of Thinking Clearly) , saya baru membaca 2 bab di popular saat itu dan memutuskan untuk membelinya, saya masih belum sempat meneruskan baca buku ini. Buku ini lumayan tebal (untuk ukuran saya), ada banyak logical fallacy dan bias yang dibahas dalam buku ini, yang memberi masukan untuk saya, hanya saja pengarang buku ini sepertinya bukan orang Kristen, maka kita perlu hati-hati dan menyaring juga.

Saya menyebutkan kedua buku ini, buku pertama menyingung sedikit tentang kehendak bebas manusia yang sebenarnya tidak bisa 100% bebas, karena dipengaruhi oleh prasangka, alasan dan motivasi yang mempengaruhi manusia sebelumnya, buku kedua membahas fallacy-fallacy dan bias manusia di dalam membuat pilihan/keputusan, yang mungkin sering tidak disadari oleh manusia. Sampai di sini (saya belum selesai membaca kedua buku ini), saya merasakan sepertinya sulit untuk kita membuat sebuah pilihan tanpa ada opini/pengaruh dari object yang lain, termasuk di dalamnya motivasi/kepentingan kita.

Jika di kehidupan di luar, kita sering melihat keputusan atau pilihan yang bias, bagaimana dengan kehidupan di gereja dan pelayanan? Apakah bebas dari hal tersebut? Saya katakan gereja tidak bebas dari hal tersebut, jikalau kita bebas dari hal tersebut, tidak mungkin bisa sampai terjadi keributan dan perpecahan, setiap dari kita semua (termasuk saya) bisa membuat keputusan yang salah dan bias, buat saya mengambil keputusan yang salah dan bias adalah normal, setiap orang bisa berbuat kesalahan, saya melihat yang lebih utama adalah motivasi/kepentingan di balik keputusan itu, sulitnya kalau berbicara mengenai motivasi/kepentingan susah untuk dibuktikan, hanya urusan pribadi itu dengan Tuhan.

Jadi jangan mudah percaya sama orang (tulisan - Topeng) dan informasi-informasi yang kita terima (Polusi Informasi), termasuk saya dan tulisan-tulisan saya, usahakan untuk berpikir jernih dan obyektif, amati dan kumpulkan sebanyak-banyaknya data keterangan, dan yang terakhir (terpenting) bersandarlah pada Tuhan, percayalah Dia masih tetap bekerja dan memelihara.

Singapore 23 & 25 Sep 2015