Submitted by king heart on

Kitab Ayub merupakan kitab yang sering dirujuk oleh orang Kristen ketika dirundung kemalangan karena akhir cerita Ayub yang dipulihkan oleh Tuhan.

Ayub 42 :12 - 13 TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan;

ayat 16 : Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.

Jika kita melihat kehidupan ayub sebelumnya,

Ayub 1 : 2-3 Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.

Membandingkan pasal pasal di atas maka tampak kekayaan Ayub yang berlipat dua sedangkan jumlah anak yang didapatnya tetap sejumlah seperti semula.

Berdasarkan ayat ayat di ataslah maka kita dengan "mudah" menyatakan bahwa berkat Tuhan tercurah begitu besar kepada orang yang berkarakter seperti Ayub. Pertanyaannya adalah adakah yang mau memiliki jalan hidup seperti Ayub ? Mungkin banyak yang tanpa berpikir panjang ada yang menjawab mau. Coba jika penderitaan Ayub menerima kesengsaraan badaninya dihilangkan maka pastilah akan lebih banyak yang bersedia.

Masalah ini kelihatannya sederhana namun ternyata tak sesederhana yang dibayangkan. Jika kita bayangkan dibenak Ayub ( berandai andai ), tidakkah ketika ia memperoleh anak lagi sebanyak 10 orang yang dikatakan cantik  itu bisa melupakan kesedihan kehilangan sepuluh anak sebelumnya ?

Saya membayangkan ketika Ayub memperhatikan ke sepuluh anaknya itu maka ia mungkin akan membatin jikalau 10 anaknya yang telah meninggal itu masih ada maka kebahagiannya akan menjadi lebih dan semakin lengkap. Jika boleh memilih mungkin Ayub lebih suka tidak memperoleh seluruh kekayaan daripada kehilangan anaknya.

Jika demikian apa yang mau Tuhan sampaikan melalui cerita tentang Ayub ini ? Jujur saya juga bingung.

Submitted by sandman on Tue, 2009-06-30 18:48
Permalink

GW berdaulat ... begitu kata Tuhan...

mau jadi alatku atau diperalat..

halah kok ngelintur..

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by dennis santoso… on Tue, 2009-06-30 18:48
Permalink

setuju, itu satu hal yang selalu luput dari cerita2 tentang ayub. seakan yang terpenting hanya jumlahnya jadi double dua dan melupakan bahwa kita sedang berbicara tentang orang, bukan barang.

so menjawab pertanyaan di judul blog ini, gue menjawab: "kalau masih dalam kuasa gue, gue ga mau kayak ayub"

Submitted by smile on Tue, 2009-06-30 19:44
Permalink

Kalo kudu seprti ayub? jaman milenium begini? ya mau ga mau, ya ga mau..(ikutan Dennis...kalo masih dalam kekuasaan dan wewenang dan kedaulatan gue sendiri, brow)

Makanya kadang saat saya jatuh, saya selalu berpikir, ah...saya ini gak ada apa apanya sama Ayub,kok Cengeng toh,man?

Wah, sejujurnya,...jangan ya Tuhan....jangan....but...NRIMO aja brow...

Submitted by king heart on Wed, 2009-07-01 12:08
Permalink

Ha ha ha kok bisa barengan....

Jangan jangan KH = tante paku seperti modus operandi aktor yang lgi ngetop he he he

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Submitted by SukA_AneH on Wed, 2009-07-01 13:30
Permalink

Jadi inget sama kotbah di gereja.

Pastur berkotbah tentang "orang Kaya susah masuk surga"

So pastur bertanya sesudah berkotbah

 

Pastur: Gimana saudara2 mau masuk surga gak?

Jemaat: Mau.....

P: Kalau begitu mau ngak hidup Miskin?

J : Ngak mau.....

P: Loh... ^&%^$^

begitulah kita... maunya enaknya saja...

Bukankah ketika datang ke dunia kita telanjang, dan semua anugrah di beri oleh Tuhan....

Bila Tuhan hendak mengambilNya kembali kitapun hanya bisa pasrah... Apalagi seperti ayub yang Hanya di cobai (itupun ama syeton.. seiijin Tuhan).

Kalo saya menjawab Mau.... jgn di angap sombong yah.....

Submitted by whoislikegod on Wed, 2009-07-01 19:06
Permalink

double portion dari Allah bukan  tolok ukur kebahagiaam Ayub. Di bagian akhir kitab Ayub pun tidak tertulis kebahagiaan Ayub. Atau WILG yang ga baca ya??? Tapi paling tidak ada satu yang terluputkan yaitu Ayub mengetahui suatu rahasia sehingga dia bisa menulis kitab Ayub. Itulah kebahagiaanya saat Tuhan menuntun dia untuk kilas balik apa yang telah dialaminya dan membukukannya menjadi sebuah kitab. Kitab Ayub.

·siapa seperti Allah?·

Submitted by KEN on Wed, 2009-07-01 21:39
Permalink

Iman adalah pasrah, dikasih sukur, kagak dikasih sukur. Bingung di mananya ya? Banyak manusia2 ngeyel, yang mengidam-ngidamkan kisah seperti Ayub, sehingga membuat kisah kehidupannya dibuat-buat, dengan harapan, pada saat mereka menderita seperti Ayub, moga2 Tuhan memperhatikannya dan melihatnya, dan moga2 Allah membalas mereka seperti Allah membalas Ayub, yah,... semacam mau menguji Tuhan atau menganggap Tuhan itu Maha Bodoh dan Maha Tolol!

Biasanya, kebanyakan dari mereka itu maksudnya manusia2 semacam ini biasanya yang terlibat dalam Theologi Kemakmuran!

Submitted by king heart on Fri, 2009-07-03 17:17
Permalink

Kisah Ayub memang simple, tapi saya percaya tidak sesimple yang kita bayangkan karena kita tidak berada pada posisi mengalami apa yang dialami Ayub.

Ayub, orang benar yang  memiliki begitu banyak kekayaan dan 10 orang anak , ketika kemalangan datang seluruh anak dan kekayaannya musnah ditambah bonus mengalami sakit / sengsara tubuh.

Ketika permasalahan sudah clear, Allah memberikan kesembuhan total, ditambah 2 kali lipat kekayaan, plus anak 10 yang elok parasnya.

Saya hanya mencoba merenungkan apa maksud Tuhan memberikan itu semua ? Bisakah kekayaan yang melimpah, anak anak yang elok menghapus kesedihan akan kematian 10 anak sebelumnya. Seperti kata Dennis, anak bukanlah barang. Jika boleh memilih saya percaya Ayub lebih rela kehilangan semua hartanya asalkan semua anaknya kembali hidup.

Seperti WILG katakan, kitab Ayub bukan menjelaskan kebahagiaan ayub, saya juga percaya Ayub pasti bersyukur atas apa yang ia terima dan mungkin juga ia mengetahui bahwa anak anaknya yang telah meninggal telah mendapatkan kepastian keselamatan dari Allah.

Tulisan saya di atas hanya mencoba merenungkan titik pandang dari seorang Ayub yang adalah manusia biasa seperti kita. Belum lagi seperti kata Ken, bahwa kisah ayub oleh orang sekarang lebih dimaknai berkat yang besar ketika ia tidak menolak dan taat kepada Tuhan.

Jika kisah Ayub, terjadi pada kita saya percaya persoalan tidak akan sesimple dan semudah yang dibayangkan. Barangkali air mata selalu menetes ketika mengingat atau membayangkan anak anak kita yang telah meninggal.

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Submitted by whoislikegod on Sat, 2009-07-04 11:33

In reply to by king heart

Permalink

emang sangat rumit KH. harta ganti harta ok tapi nyawa ganti nyawa??? simple? Makanya saya bilang bahwa kitab Ayub terbentuk dan itulah berkat terbesar bagi Ayub, Rahasia kehidupan. Itulah sebab saya selalu berdoa apa alasan Tuhan mengijinkah hal ini atau itu terjadi walaupun suatu masalah sudah clear.

·siapa seperti Allah?·