Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Apakah Belum Terlambat Bagiku?

iik j's picture

3 Januari 2009. Aku dan satu teman bertemu seorang teman di asramanya. Satu orang ini dipertemukan denganku beberapa waktu lalu ketika sedang mencari buku di sebuah toko buku.
 

Waktu itu, tanpa basa basi aku langsung menegurnya, “Hai anak muda, mulailah berpikir untuk mengoreksi hidupmu dan menyerahkannya kepada Tuhan.”
 

Perkataan itu mengawali persahabatan kami. Namun waktu liburan yang panjang membuat kami sulit bertemu beberapa waktu, baru Sabtu lalu kami bisa bertemu. Setelah melalui cukup banyak basa basi, maka pembicaraan kami mulai mengarah kepada hal-hal yang lebih serius, dimulai dengan obrolan tentang masturbasi.
 

“Aku pikir itu bukan dosa. Tak ada tulisan di alkitab yang menyatakan itu dosa, dan itu masih lebih baik daripada berhubungan seks bebas dengan lawan jenis, menurut medis itu juga bukan suatu hal buruk, justru wajar jika seseorang melakukannya” katanya
 

“Betul yang kamu bilang! Itu wajar, mungkin lebih baik daripada berhubungan seks dengan lawan jenis karena tanpa efek samping, bukan dosa menurut medis, dan juga tidak ada larangan secara khusus tentang hal itu di Alkitab. Tetapi bisakah kamu menjelaskan tentang suatu perasaan aneh setelah melakukannya? Suatu perasaan bersalah, suatu perasaan berdosa, atau apalah namanya, yang jelas itu bukan perasaan bahagia atau sukacita. Perasaan itu terus mengejar kamu, terus menghantui, tak bisa lepas dari otakmu. Semua teori pengetahuan Alkitab kita bisa menutup hal itu dan berusaha membenarkannya sesuai pemahaman kita, tetapi marilah berperkara di hadapan Tuhan tentang hal itu, kali ini antara kamu sendiri dan Tuhan, bukan yang lain, dan kamu  pasti akan menemukan jawabannya disitu!! Hanya Tuhan yang bisa membebaskanmu darinya”
 

Karena satu dan lain hal, terpaksa pembicaraan kami teruskan di sebuah tempat makan yang asik untuk ngobrol lama dan cengengesan.
 

“Hidupku luar biasa. Aku melihat Tuhan mengabulkan doa-doa orang tuaku, aku melihat Tuhan menyembuhkan salah satu penyakitku, aku tahu Tuhan pula yang menuntunku sampai di sini. Tapi aku juga tahu, hidupku menjauh dari dia. Aku ingin mendekat kepadaNya, tetapi itu sulit untuk kulakukan. Setiap aku ingin mendekat, waktu itu juga tarikan dunia begitu kuat sehingga aku tak mampu melawannya. Bagi banyak orang aku terlihat baik-baik saja, tetapi aku tahu aku jauh dariNya. Aku sering ke Cafe dugem dan billiard untuk mencari kesenangan. Aku ingin berhenti, tapi tidak sanggup”
 

“Bukan hanya itu saja ‘kan kesenanganmu? Tuhan pasti sudah memperingatkanmu melalui sesuatu sebelum ini, tapi kamu yang masih belum mau datang padaNya”
 

“Aku merasa bebas jika hidup tanpa Tuhan. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu ketika KKN di suatu desa. Disana aku bebas karena tidak harus berdoa, tidak harus membaca Alkitab, tidak harus ikut persekutuan seperti biasanya jika aku tinggal di asrama. Aku tidak tahu kenapa aku bisa seperti itu”
 

“Jawabannya adalah karena dosa. Sebenarnya itu semua juga dialami oleh semua orang, karena memang itulah kecenderungan manusia, seperti yang tertulis di Roma 3, tidak ada seorangpun yang mencari Tuhan...”
 

“Iya, aku tahu aku masih hidup dalam dosa terus menerus, tetapi aku ragu. Apakah aku bisa datang kepada Tuhan. Apakah aku mampu? Apakah aku bisa hidup sesuai kehendakNya? Kenapa sih kalian datang sekarang? Kenapa bukan beberapa waktu lalu sebelum aku sibuk, atau beberapa waktu yang akan datang setelah aku lulus? Aku sekarang sedang tak punya waktu untuk semua hal tentang Tuhan karena jadwal kuliah, ujian, dan tugas-tugas datang tanpa henti”
 

“Tidak ada seorangpun yang bisa melakukan kehendak Tuhan, tanpa anugerah Tuhan itu sendiri. Lihatlah janjiNya di Yehezkiel 36:25-27, Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Lihat kan? Jika kita bisa, itu juga bukan karena kita, tetapi karena Tuhan sendiri. So? Kenapa kita datang sekarang? Aku ya nggak tahu. Mungkin sekaranglah waktunya Tuhan buat kamu”
 

Kami masih banyak bicara tentang hal lain lagi, tetapi dia masih saja ragu-ragu. Hingga waktu terakhir kami menutup pertemuan kami di tempat parkir dia katakan, “Aku masih setengah percaya setengah nggak, kalau ada yang berbicara tentang Injil dan hidup bagi Tuhan sekarang ini padaku. Kira-kira apakah belum terlambat bagiku untuk hidup bagi Tuhan?”
 

Sambil menepuk pundaknya, aku katakan, “Inilah waktu perkenanan itu, Firman Tuhan katakan Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!  Jadi? Datanglah sekarang... sebelum itu benar-benar terlambat bagimu.
 

Akhirnya dia pergi, dan belum mengambil keputusan. Aku cuma berharap anugerah Tuhan yang besar tercurah baginya. Tanpa aku sadari, hari itu juga, ada yang terlambat untuk aku datangi.
 

Sebenarnya di waktu yang sama, jika saja pertemuan kami cancel, aku akan pergi ke kota sebelah untuk menengok seorang ayah teman kami. Aku tak tahu sesuatu terjadi hingga hari Minggunya terkirim satu sms dari temanku yang membuatku terbelalak... bapakku telah beristirahat dengan tenang kemarin jam 5 sore, dan telah dimakamkan hari minggu jam 2 siang. Itu waktu yang sama saat aku katakan tentang ‘terlambat’ pada teman mahasiswa kemarin.
 

Bukan tertuduh, bukan kecewa, tetapi aku kembali sadar bahwa salah satu ayat di Alkitab benar-benar nyata... Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!" Sebelum matahari dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan datang kembali sesudah hujan, ... dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Tuhan yang mengaruniakannya. (Pengkotbah 12:1-7)