Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Benny & Mice

y-control's picture

Pasti Anda semua sudah tahu Benny & Mice. Kartun yang dimuat tiap minggu di Kompas itu kini sudah mengeluarkan beberapa buku yang laris manis. Meskipun belum membeli, tapi saya sudah membaca (sebagian besar) isinya (yang tidak terbungkus plastik) ketika beberapa kali mengunjungi toko buku. Hehehe.. Yah, walaupun saya merasa buku-buku kartun mereka sangat bagus dan layak dibeli, tapi bagi saya toh harganya masih keberatan juga (untuk beli buku yang setengah jam sudah habis dibaca gitu loh). Saya tidak tahu apakah perilaku membaca buku sampai habis di toko buku seperti ini sudah pernah disorot oleh mereka berdua atau belum.

Duo kartunis yang mengaku karyanya dipengaruhi Lat (kartunis Malaysia), atau kalau yang barat Beavis and Butthead, the Simpsons, dll ini mungkin bisa dibilang sudah menggantikan posisi sebagai kartun paling terkenal di Kompas, Oom Pasikom atau Pailul dan Panji Komingnya GM Sudharta yang seperti sudah kehabisan tenaga itu. Memang selain mereka, ada juga Sukribo, Timun, Konpopilan (yang banyak orang bilang susah dimengerti), atau untuk karikatur karya Jitet Koestana juga bagus. Lho, kenapa semuanya Kompas ya? Ya, di luar Kompas ada beberapa yang terkenal dan khas, meski kebanyakan karikatur (bukan berbentuk komik strip). Mereka misalnya Nunk dengan Sepakbolaria (Bola), Nofee di tabloid Nova (lupa kartunisnya), si Eneng (Sindo), Leak Koestiya (Jawa Pos), Clekit, Anton (Intisari), Prie GS, dsb.

Tapi, paling tidak ada dua hal yang khas dari Benny and Mice. Pertama adalah objeknya yaitu kelompok kelas menengah ke bawah. Demikian juga ketika menamai buku mereka 100 Tokoh yang Mewarnai Jakarta, dalam satu wawancara mereka bilang, biar banyak orang beken kege eran saat akan membacanya. Pasalnya 100 tokoh itu bukan terdiri dari nama-nama pejabat, artis, atau semacamnya. Mereka justru banci taman lawang, pemalak di sekolahan, anak muda yang terobsesi jadi artis, anak SMA, mas mas yang bekerja di Glodok, dll. Mereka menggambarkan hal-hal yang mungkin tidak kita sangka akan dibukukan, seperti perilaku memakai hape, gonta-ganti SIM card, teman
yang kalau ketemu sukanya hanya bicara politik, dll. Yang kedua adalah cara penyampaiannya. Mareka tidak menggurui apalagi mengkhotbahi. Itu satu hal penting.

Kalau Oom Pasikom pernah difilmkan (dengan dibintangi Didi Petet), bagaimana seandainya Benny & Mice difilmkan juga? Ah, sepertinya tidak perlu dan tidak pas juga. Kita sudah melihat film itu setiap hari selama 24 jam, apalagi bagi yang tinggal di Jakarta. Tapi, bahwa bukunya sangat laris, semua orang tertawa melihat Kompas Minggu, dan saya sendiri terkikik-kikik di toko buku, barangkali karena membaca kartun macam itu seperti melihat cermin cembung, cekung yang bisa membuat badan terlihat sangat gemuk/sangat kurus. Mungkin juga itu ibarat seseorang menunjukkan foto teman atau diri kita yang diambil secara candid. Tapi, tentu kita juga sudah mendengar beberapa kali kartun membuat marah seseorang atau satu kelompok.

Saya pernah membaca pengalaman seorang teman yang ingin diajari temannya cara menggambar yang baik. Ternyata caranya sederhana saja. Ia cukup disuruh menggambar sebuah kursi. Tapi, tidak hanya berhenti di situ. Setelah gambar kursi itu selesai, teman saya itu kemudian disuruh membuat gambar kursi yang sama tapi dari arah berlawanan. Kalau sudah bisa, berarti sudah bisa menggambar dengan baik. Ketika saya iseng mencoba, ternyata memang susah juga. Menggambar dari sisi terbalik mungkin adalah yang dilakukan dua orang itu. Kartun Benny and Mice sebenarnya tak lebih dari potret kehidupan (yang getir) tapi bisa membuat tertawa, bahkan bisa dijadikan kutipan atau motto dalam hidup (mis: oh ya, kayak di Benny and Mice kemaren tuh). Daripada menunggu mereka berdua menggambarkan lagak dan tingkah aneh kita, kenapa tidak menggambar sendiri, tertawa sendiri, atau tunjukkan gambar itu ke orang lain supaya mereka juga tertawa (sukur bisa mengutipnya)?

Oke, karena ini tulisan live on the warnet, saya malah bingung sendiri melanjutkannya karena saya baru sadar SS tidak memiliki fasilitas save posting seperti di blogspot atau wordpress hehehe.. Sebenarnya tadi sih mau nulis tentang signature warga SS tapi kenapa malah tentang Benny and Mice? Yah, jadi, apa pelajarannya? Pelajarannya di antaranya sudah saya sampaikan di beberapa komen di blog lain sebelum ini. Kalau ada pelajaran baru adalah, mari kita galakkan menggambar!

kurnia's picture

Doyok

Apakah Doyok masih aktif di PosKota? Udah gak pernah baca poskota sih :) Dulu Doyok sangat ngetop, sampai pernah suatu saat saya nemuin ada loper koran menawarkan PosKota dengan harga murah karena "tanpa Doyok". Sebagai fans Panji Koming, menurutku Panji Koming masih punya greget, hanya saja perlu agak mikir untuk ngerti maksudnya, jadi gak se-ringan topik yang dibawa Benny&Mice.

Just as i am,

kurnia 

__________________

Just as i am,

kurnia 

y-control's picture

legend

oh, ya betul.. doyok juga legend tuh.. hehehe... cuma saya yang seumur hidup tinggal cuma di jateng - jatim kurang akrab dng poskota.. panji koming dulu masih lucu, ga tau skrg kayak liat orang tua yg kerjanya nonton berita tv, geleng2 dan ngelus2 dada aja..  yg menarik dari panji koming skrg bagi saya cuma karikatur wajah2 tokoh politiknya yg bagus2

 HA HA HA!