Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Double Esspresso - Waiting

minmerry's picture

@ DOUBLE ESSPRESSO

Apa yang sedang kamu tunggu...?

Katanya, setiap orang selalu menunggu.

waiting

 

 

Pagi ini masih terasa dingin. Uh… Dan…, aku baru menyadari, sudah memasuki liburan natal dan tahun baru. Ini adalah malam natal. Hari ini coffee shop lebih penuh dari biasanya. Semua berjalan seperti biasa. Begitu juga, aku sendiri. Keira, tidak ada yang berbeda, selain perasaan hangat di malam natal ini, namun aku masih Keira yang membosankan.

 

 

Setidaknya, tempat ini tidak terlihat membosankan. Lampu hias yang paling indah yang bisa kutemukan, tergantung di setiap sudut coffee shop. Pohon natal setinggi pria dewasa, masih terpajang dengan baik, di samping pintu masuk ke Double Esspresso. Di beberapa rantingnya, ada pengunjung yang bersedia menuliskan harapannya dan menggantungkannya.

 

 

 

Aku tersenyum memikirkan natal-natal yang lalu, sekali lagi.

 

Tanpa sadar, aku melempar segenggam bawang putih di atas wajan panas.

Tanpa sadar aku memanggang seiris daging empuk diatasnya. Pikiranku penuh dengan kerinduan akan kehangatan minggu-minggu yang baru berlalu.

Tanpa sadar, tanganku menambahkan lada dan garam. Aroma yang enak menyadarkanku dari lamunan itu. Sarapanku pagi ini.

 

 

Seperti biasa, dalam coffee bar-ku, aku duduk dan melahap sarapan pagi-ku. Kelaparan. Aku melahapnya banyak-banyak, lalu mengunyah dengan pelan sambil membaca koran.

 

 

 

‘Menunggu seseorang?’ Hayden lewat didepanku, menggodaku.

 

Aku menggeleng.

 

‘Oh come on… Kamu menunggu seseorang.’

 

‘Aku tidak menunggu seseorang.’

 

Dia berhenti dan menatapku, tatapan yang kubenci.

 

‘Aku, TIDAK menunggu seseorang.’ Dan aku menggunakan koran untuk menghalangi pandangannya dariku.

 

Aku tidak menunggu seseorang.

 

 

Tanpa sadar, aku menatap pada pintu coffee shop.

 

 

 

Akan seperti apa tahun yang baru ini buat-ku. Aku sendiri, tidak begitu banyak berharap. Tahun yang baru berlalu adalah tahun yang paling berat dalam hidup-ku. Namun, ketika aku mau terlibat dalam komunikasi dengan tamu-tamu yang duduk di coffee bar hingga malam hari. Aku tahu, situasiku tidak berbeda dengan mereka.

 

 

Aku mengeluarkan tumpukkan surat dan tagihan yang belum kubaca sejak dua minggu lalu. Kesibukan demi kesibukkan, alasan demi alasan. Memakai kacamata bergagang hitam, dan mengikat rambutku menjadi ekor kuda yang manis, aku duduk dan mulai membuka surat-surat itu satu persatu.

Tagihan. Tagihan.

 

Dari tumpukkan surat dan tagihan, aku menarik satu amplop dengan warna hijau yang merah yang menarik.

 

Kartu natal? Dari? Siapa?

 

Haha. Kamu berharap terlalu banyak, Kei… Kartu natal dari bank swasta. Sekali lagi, bank swasta. Jika kamu berulang tahun, anniversary, bahkan natal, bank swasta atau kantor asuransi akan mengirimkan kartu ulang tahun padamu. Mereka sangat peduli akan tanggal-tanggal ini. Dengan rasa penasaran aku memeriksa inbox dalam ponsel-ku.

 

Ada beberapa nama. Aku tersenyum.

 

 

Beberapa tahun lalu, saat aku masih berkutat dengan diktat kuliah, saat aku masih berjuang untuk tiba di kampus tepat waktu untuk bisa mengikuti lab… Natal seperti ini, kami akan mengumpulkan janji-janji kecil kami tahun lalu, membukanya. Dan janji yang dipenuhi akan diberi penghargaan. Janji yang tidak ditepati, akan diolok-olok.

 

Aku, Keira, terpisah dari mereka dan memulai hidup yang aku pilih.

 

 

Aku tidak lagi ikut dengan mereka membuka janji-janji itu tahun lalu. Begitu juga tahun ini.

 

Aku bahkan tidak menulis lagi janji-janji yang akan disimpan untuk tahun berikutnya, dan tahun berikutnya.

 

Aku, entah kenapa, kecewa kartu itu bukan dari mereka.

 

 

 

Kopi didepanku, sudah dingin, kubiarkan terlalu lama. Dan ada rasa asam dilidahku, saat aku meneguknya perlahan. Min muncul, aha, si pengantin baru. Rambutnya lebih lurus dan lebih panjang. Dia tidak mengambil tempat di coffee bar. Namun ia duduk di meja bundar yang menghadap ke jalanan, dan menelepon seseorang.

 

Setelah ia selesai dengan pembicaraannya yang cukup serius, dia berjalan menghampiriku.

 

 

 

‘Belum melihatmu sejak pemberkatan, Min.’

 

‘Ha Ha Ha. Here I am now. Emang ada yang nyariin?’

 

‘Aku. Aku takut kamu melupakan coffee shop ini.’

 

‘Hehe. Cape, Kei. Belajarnya jadi lebih banyak sekarang.’

 

‘Of course.’ Aku menuangkan satu gelas kopi didepan Min.

 

‘Menunggu seseorang?’ Tanya Min. Aku menggeleng. ‘Oh, kamu menunggu seseorang, darling…’ Min mulai tertawa.

 

Aku tetap menggeleng, dan memaksa mimik wajahku untuk tidak berubah.

 

‘Tell me about your marriage life.’ Aku mengubah topic pembicaraan.

 

‘Hm, try to change topic nich? Nice try, but okelah, aku ga akan menggoda tentang siapapun yang kamu tunggu.’

 

‘Sangat bijaksana.’ Jawabku.

 

‘Tapi ngomong-ngomong, siapa sih?’

 

‘Minnn!’ Seruku. Min makin tertawa.

 

 

 

Hayden kembali berjalan melewati coffee bar. ‘Hey Min. Selamat yach.’ Dia menyalami Min. ‘Kamu merit, aku jadi patah hati, Min…’

 

‘Hahaha’ Min tertawa. ‘Maaf, aku ga mau jadi urutan kesekian dari pemuja-pemuja-mu Hayd…’

 

‘Dia sedang menunggu seseorang, ‘ Hayden menunjuk Keira.

 

‘Aku tahu.’ Min berpura-pura mengangguk serius.

 

‘Oh kalian, berhentilah menggodaku. Aku tidak menunggu siapapun. Oke? Dan, Hayd, kembalilah ke pojokmu.’

 

‘Tentang marriage life. Somepeople will say, there is no so much different like before. Kalo aku sendiri merasa sangat berbeda. Bangun tanpa alarm suara mama, do the house thing… So much different.’

 

‘A brand new life.’ Kataku.

 

‘Yak, a brand new life.’

 

 

 

 

Kami mengobrol tentang banyak hal yang sama, mengulang topik pembicaraan yang hampir selalu sama hingga Min dijemput suaminya, aku masih berkutat dengan tagihan yang harus segera ku lunasi. Mulai menuliskan cek. Dan aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari pintu.

 

Aku menunggu seseorang?

 

 

Semua orang menunggu seseorang. Pria berdasi dengan sepatu kulit di pojokan, menunggu istrinya yang bekerja di rumah sakit, satu blok dari coffee shop. Pria itu akan menunggu hingga istrinya menyelesaikan shiftnya dan mereka akan pulang bersama.

 

Hayden, menunggu konser berikutnya. Hayden menunggu untuk bertemu seseorang.

 

Pemuda di depan coffee shop sudah beberapa kali memeriksa ponselnya dan bergerak-gerak gelisah, definitely menunggu seseorang.

 

But its not about the waiting.

 

Bukan tentang menunggu.

 

 

Aku kembali memeriksa phone book-ku. Dengan emosional, aku mengirimkan pesan singkat padanya. Walau aku tahu, pesan singkat itu, tidak akan sampai pada tempatnya berada.

 

Aku menunggu.

 

Benar.

 

Tetapi, sekali lagi, bukan tentang menunggu.

 

Yang kutunggu adalah supaya malam natal ini, akan segera berlalu. Dan aku dapat pulang, menutup pintu dan menghibur diriku.

 

 

Aku menikmati acara malam natal yang diselenggarakan oleh satu gereja, bersama temanku. Dia tidak begitu menikmati acara, dan sedikit meremehkan natal dari caranya berbicara. Namun, aku tidak peduli. Aku memakai sweater yang manis, hingga aku tidak akan kedinginan selama acara berlangsung.

 

Puji-pujian. Instrument yang menggemakan kebesaran anak manusia, Anak Domba Allah. Cahaya lilin.

 

 

Aku tahu aku men-nonaktifkan suara ponselku, tanpa fungsi getar, dan menyimpannya dalam saku jeans celanaku.

 

Ah ya, ada seseorang yang kutunggu malam itu.

Orang yang kurindukan selama ini. Dan aku pasti akan menemukannya jika itu adalah malam natal. Dan, malam itu, malam aku duduk di hall, adalah malam natal. Aku bisa bertemu dengannya malam ini.

 

Dan aku mendengar dalam hatiku, ada suara untuk mendorongku memeriksa ponselku. 21 Misscall. 2 atau 3 pesan, aku tidak ingat.

 

 

‘Keira, pulang. Papa jatuh, dan masuk rumah sakit.’

 

 

Aku merasa mual dan panik. Aku berkata pada temanku, ‘Antar aku ke rumah sakit, papa-ku jatuh.’

 

Aku bersumpah aku langsung membenci temanku malam itu, untuk selama-lamanya. Wajahnya berubah ceria saat dia mendengar perkataanku. Mungkin dia lega dan senang terbebas dari acara kristiani, dan ia tidak sadar aku begitu sakit hati saat dia senang bisa keluar dari tempat itu karena harus mengantar aku, ke rumah sakit. Dia bersyukur bisa terbebas dari acara yang ia anggap membosankan, karena ayah dari temannya masuk ke rumah sakit?

 

Oh, aku begitu sinis.

 

Aku ingat aku berhenti berbicara padanya, dan aku mengusirnya pulang saat aku tiba di rumah sakit.

 

 

Dan aku begitu mengingat, Papa tidak akan sama lagi, sejak malam natal itu.

 

Malam natal, dan aku kehilangan papa yang ku kenal.

 

Aku melewatkan sisa malam natal itu di rumah sakit.

 

 

 

Jadi benar, aku menunggu malam ini berlalu. Aku takut akan sesuatu yang terjadi.

 

Ini malam natal yang ke 5 aku terperangkap dalam malam natal yang memicu semua kegelisahan dan ketakutanku.

 

 

Aku tahu, aku begitu bodoh untuk mengirimkan pesan singkat ke nomor lamanya, yang tidak akan pernah sampai padanya, namun aku tetap mengirimkan pesan itu untuknya. Bahwa aku mengingat dirinya.

 

 

4 jam lagi. Malam natal akan segera berlalu.

 

 

Aku mematikan semua lampu. mengunci pintu coffee shop, dan berjalan pulang.

 

Jalanan meriah. Anak-anak yang membagikan hadiah natal bersama santa claus, lagu-lagu natal, lampu dimana-mana. Kota ini tidak akan tertidur malam ini. Tidak ada yang bisa mengalahkan kesukacitaan natal? Aku merasakan senyum diwajahku.

 

 

Semua akan baik-baik saja untuk 4 jam ke depan?

 

Terlalu dingin untuk berada di luar rumah. Aku akan pulang, mengunci pintu, memakai kaos kaki, menambahkan selimut untuk menemaniku menonton acara TV yang membosankan. Segelas kopi lagi, mungkin ide yang bagus.

 

Sementara mereka diluar sana bersuka cita, berkumpul bersama. Aku akan menunggu 4 jam ini berlalu. Akan ada kesempatan lain, malam natal yang lain bagiku.

 

Aku akan menunggu.

__________________

logo min kecil

dennis santoso a.k.a nis's picture

siapa?

Katanya, setiap orang selalu menunggu.

kata siapa tuh?

minmerry's picture

Not Me,

I just make a stories. Time said, not me.

 

logo min kecil

__________________

logo min kecil

Tante Paku's picture

Menunggu, Min.

Menunggu memang pekerjaan yang membosankan. Apalagi menunggu di saat orang lain bersukaria, benar-benar membosankan. Tapi kalau itu kenyataannya, siapa yang harus kita salahkan?

Memang hidup selamanya selalu menunggu, Min.  Ceritanya semakin menarik dan menukik, ditunggu kelanjutannya, karena tdk terasa udah ampe ujung nih bacanya.

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

minmerry's picture

Tante Paku,

Thx, Tante. Ga menyangka Tante sudah jadi tamu tetap coffee shopnya Keira nich.. Haha. Tamu misterius yang duduk di pojokkan menunggu seseorang itu, tante?

There is a worry and desire both come out while we're waiting. 

 

logo min kecil

 

 

__________________

logo min kecil

iik j's picture

@min, tentang natal atau menunggu?

Tentang Natal atau menunggu sih?

aku pilih tentang Natal ajalah ..ya. he he he..

Natalku kemarin.. Malam 24 begitu hangat... begitu penuh pengharapan, meski aku sendirian di rumah karena serumah pergi MISA di gereja Katholik dan di luar angin dan hujan deras menghantam.

SMS demi SMS datang.. beberapa telepon dari sahabat.. aku senang dan bahagia, terutama saat 1 orang menanyakan tentang 'YESUS KRISTUS" yang kumiliki (belum ada pertanyaan yang bisa membuatku lebih bahagia daripada mendengar pertanyaan ini).

Esoknya. 25 Desember. Aku menempuh perjalanan pulang ke desa. Menengok salah 1 ibuku yang sakit.

Aku tak pernah membayangkan salah satu orang yang paling kucintai (sampai hari ini), terdekat, orang 'hebatku' hanya bisa duduk di kursi roda.

Hancur.... remuk.. tak terlukiskan.. tak terkatakan.. tapi aku putuskan untuk tetap memberinya semangat!

Beberapa hari aku disana. Tak ada yang tahu persis 'hatiku', karena  aku memilih untuk begitu.

Waktu pulang, aku menyentuhnya, mendekapnya, memeluknya pelan... berdoa untuknya, menciumnya... tanpa air mata.

hingga saat berbalik dan melangkah keluar pintu di pagi buta.. aku (yang tak pernah menangis), tak sanggup menahan air mata hingga puluhan kilometer kemudian di atas bis yang membawaku kembali.

Setelah itu, saat badai demi badai datang hingga hari ini.. aku tak lagi menangis, tapi aku menunggu semua berlalu..

Hingga kini.. aku masih menunggu...

hasratku, gairahku, kemampuanku menuangkan perasaan pada tulisan kembali.

Aku tak tahu... sampai kapan itu kembali.

he he he he heh he... apapun yang terjadi SEMANGAT AJA-LAH!!!

 

passion for Christ, compassion for the lost

joli's picture

happy birthday Minmerry

Minmerry, happy birthday, ni Joli beliin Tiramisu home made, paling enak sedunia, coba-lah se-suap, terasa meleleh di mulut.. hmmm nikmat bener.

Nikmati dengan your bojo ya.. satu potong berdua, biar kelihatan kompak