Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Gereja: mana yang lebih besar, masalah hati atau otak?

pwijayanto's picture

Tempat tinggalku dengan GKJ Salatiga tempat aku bergereja, hanya berbatasan pagar pekarangan.  Sampai hari ini belum ada alasan, dan sangat mungkin juga untuk waktu-waktu mendatang, tidak ada alasan bagiku untuk berpindah gereja, kecuali aku dikeluarkan dari gereja, seperti yang dialami oleh temanku, gara-gara beda pandangan dengan kebanyakan warga jemaat yang lain, temanku diberhentikan dari keanggotaan majelis, dan akhirnya keluar dari gerejanya, pindah ke gerejaku.

Kalau sampai ada jemaat yang dikeluarkan dari gereja, menurutku aneh.. , masa gembala mengusir dombanya. Katanya Yesus mencari orang berdosa, khan aneh jika dianggap "berdosa" pada gereja, malah diusir supaya  pergi meninggalkan gereja bukankah sebaliknya, pada orang-orang yang "berdosa" itulah gereja ditantang untuk menunjukkan kasihnya.

Menurut sejarah, semua GKJ di Salatiga. semula adalah 'pepanthan' dari GKJ Salatiga, yang sudah didewasakan. GKJ Salatiga sangat dikenal dengan sebutan GKJ 55, karena terletak di jalan Diponegoro nomor 55. Kini ada GKJ Salatiga Utara, Salatiga Selatan, Salatiga Utara, Sidomukti, dan 'mereka' masing-masing punya 'pepanthan' juga di sekitar Salatiga, bahkan hingga di wilayah Kabupaten Semarang.  GKJ Susukan di Kabupaten Semarang, yang berjarak kira-kira 30 km dari Salatiga, dulu juga pepanthan dari GKJ Salatiga. Aku kenal dengan semua pendeta GKJ di Salatiga.

Dari sisi SDM, GKJ Salatiga patut diacungi jempol.  Dengan 2 pendeta 'aktif' yang beberapa waktu lagi akan menempuh S2, tingkat pendidikan jemaat GKJ Salatiga sangat baik, mungkin terbaik diantara seluruh GKJ di Indonesia (he he.. memangnya GKJ ada di seluruh Indonesia?).  Saat ini ada 4 profesor, beberapa doktor dan master, dan tak perlu dihitung lagi yang sarjana, dan lulusan SLTA.  Bagusnya di gereja ini, pandangan-pandangan yang berbeda-beda di antara jemaat, sangat dihargai.  Tidak ada yang main "fatwa" sesat.  Kalau ada "masalah" akan dibicarakan bahkan digelar diskusi untuk menyikapinya.  Termasuk tulisanku "Siapa Tuhan yang Anda Sembah?", pernah didiskusikan.

Kemarin, ketika ngomong-omong dengan salah seorang warga, aku baru menyadari, bahwa gereja adalah masalah hati.  Ada temanku yang tinggal dekat dengan GKJ Salatiga, tapi bergereja di GKJ Salatiga Timur,  ada yang sangat dekat dengan GKJ Salatiga Utara, tapi bergereja di GKJ Salatiga,  ada yang tinggal dekat dengan GKJ Sidomukti tapi beribadah di GKJ Salatiga.  Termasuk pembagian wilayah PA di GKJ Salatiga sendiri, beberapa orang tidak memilih aktif di PA "blok" terdekat, tetapi di blok lain yang lebih jauh. Mungkin yang lebih 'cocok'.

Yang aku ceritakan itu masih SAMA-SAMA GKJ di Salatiga. Belum lagi kalau lihat  gereja lain  yang bukan GKJ, di Salatiga, dengan penduduk saat ini kurang dari 200.000 jiwa ada puluhan gereja yang dapat menjadi pilihan orang untuk bergereja.  Pindah gereja ("pindah kandang") bukan hal yang mengherankan.  Dulu ada jemaat di GKJ Salatiga yang tidak senang dengan warga yang pindah ke Bethani, dan menyindir melalui tulisan di warta jemaat.  Aku salah satu yang tidak setuju dengan tulisan di warta jemaat itu, aku kirim surat ke majelis, dan menyampaikan, "kalau kandang lain memang (dirasa) lebih bagus, dan domba bisa lebih terpelihara, kenapa harus dikekang di kandang sendiri?  Orang keluar dari gereja saja kita tidak dapat melarang, apalagi "hanya" pindah kandang".  Warta jemaat berikutnya berisi permintaan maaf, dan tulisan di warta jemaat sebelumnya dinyatakan "dianggap tidak ada".

Hal seperti di atas, yang kadang tidak dimengerti oleh rekan-rekan Muslim, dan dengan heran mereka bertanya, "Mengapa mendatangkan jemaat dari tempat lain di gereja ini?", bahkan kadang ada yang menuduh gereja telah melakukan manipulasi data, karena kebanyakan warga gereja bukanlah 'warga setempat', tapi di-impor dari wilayah lain.  Bagi kita yang mengalami, sangat wajar di kalangan jemaat, bahwa gereja adalah masalah hati, kita bebas menentukan akan bergereja dimana, mau yang dekat rumah, satu RT, satu Desa, satu Kecamatan, atau tempat lain, yang lain kota. Kita masing-masing punya pertimbangan sendiri-sendiri yang tidak mudah diintervensi oleh logika orang lain.

Kenyataannya, gereja bukan seperti pemerintahan negara yang warganya dikelompokkan menurut wilayah teritorial.  Ini yang perlu diberitakan, agar dimengerti oleh semua "stake holder", termasuk khususnya kepada rekan-rekan kita yang tidak beragama Kristen, mereka perlu tahu "adat-istiadat" dan kebiasaan yang berlaku di gereja.  Desa mawa cara, negara mawa tata, demikian kata pepatah Jawa.  

Bagiku tidak sulit memahaminya, tapi bagi orang lain di luar gereja, mungkin sangat sulit, sama sulitnya ketika aku berusaha mengetahui bagaimana "organisasi" masjid, apa saja "denominasi"nya?  Hingga kini, walau bergaul dengan banyak rekan Muslim, aku belum paham tentang organisasi 'masjid'.  Aku menahan tawa, ketika seorang rekan Muslim mengatakan, orang Kristen sholat seminggu sekali di gereja menghadap ke patung Yesus.

Dari diskusi dengan mereka, mereka juga tidak mengerti kenapa orang Kristen menyanyi di upacara pemakaman, tapi nangis-nangis di kebaktian di gereja.  Orang yang berbahasa roh, dianggapnya kesurupan roh Yesus.  Tapi mungkin juga aku akan ditertawakan jika berusaha mendeskripsikan "mereka".  Sampai sekarang aku juga tidak mengerti mengapa dan bagaimana, ada pesantren yang mengajarkan kesaktian, kekebalan tubuh, dan lain-lain yang bersifat gaib.

Kembali tentang gereja, suatu kali, lebih dari 10 tahun yang lalu, aku juga pernah selama 1 tahun bergereja di gereja babtis, yang berjarak 3 km dari rumah orang tuaku.  Aku memang 'ijin' pada pendeta disitu, ingin ikut belajar di situ, sekalipun masih tetap warga GKJ.  Setelah genap setahun, aku berpamitan kembali ke GKJ lagi,  aku berikan kenang-kenangan sebuah Alkitab besar untuk mimbar, yang nampaknya masih dipakai hingga sekarang.  Sekarang pendeta disana sudah ganti, tapi aku juga kenal, hingga kini masih ada 'ikatan persaudaraan' dengan beberapa jemaat di sana.  Kapan itu pendeta baru juga main ke rumah dan sebaiknya aku juga pernah berkunjung ke rumahnya.

Mungkin saja, 'pelajaran' dari LPMI yang melayani gereja dan berkomitmen tidak mendirikan gereja, juga pandanganku tentang "Kerajaan Tuhan", menyebabkan aku tidak 'fanatik' pada denominasi atau aliran tertentu.  Dua hari yang lalu, aku ngomong dengan salah seorang majelis gereja, bahwa mungkin yang perlu diajarkan ke jemaat, selain hanya tentang ayat-ayat Kitab Suci, baik dalam kotbah maupun PA, adalah memberikan wawasan kepada jemaat, tentang aliran dan denominasi di kalangan Kristen.  Kalau Katholik bagaimana, mengapa mereka juga minta tolong kepada Bunda Maria, kalau Injili bagaimana, Kharismatik bagaimana, dan sebagainya, supaya 'pengetahuan jemaat' meningkat, bukan hanya "pokoknya aku yang paling benar, gerejaku yang paling baik".

Aku hanya kadang merenung, apakah nanti di surga kita akan diberi kesempatan untuk memilih "denominasi"?  Atau apakah sebelum masuk surga, kita akan ditanya, "dari denominasi apa?"  Entahlah...aku tidak tahu apakah di surga nanti kita akan 'diseragamkan' atau 'dibeda-bedakan'. Mungkin seperti memilih suami/istri, beberapa hal tidak dapat diungkapkan menurut logika otak.

Jadi mengapa aku di GKJ? Aku lahir dari orang tua yang ikut mendirikan salah satu pepanthan GKJ, menikah dengan istri yang orang tuanya majelis GKJ, tinggal di dekat gedung GKJ,  itu mungkin alasan rasionalnya, tapi yang tidak rasional adalah aku 'enjoy aja' di GKJ, walau dengan pandangan yang kadang berbeda dengan pandangan 'institusi' GKJ.

Seperti tulisan Pak Purnomo, @MK, ini bukan pledoi, tulisan ini bukan pembelaanku karena aku kadang dituduh sebagai Saksi Yehova karena ikut memberitakan nama Yahweh ;  hanya ungkapan pikiranku yang aku simpan sejak kemarin siang, ketika ngomong-omong dengan seorang teman, katanya mobilnya pak "H" yang tinggal di dekat GKJ Salatiga tetapi bergereja di GKJ Salatiga Timur, akan dijual. Selain tertarik urusan mobil aku juga berpikir tentang GKJ Salatiga Timur-nya. Apalagi sebelumnya aku ketemu mahasiswaku yang menceritakan pandangan Pendeta GKJ Salatiga Timur ketika mengikuti kelas Etika Kristen, berkenaan dengan perkawinan beda agama, homoseksual dan sebagainya.  Aku kenal baik dengan Pendeta itu, apalagi adikku juga ikut bergereja di sana, karena pacarnya adalah jemaat di sana.

 

__________________

=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)

Purnawan Kristanto's picture

Info ttg Masjid

PW:  Hal seperti di atas, yang kadang tidak dimengerti oleh rekan-rekan Muslim, dan dengan heran mereka bertanya, "Mengapa mendatangkan jemaat dari tempat lain di gereja ini?", bahkan kadang ada yang menuduh gereja telah melakukan manipulasi data, karena kebanyakan warga gereja bukanlah 'warga setempat', tapi di-impor dari wilayah lain.

Wawan: Sejauh yang saya tahu, teman-teman muslim justru telah melakukan ini lebih dulu. Di kalangan Muslim tidak dikenal adanya pencatatan keanggotaan.Jadi kalau kita bertanya,"Kamu anggota masjid mana?" maka mereka akan menunjukkan wajah bingung. Bagi mereka, beribadah di masjid mana saja tidak menjadi soal. Seperti kata Anda, itu adalah soal hati dan kepraktisan. Sewaktu mahasiswa, ada teman yang senang shollat di Gelanggang Mahasiswa yang jaraknya jauh karena lebih afdol (pertimbangan hati), tapi ada juga yang memilih di musholla fakultas yang lebih dekat (pertimbangan jarak).

 Seorang teman muslim pernah menyatakan keheranannya karena di sebuah ruas jalan terdapat beberapa gereja dengan jarak yang sangat berdekatan. "Mengapa harus didirikan banyak gedung gereja?" Saya katakan kepadanya, bahwa di dalam kekristenan itu berbeda dengan kalangan muslim yang bisa beribadah di mesjid mana saja. Di kalangan kristen terdapat beberapa aliran, yang di antara anggotanya tidak [atau belum] bersedia beribadah selain ke gereja yang sealiran. Itu sebabnya didirikan lebih banyak gedung gereja sesuai dengan aliran masing-masing.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

king heart's picture

Mayoritas muslim di Indonesia : Sunni

Pak wawan,

Secara garis besar komentar anda benar namun jika dicermati lebih dalam lagi jadinya tidak terlalu tepat juga. Mayoritas muslim di Indonesia beraliran Sunni sehingga penggunaan masjid yang sama memang jarang jadi masalah. Tetapi lain halnya dengan mesjid yang didirikan oleh orang Syiah, saya yakin akan lain ceritanya.

Ada cerita dari seorang teman Muhamadiyah, bahwa mereka tidak mempermasalahkan jika sembayang di mesjid yang mana, namun beda jika orang NU, mereka tak bakalan mau sembayang di mesjid yang didirikan orang Muhamadiyah. Padahal mereka sama sama Sunni bukan ?

Masalah jadi semakin bertambah terlihat jika yang mendirikan mesjid adalah penganut Ahmaadiyah bukan he he he ( ini memang soal lain sih )

Secara umum sih jika memang terjadi semacam "pengotakan" aliran dalam Islam bagaimanapun jumlahnya memang jauh lebih sedikit dibanding denominasi yang ada di Kristen.

GBU

 

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Purnawan Kristanto's picture

Tidak Mononitik

 Anda betul. Islam pun juga bukan agama monolotik.

Sebagai contoh: teman saya, yang lulusan IAIN, punya kakak yang menganut aliran ekstrem. Kakaknya ini bahkan tidak mau memakai sajadah milik adiknya karena dianggap najis.

Mereka juga memiliki aliran, namun fragmentasinya tidak "separah" gereja protestan.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

hai hai's picture

Gereja Terbesar Di Dunia

Gereja mana yang terbesar di dunia? Menurut saya, Gereja terbesar di dunia adalah Gereja Kristus Yesus Mangga Besar.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

king heart's picture

Gereja Terkecil dan Gereja Sejati

kalau begitu gereja terkecil mungkin Gereja Ayam dan Gereja sejati adalah Gereja Yesus Sejati

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Purnawan Kristanto's picture

Gereja Jago

Gerejaku disebut "Gereja Jago", jadi pujiannya terdengar begini: "Kukuruyuuuuuk!"


 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

kaswan's picture

"Gereja masalah selera.."

Syallom Pak Wijayanto ( boleh ya pak saya panggil demikian )...

Saya hidup di keluarga yang memiliki keyakinan dua agama,ya Kristen en Islam.Demikian bapak Kristen dan Ibu Islam,saudara - saudari 7 jadi keprcayaanpun fifty - fifty.Sewaktu kecil aku tiap sore belajar ngaji di "langgar" (mushola) dan sering ikut pengajian meski ga ngerti apa - apa, cuma yang aku tahu selesai pengajian dapat jatah jajan pasar, yah..inilah kebahagiaanku bisa menikmati jajan pasar.maklum kehidupan keluargaku pas -pasan kadang pagi ga sarapan (seingatku sering..) apalagi mengharap uang saku wah super jarang.

Hingga kakakku laki -laki ( yang kristen )  disuatu malam diterangi dengan sebuah "Damar templek"mulai mendongengiku dengan cerita tentang seorang pribadi bernama Yesus, katanya pribadi ini adalah anak "Gusti ALLAH".Bahwa Dialah sumber berkat,pelindung,dan pemelihara.

"Jangan takut dek...dengan hantu,sembayang saja Tuhan pasti melindungi" kata kakak."Kalo perut lapar apa Dia bisa bikin kenyang..??"tanyaku."Dia bisa melakukan apa saja,sebab Dia Tuhan" dan kata kakakku kalo kita percaya dengan Dia kita masuk surga.

Mulai dari situlah saya tertarik ke gereja dan ikut sekolah minggu dan tumbuh di gereja kampungku yaitu GKJW.Tapi pandanganku dulu orang Kristen itu orang kaya ,ningrat ,priayi apalagi kalo ke gereja pakaian bagus bersepatu,sedang aku pakaian lusuh sandal jepit lagi..

Tapi Tuhan mengenalkan diriNya kepadaku degan cara yang ajaib meski aku sangat kecil waktu itu.Aku mulai mengasihi Tuhan,bahkan aku rajin ke gereja meski dengan rasa malu karena tidak bisa memberi "Remboss" alias pisungsung(persembahan) sewaktu kantong kolekte diedarkan.

Aku tumbuh menjadi pemuda kristen yang aktif di gereja,bahkan mengajar sekolah minggu sejak aku duduk dibangku kelas lima SD.Tuhan memberi kerajinan kepadaku hingga aku juara kelas terus meski ga bisa ikut les karena tanggung jawabku harus "angon" wedhus satu -satunya harta kebanggaan keluargaku.

Hingga akhirnya setelah lulus SMP aku merantau ke kota jadi kuli bangunan meski dengan tubuh yang kerempeng digerogoti sakit batuk yang menaun.Atas tawaran saudara aku disekolahkan di sekolah pelayaran,aku menerima tawaran itu karena memang aku pingin sekali sekolah.

Dikota aku rajin mengikuti kegiatan - kegiatan di beberapa gereja,aku masa bodoh dengan denominasi gereja,dalam bathinku sing penting "ngabekti".Disanalah aku diperkaya dengan banyak hal tentang firman Tuhan dan warna dari macam -macam denominasi gereja.

Aku mulai merintis PD di sekolahku dan sering membawakan firman dengan apa yang ada padaku dan aku sampaikan sebisaku.Karena untuk mengundang hamba Tuhan ga ada dana karena hasil kolekte mungkin cukup hanya menyediakan pisgor dan teh saja.

Aku lulus dengan pertolongan Tuhan,sebab yang lulus hanya lima orang satu angkatan termasuk aku.Aku mulai berlayar dan banyak menjelajahi daerah - daerah di seluruh tanah air.Menjadikanku banyak tahu gereja2 lokal di Indonesia.

Pak Wijayanto sungguh saya tetap merasakan hadirat Tuhan disetiap ibadah yang saya ikuti di gereja2 tsb.Dari Aceh,Nias,Sumut,Padang,Kalimantan,Sulawesi,Maluku,sampai Papua meski kadang saya sendiri ga ngerti firman yang disampaikan jika ibadah itu menggunakan bahasa lokal.

Saya merasakan kekuatan dalam persekutuan dengan gereja2 tsb,bahkan bisa membantu para pendeta dari pulau terpencil yang ke kota,menyediakan kamar dan makanan,membawakan koran atau majalah untuk para hamba Tuhan di pulau terpencil menjadikanku sukacita.

Kalo sudah begini, bagi saya sebuah denominasi tak menjadi halangan bagi saya untuk bersekutu dengan saudara2 seiman.Saya menjadi sangat terbuka dengan berbagai ajaran dari denominasi gereja lain asal sumbernya dari Alkitab,malah mebuat wawasan saya tentang kehidupan bergereja makin luas.

Karena masing - masing gereja lokal mempunyai sesuatu cultur budaya sendiri dan budaya itu yang dipakai untuk memulyakan Tuhan dengan cara yang nyaman bagi mereka tapi tidak bertentangan dengan Alkitab.

Itulah pak yang saya peroleh dari keliling Indonesia,maaf bahasa saya kurang theolog karena saya tidak pernah belajar tentang theologia.

Akhirnya saya ucapkan : "Sugeng ngabekti kagem pak Wijayanto mring Gusti"

GBU

laskris007

udalama's picture

masalah hati atau otak?

@pwijayanto...  masalah hati atau otak?

 
gereja mana yang terbesar?
masalah gedungnya atau masalah orangnya?
 
menurut saya...
jika hendak menjadi besar hendaklah menjadi pelayan.
jika hendak menjadi terkemuka hendaklah menjadi hamba.
 
Matius 20:26-28
 
pertanyaan HANYA buat pwijayanto...
yang benar, Pelayan atau Nelayan ya?
yang benar, hamBa atau hamPa ya?
 
 
masalah hati atau otak?
apakah otak sama dengan pikiran?
anggap saja otak "hardware",
anggap saja pikiran "software".
 
jika ADA pertanyaan masalah hati atau masalah otak?
menurut saya yang terbesar adalah hati,
karena otak adalah ALAT untuk MENGUNGKAPKAN isi hati,
agar mulut dapat MENGUCAPKAN dengan BENAR.
Apakah mulut adalah TUBUH?
mulut adalah BAGIAN dari TUBUH.
untuk mengungkapkan ISI HATI,
tidak hanya dilakukan melalui MULUT.
 
 
jika ingin menjadi seorang pelayan atau hamba,
kamu harus menjadi sebagai penolong.
 
 
Bagaimana menjadi seorang penolong?
hendaklah kamu minta kepada BAPA,
agar ROH Kebenaran itu tinggal didalam kamu.
 
Yohanes 14:16-17
 
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,
 
yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.
 
 
Apakah masih KURANG lengkap?
kalau masih kurang...
hendaknya kamu mempunyai kasih,
bagaimana kasih yang benar itu?
 
I Korintus 13:4-7
 
 
pwijayanto...
bagi saya yang terbesar adalah hati, hati seorang hamba.
jika hendak menjadi besar hendaklah menjadi pelayan.
jika hendak menjadi terkemuka hendaklah menjadi hamba.
pelayan atau hamba yang mempunyai KASIH.
 
 
saya menulis disini BUKAN KARENA saya TAHU,
bahwa kamu telah melakukan yang benar,
tapi karena saya HANYA ingin menulis disini.
 
 
semua yang saya tulis diblog ini,
semoga mejadi berkat juga bagi yang lain,
TIDAK HANYA bagi pwijayanto.