Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kapankah kita perlu belajar PARENTING ?

Christian_parenting's picture

Banyak sekali pendapat umum yg mengatakan bahwa start awal belajar parenting adalah setelah kita mempunyai anak atau setelah kita menikah. Padahal menurut pengamatan saya, pendidikan parenting lebih baik dimulai saat kita belum mempunyai pasangan (single). Alasan saya adalah : Dalam kehidupan manusia untuk berumah tangga ada siklus yang harus dilalui.  Yaitu :

1.  Siklus berpacaran.

Dalam masa pacaran kita harus betul-betul mengenal kepribadian, karakter dan pola pikir dari pasangan kita. Sering kali dalam masa berpacaran kita mempunyai toleransi yang lebih tinggi atau menjaga sikap dan tidak terbuka pada pasangan kita. Cara dan sikap berpacaran yang “salah” akan mengganggu tahap berikutnya. Yaitu mengakibatkan pernikahan yang “salah”.

2.  Siklus pernikahan

Dalam sebuah pernikahan perlu adanya satu kesatuan visi dan misi. Akan lebih baik jika benar-benar menjadi 1 tubuh. Dalam pernikahan yang “salah” akan banyak sekali terjadi ketidak puasan, kekecewaan, kesedihan dan perasaan tertekan sebagai akibat dari siklus pacaran yang salah. Bila ini terjadi dan pernikahan tersebut membuahkan anak. Maka akan menciptakan masa kecil yang “salah”.

3.  Siklus masa kecil.

Masa kecil dimulai sejak anak ada dalam kandungan. Karena meskipun anak masih dalam kandungan anak dapat menerima “akibat” dari stimulus dari lingkungan. Faktor terbesar antara lain adalah dari kondisi mental dan fisik ibu hamil. Apabila bayi didalam kandungan saja bisa terstimulus oleh lingkungan dari luar ( dalam hal ini adalah hubungan kedua orang tuanya ). Apalagi bila anak tersebut sudah lahir. Dan besar kemungkinan dari masa kecil yang “salah” akan mengakibatkan masa berpacaran yang “salah”.

 

Perlakuan dan sikap yang kita terima dimasa kecil kemungkinan besar akan kita aplikasikan kepada anak kita. Tidak masalah bila yang kita terima itu benar, akan tetapi bila pengalaman hidup tersebut salah, maka kesalahan itu akan terus menerus ber”estafet” ke generasi-generasi berikutnya. Kesalahan pola asuh orangtua bisa merupakan pengalaman masa kecil orangtua atau mungkin kontra dari pengalaman masa kecilnya.

Contoh : Orang tua yang masa kecilnya terlalu ditekan (otoriter), bisa mengambil pola asuh yang sangat bebas ( permisive ). Dan menuruti semua keinginan anaknya.  Hal tersebut dilandasi pikiran agar anaknya tidak men”derita” seperti masa kecilnya dulu. Dan kesalahan pola asuh akan terulang lagi tapi dengan versi yang berbeda.

 

 

 

 http://www.christianparentingeducation.com/home/