Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mimpi Pak Badrun

cahyadi's picture

“Tititititit… tititititit… tititititit….” Bunyi alarm hp terdengar nyaring. Memecah keheningan pagi. Pak Badrun terlonjak, hampir jatuh dari ranjang. Ia mengerjap-ngerjapkan mata sambil meraih hp yang tergeletak di meja di sebelah tempat tidurnya. Segera dimatikannya alarm yang mengganggu itu.

“Huh… dasar hp sialan! Mimpi indahku jadi buyar karenanya,” gerutu Pak Badrun. Sejenak ia mencoba mengingat kembali kejadian yang barusan ada di mimpinya. Waktu itu ia sedang lari pagi seperti biasa di taman kota, yang berada tidak jauh dari rumahnya. Karena masih pagi, hanya ada sedikit orang yang nampak. Setelah lelah berjogging, Pak Badrun beristirahat di sebuah kursi kayu yang terletak di pojok taman. Kursi itu dikelilingi pohon yang teramat rimbun sehingga suasananya menjadi gelap dan sepi.

Tiba-tiba, ada seberkas cahaya putih muncul di hadapan Pak Badrun. Cahaya itu sangat menyilaukan. Dari dalam cahaya itu, terdengar sebuah suara yang begitu merdu dan agung, “Pak Badrun… Pak Badrun… hari ini aku akan datang ke rumahmu….”

“Si… siapa kau…,” tanya Pak Badrun dengan wajah ketakutan.

“Aku adalah Tuhanmu. Hari ini, aku akan datang ke rumahmu…” jawab suara itu, lagi.

Belum sempat Pak Badrun menjawab… mimpinya tiba-tiba hilang, akibat dering alarm hp yang memekakkan telinga itu.

Hari ini Tuhan akan datang ke rumahku? Benarkah? Mengapa? Sederet pertanyaan itu tiba-tiba muncul di hatinya. Ah, pasti ini bukan suatu kebetulan. Beruntungnya aku mendapatkan berkah ini…

Pak Badrun bergegas bangun. Ia segera mengumpulkan orang-orang yang selama ini membantu di rumahnya. Kira-kira jumlahnya ada 12 orang. Maklum, Pak Badrun adalah orang paling kaya di komplek Rawamulya. Rumahnya sangat besar dengan halaman yang cukup luas. Di garasi rumahnya, tersimpan koleksi berbagai mobil mewah keluaran terbaru. Sayang, meski kaya raya, ia belum mempunyai istri sehingga untuk mengurusi segala kepeluan sehari-hari dan merawat rumahnya, ia membutuhkan banyak pembantu.

Dengan suara yang cukup keras, ia memberikan berbagai instruksi kepada para pembantunya. Rumah harus dibuat ekstra bersih dan wangi. Pohon-pohon di halaman ditata lebih baik agar terlihat asri. Halaman dibersihkan. Masakan disiapkan dengan menu khusus dari bahan-bahan yang juga khusus dan mahal. Pokoknya, semua harus disiapkan dengan baik karena sebentar lagi akan datang tamu yang sangat agung.

Beberapa jam kemudian, Pak Badrun sudah terlihat rapi. Wangi parfum semerbak di seluruh tubuhnya. Beberapa kali ia melihat jam besar yang terpasang di dinding rumahnya. Berkali pula ia terlihat hilir mudik antara ruang tamu dan ruang tengah. Sungguh, ia sudah tidak sabar menunggu kedatangan sang tamu.

Tiba-tiba… bel rumahnya berbunyi. Sambil berlari, ia menuju ke pintu depan dan segera membukanya. Namun, ia kecewa karena tamu itu bukan yang diharapkannya.

“Maaf… pak… saya datang lagi ke sini. Saya sudah tidak tahu lagi harus pergi ke mana… Anak saya sakit keras dan harus segera dibawa ke rumah sakit… tapi saya tidak punya uang…,” ujar suara seorang lelaki. Ternyata ia adalah Pak Rois, tetangganya.

“Ah… lagi-lagi kamu! Bukankah uang pinjaman sebulan lalu belum kamu kembalikan? Kenapa sekarang mau meminjam lagi!” Suara Pak Badrun terdengar sangat ketus.

“Sekali lagi… maafkan saya pak. Saya terpaksa melakukannya…,” jawab Pak Rois dengan memelas.

“Ah… persetan… itu masalahmu sendiri! Sudah… sudah… pergi sana… !” segera Pak Badrun menutup pintu. Ia tidak menggubris Pak Rois yang masih berusaha menahannya.

Dua jam berlalu sejak kedatangan Pak Rois. Belum juga ada tanda-tanda kehadiran sang tamu. Untuk mengusir kebosanan, Pak Badrun menyalakan tv. Lagi-lagi, tayangan tv menyajikan berita soal skandal bank X yang melibatkan banyak pejabat tinggi yang diduga telah merugikan negara trilyunan rupiah. “Ah… mereka benar-benar bodoh… masalah kayak gitu saja kok sampai ketahuan… coba kalau mau belajar dari aku?” guman Pak Badrun dengan sombong. Yah, memang ia biasa melakoni pekerjaan semacam itu.

“Krinnnnnnngggggg…. ,” telepon di ruang tengah berbunyi.

“Ya, halooo… dengan Pak Badrun di sini,”

“Selamat siang, Pak. Saya Neni yang seminggu lalu datang ke rumah bapak. Saya ingin menanyakan proposal bantuan dana untuk para pengungsi korban bencana alam yang saya ajukan. Apakah bapak berkenan menyumbang?” kata suara di seberang sana.

“Oh… itu… maaf mbak. Saya tidak bisa memberi sumbangan. Kebetulan minggu-minggu ini saya sedang sibuk merenovasi rumah,” jawab Pak Badrun. Ia segera mematikan telepon sambil bersungut-sungut, “Lagi-lagi minta sumbangan… minta uang… memangnya uang milik siapa?”

Waktu terus berlalu. Tak terasa malam sudah datang. Lelah dan mengantuk, itu yang sangat dirasakannya. Akhirnya, ia tertidur di sofa ruang tamu.

Seberkas cahaya putih tiba-tiba kembali muncul.

“Tuhan, aku sudah lelah menunggu-Mu. Kenapa Engkau tidak jadi datang ke rumahku?” tanya Pak Badrun, segera, setelah melihat cahaya itu.

“Pak Badrun… jangan salah sangka, Aku sudah datang ke rumahmu tetapi engkau tidak mau menerima Aku.”

“Kapan Tuhan? Kenapa aku tidak mengenali-Mu?”

“Engkau tidak bisa mengenali Aku karena hatimu sudah tidak peka lagi. Hatimu sudah dipenuhi keinginan-keinginan meraih dunia yang fana ini. Hatimu sudah mati. Bagaimana engkau akan menerima Aku jika terhadap sesamamu yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir saja engkau tidak mau menerimanya?”

Pak Badrun terdiam. Wajahnya pucat pasi.

smile's picture

Badrun dan cahyadi

kok bisa yah...menulis seperti ini,...bahasanya gampang dicerna,..ga sok kebarat baratan,.. sederhana,...tapi tujuan dari penulis blog sudah tersampaikan,...asik,..nambah ilmu lagi deh,....

PAk Badrun terdiam. Wajahnya pucat pasi.
Cahyadi  tersenyum puas...wajahnya sumringah...

 

sincerely,
smile

*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

Hannah's picture

Aluu mas Cahyadi

Apatarnya mas cahyadi kok ngingetin gw ma si pon2 yak? Hahahahaha

"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase

__________________

“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi

Rusdy's picture

Istri = 12 Pembantu

"Sayang, meski kaya raya, ia belum mempunyai istri sehingga untuk mengurusi segala kepeluan sehari-hari dan merawat rumahnya, ia membutuhkan banyak pembantu."

Tuh kan, bener aja, memang seorang istri tak bisa diganti oleh seorang pembantu, mesti banyak... :)

bintang seven's picture

Tuhan yg bikin susah

cerita ini katanya Tuhan mau datang ya pak? waktu datang Tuhan malah minta minjam duit ama dana donatur yayasan lagi...bener2 nyusahin

yg gw bingung klo kita disuruh meneladaninya gak salah kan kita minta2 sumbangan?...kayaknya gereja2 sekarang ini dah  meneladani Tuhan dg baik, buktinya kantong kolekte ampe 3 kali di edarin...makanya klo ke gereja siapin uang seribuan minimal 3 lembar...heheheh..hehe...

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.

__________________

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.