Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

NEGERI PARA PESULAP

Tante Paku's picture

       RESI ROMO dengan sengaja mengganti acara diskusi Alkitab dengan diskusi bebas. Biar wawasan tambah luas, biar umat lebih kritis, begitu alasannya. Umat tidak hanya sekedar menghafal firman-firman Tuhan tapi lebih dari itu harus mampu menterjemahkan ke dalam bentuk kerja nyata.

     "Apa kita bicara tentang Polisi dan KPK yang lagi hangat ini Romo?" tanya Cantrik, yang kemudian disahut temannya yang bernama Cangik.

     "Apa? Jangan itu bosen ah, yang lain saja. Bukankah Polisi dan KPK sama saja?"

     "Sama saja bagaimana?"

     "Ya sama-sama bermasalah! Mereka kan tunggal guru tunggal ilmu."

     "Bagaimana kalau bicara tentang pendidikan?" usul Cuntrik.

     "Apa, pendidikan? Soal pendidikan sudah kadaluwarsa, banyak tikusnya juga, tikus-tikus bergelar tinggi  tapi rakus dan memakan biaya tinggi. Saya setuju kalau yang dibicarakan PENDIDIKAN SULAP !!" sahut Dobol keras.

     "Pendidikan sulap? Buat apa?" sahut mereka berbareng.

     "Dengan sulap kita bisa menyulap rakyat yang miskin menjadi hidup cukup. Dengan sulap kita bisa menyulap barang impor menjadi banyak. Karena tidak ada Konvensi Hak Sulap kita kan tidak melanggar Konvensi Hak Cipta. Dengan demikian negara kita bisa kaya karena sulap kan?"

     "Lho bukankah sulap sudah menjadi kebiasaan di negri kita ini? Semua kan bisa disulap, terdakwa bisa menjadi bebas, koruptor bisa melenggang bebas, pembunuh bisa keluar bebas, pejabat bisa bebas menyulap hukum menjadi sesukanya. Jadi kita sudah menjadi bangsa yang pintar main sulap kok, ngapain pakai pendidikan segala. Sulap di negeri ini sudah mendarah daging tujuh turunan bahkan lebih !!"

     "Benar! Sulap di negri ini sudah dilakukan secara bebas dan bertanggung jawab, tapi kok masih banyak rakyat yang nggak kesulap hidupnya jadi makmur ya?"

     "Lho apa ada yang tidak bertanggung jawab?"

     "Banyak toh departemen-departemen bebas nyulapin tanpa perlu bergerak di luaran demi citra departemennya."

     "Bagaimana kalau menurut Romo Resi?" tanya mereka pada Romo Resi yang duduk bersila sambil manggut-manggut.

     "Sebagian yang kalian sampaikan ada benarnya juga. Dalam zaman di mana SDM dan bahan mentah berkelimpahan, kontribusi pengetahuan tak terbatas, program pendidikan meningkat jauh, membuat dunia digoncangkan menuju kekacauan..." Romo Resi menghela nafas sejenak, kemudian melanjutkan pandangannya.

     "Kebencian, perselisihan, perang, ketidakpuasan, kurang percaya diri, bergandengan dengan masalah ekonomi dan dunia industri yang serakah. Sementara orang-orang dari berbagai kelas ekonomi berjuang terus, sehingga kestabilan menjadi tidak mungkin dan kemakmuran menjadi sulit."

     "Lalu apa yang kurang? Kita kurang sesuatu yang mendasar seperti mata air yang manis, yang hanya dapat datang dari sumber yang tidak dirusak oleh sifat mementingkan diri sendiri, keserakahan, pikiran busuk dan hidup yang jahat. Di mata Allah kita semua adalah orang-orang yang sangat penting, tanpa memandang prestasi atau kekurangan kita."

     "Kepandaian politik tak dapat menghalau ke titik iri hati, cemburu, dendam, bangga, berprasangka, takut. Di tengah kebencian yang menakutkan sangat perlu bagi setiap orang untuk BERSINAR DENGAN KASIH dan kebaikan, sehingga hari cerah yang damai boleh datang."

     "Negri kita perlu semangat KASIH untuk memenangkan perang dan mendapatkan damai sejati. Kalian pasti tahu, siapa Sang Pendamai Sejati itu?"

Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat