Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Marta:Korban Relasi Timpang

Purnawan Kristanto's picture

Kira-kira dua ribu tahun yang lalu, di tanah Palestina, seorang Guru dan para murid mengadakan perjalanan menuju Yerusalem. Di tengah perjalanan rombongan ini mampir di rumah karibnya: Marta, Maria dan Lazarus.

http://www.martha2mary.com/

Mendapat kunjungan tamu agung, Marta tergopoh-gopoh menyiapkan penyambutan. Ini adalah kunjungan dari orang yang sangat dihormatinya. Maka dia ingin memberikan sambutan yang terbaik. Marta begitu sibuk menyiapkan hidangan di dapur sehingga hampir tidak menyadari kalau dia hanya bekerja sendirian. Setelah celingak-celinguk kesana-sini, Marta mendapati saudarinya itu sedang duduk manis di dekat kaki sang Guru. Kontan Marta menjadi kesal. Maria nampakmya tidak menyadari tugasnya sebagai perempuan, yaitu bekerja di dapur.  Maka Marta lalu memprotes sang Guru: "Apakah Guru tidak melihat kalau Maria tidak membantu aku," seru Marta sengit, "suruhlah dia menolong saya!"

"Marta, Marta!" jawab sang Guru. "Engkau demikian khawatir dan sibuk memikirkan ini dan itu, padahal yang penting hanya satu. Dan Maria sudah memilih yang baik, yang tidak akan diambil dari dia."

***

Nasib yang dialami oleh Marta sering digunakan untuk menyindir aktivis gereja yang terlalu sibuk melayani sehingga tidak sempat punya waktu mendengarkan sabda. Namun ketika mengulang perikop ini dalam bacaan leksionary, tiba-tiba saya mendapat perspektif baru: Marta adalah korban dari relasi gender yang timpang.

Sebelum membahas Marta kebih lanjut, baiklah kita mengobrolkan tentang gender lebih dulu. Dalam setiap masyarakat selalu diberlakukan pranata, yaitu seperangkat aturan yang mengatur peran, fungsi dan relasi anggota masyarakat. Di dalamnya termasuk juga penataan relasi antara perempuan dan laki-laki. Pada mulanya relasi ini diatur atas dasar fungsi biologis. Secara biologis perempuan memiliki fungsi haid, hamil, melahirkan, dan menyusui. Maka mereka diberi tugas dan peran sesuai dengan fungsi biologis tersebut. Sedangkan laki-laki secara biologis memproduksi sperma yang dibutuhkan untuk pembuahan. Maka mereka diberi tugas dan peran sesuai dengan biologis tersebut juga. Selanjutnya pada zaman itu manusia membagi pekerjaan sesuai dengan kondisi. Laki-laki bekerja di luar rumah (sektor publik), sementara perempuan mengurusi dalam rumah (sektor domestik).

Pranata berlangsung selama puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun sehingga masyarakat menempatkannya sebagai sebuah falsafah atau ideologi gender. Ideologi gender ini merupakan satu set ide (paradigma) atau pandangan hidup yang saling berhubungan dan membekas di pikiran seseorang atau kelompok, sudah mapan, dan sukar digoyahkan. Dalam proses perjalanannya, ideologi gender telah mengkonstruksi pandangan masyarakat tentang relasi antar-manusia, sehingga terjadi pencampuradukan antara perbedaan jenis kelamin secara biologis dengan fungsi dan perannya secara sosiologis.

Dalam sebuah komunitas di masyarakat, pengertian seks dan gender masih tercampur-aduk. Akibatnya, gender yang merupakan produk dari konstruksi sosial berupa pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (seks) sering dianggap sebagai kodrat. Padahal gender bukan kodrat, melainkan hasil dari konstruksi sosial yang terbangun dalam masyarakat. Dalam proses berikutnya, perbedaan gender dapat menyebabkan terjadinya ketidakadilan gender.

Ketidakadilan ini dapat terjadi pada aras negara, masyarakat, lembaga kerja, keluarga dan diri pribadi sendiri. Ada beberapa bentuk ketidakadilan gender, antara lain berupa: subordinasi perempuan, peran ganda, marjinalisasi perempuan, stereotipe, dan kekerasan terhadap perempuan.

Sistem Sosial Masyarakat Yahudi

Masyarakat Ibrani saat itu juga diwarnai oleh ideologi gender yang tidak adil pada perampuan. Kamus Browning memaparkan bahwa, di Israel, orang lelaki adalah penguasa mutlak dalam lingkungan keluarga besar. Apabila seorang suami mati, maka jandanya diberikan kepada saudara terdekat dari orang yang meninggal itu (Ul. 25:5-10). Perempuan tidak punya kuasa apa pun, tidak dapat membuat keputusan.

Selama masa kerajaan subordinasi perempuan itu dipertahankan. Menceraikan hanya bisa dilakukan oleh di suami. Dan perzinahan seorang perempuan adalah suatu pelanggaran yang diancam dengan hukuman mati  (Im. 20:10). Perempuan tidak berhak mempunyai milik.

Fungsi biologis perempuan juga menjadi korban ketidak adilan. Mereka ditempatkan dalam keadaan najis -- misalnya pada waktu haid dan masa setelah melahirkan (panjangnya masa kenajisan itu berlipat ganda apabila yang dilahirkan adalah bayi perempuan).

Perundang-undangan setelah pembuangan meletakkan lebih banyak lagi larangan atas perempuan. Mereka tidak lagi diizinkan untuk beribadah bersama laki-laki dalam Bait Allah. Mulai ada pemisahan tempat.Kesaksian mereka tidak diterima di pengadilan.

Beberapa peran perempuan yang disebutkan dalam Alkitab adalah:

1.      Pekerjaan rumah tangga (Kej 18:6; Ams 31:15)

2.      Bertani.(Rut 2:8; Kid 1:6)

3.      Menjaga domba (Kej 29:9; Kel 2:16)

4.      Menimba air dan mengangkutnya.(Kej 24:11,13,15,16; 1Sam 9:11; Yoh 4:7)

5.      Mengilang (menggiling) gandum (Mat 24:41; Luk 17:35)

6.      Memintal benang (Ams 31:13,14)

7.      Membuat barang-barang sulaman (Ams 31:22)

8.      Merayakan kemenangan bangsanya (Kel 15:20,21; Hak 11:34; 1Sam 18:6,7)

9.      Menghadiri penguburan sebagai orang yang berdukacita (Yer 9:17,20)

Lihatlah, hampir semua peran untuk perempuan sebagian besar berada di sektor domestik.

Meskipun "hanya" bekerja di sektor domestik, tidak berarti bahwa pekerjaan perempuan lebih ringan. Setiap pagi, para perempuan harus bangun sebelum orang lain dalam keluarganya untuk menyalakan api di perapian atau tungku. Makanan utama orang Yahudi adalah roti. Jadi, salah satu tugas seorang istri dan ibu adalah menggiling biji padi-padian menjadi tepung. Pekerjaan ini dilakukan dengan tenaga manusia mengingat saat itu belum tersedia mesin atau alat listrik.

Setiap rumah tangga pasti memerlukan air. Tugas ini juga dibebankan kepada perempuan. Mereka harus mengangkut air menggunakan buyung dari sumur di tengah desa, atau ada juga yang harus mengambilnya dalam terowongan di bawah tanah.

Menjelang siang, saat makanan siap tersaji, perempuan tidak bisa berleha-leha. Perempuan memiliki kewajiban untuk memintal benang dan menenun untuk kebutuhan pakaian keluarganya. Anak-anak kecil harus disusui, dijaga, dan dipelihara kebersihannya. Waktu anak-anak itu semakin besar, ibu mengajarkan sopan santun kepada mereka. Ia juga mengajarkan anak-anak perempuan yang lebih besar cara memasak, menjahit, dan melakukan hal-hal lain yang harus diketahui seorang istri Israel yang baik.

Dengan tanggungjawab yang sebesar ini, maka tak heran jika laki-laki Yahudi berdoa syukur kepada Allah bahwa mereka tidak dilahirkan sebagai perempuan.

Tak heran pula, jika Marta menjadi kesal saat melihat Maria tidak membantunya. Dia malah kedapatan tengah asyik mendengarkan pengajaran dari sang Guru. Ini adalah kebiasaan yang ganjil zaman itu. Dalam tradisi Yudaisme, pengajaran agama hanya diwajibkan kepada kaum laki-laki. Perempuan memang diiizinkan menguping pengajaran, namun para guru agama Yahudi tidak mau mengajar perempuan secara langsung.

Kesediaan Yesus, seorang pria Yahudi, untuk mengajar pada perempuan menunjukkan bahwa Yesus tidak memandang rendah terhadap perempuan. Yesus menunjukkan konsistensi sikap ini selama masa pelayanan-Nya. Yesus mengadakan penyembuhan terhadap perempuan seperti perempuan penderita penyakit pendarahan yang sangat menekan (Mrk. 5:24-34) dan penyembuhan atas perempuan Siro-Fenisia yang bukan Yahudi (Mrk. 7:24-30).  Yesus juga menyapa perempuan Samaria dan tidak keberatan ketika ada perempuan yang mengurapi-Nya di tempat umum. Perempuan juga menjadi bagian penting dalam cerita-cerita kebangkitan Yesus. Merekalah yang menerima penyataan pertama bahwa Yesus telah dibangkitkan. Hubungan Yesus dengan perempuan menunjukkan sikap-Nya yang merengkuh semua orang tanpa mempedulikan ras keturunan, status atau jenisnya.

Iman Marta

Meski berani memprotes Yesus, namun Marta sesungguhnya adalah seorang yang percaya. Dalam kesempatan lain, dia menunjukkan keyakinannya yang kuat pada kuasa Yesus.  Saat Lazarus, saudaranya menderita sakit, Marta mengabarkannya kepada Yesus.  Sayangnya Lazarus keburu meninggal ketika Yesus sampai ke rumah Marta di Betania. Meski begitu Yesus menjanjikan bahwa Lazarus akan bangkit kembali.

"Aku tahu, ia akan bangkit, pada waktu orang-orang dibangkitkan pada akhir zaman,"  kata Marta kepada Yesus. Pernyataan ini menunjukkan sikap percaya Marta pada ajaran yang pernah disampaikan Yesus (walaupun dalam hal ini Marta salah dalam memahami maksud Yesus).

Yesus lalu menjelaskan lebih lanjut: "Akulah kebangkitan dan Hidup, barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup, walaupun ia sudah mati. Setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya." Lalu Marta menanggapinya dengan luarbiasa: "Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias." Tanpa keimanan yang kokoh pada Yesus, mustahil Marta mengucapkan pengakuan yang setara dengan perkataan Petrus tentang kemesiasan Yesus.

Memilih

Kalau memang Marta percaya kepada ajaran Yesus, lalu mengapa dia mengeluarkan kata-kata yang emosional itu? Seperti yang saya sampaikan di awal, Marta adalah korban dari struktur masyarakat yang patriarki.

Mungkin dalam hati Marta berkata, "buat apa sih Maria capek-capek belajar. Toh itu bukan tugas perempuan. Tugas perempuan adalah di dapur. Apalagi saat ini ada banyak tamu yang berkunjung. Mestinya dia ada di sini, membantuku."

Marta terlalu sibuk melayani. Kata Yunani yang dipakai untuk melayani adalah periespato yang artinya "dijauhkan" atau "dipisahkan." Marta dipisahkan dengan Maria dan Yesus. Marta ada di dapur (sektor domestik), sementara Yesus dan Maria (sektor publik) bercengkerama di ruang depan. Pemisahan ini menimbulkan kebingungan, kekhawatiran dan kecemasan. Maka tak pelak muncullah protes dari Marta.

Lalu bagaimana tanggapan Yesus? Dengan nada prihatin Yesus berkata, "Marta, Marta. Engkau demikian khawatir dan sibuk memikirkan ini dan itu, padahal yang penting hanya satu. Dan Maria sudah memilih yang baik, yang tidak akan diambil dari dia."

Apakah ini menunjukkan bahwa Yesus memandang rendah pekerjaan domestik? Sama sekali tidak. Kata kuncinya adalah "memilih." Saat mampir ke rumah Marta, Yesus berada dalam perjalanan menuju Yerusalem. Perjalanan ini bukan untuk plesiran, melainkan untuk menderita dan mati bagi umat manusia. Sebagaimana orang yang "mampir" atau "singgah", pasti tidak akan tinggal lama. Yesus memiliki waktu yang sangat terbatas untuk menyampaikan pengajarannya. Maka Maria tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sempit ini. Dia memilih untuk bersimpuh di dekat sang Guru dan mendengarkan sabda-Nya.

Pengajaran yang disampaikan oleh Yesus adalah sabda yang membebaskan. Setiap orang yang percaya kepada-Nya akan menjadi manusia merdeka. Tidak hanya terbebas dari ikatan dosa, tetapi juga memiliki kesadaran penuh dalam membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya. Banyak orang yang salah menyangka bahwa feminisme semata-mata sebagai sekumpulan perempuan yang menolak menjadi ibu rumah tangga. Pandangan ini terlalu sempit. Feminisme adalah sebuah gerakan yang menggugat penindasan terhadap perempuan dan berusaha membangun relasi antar manusia yang lebih adil. Tujuan mulia seperti ini sejajar dengan pengajaran yang disampaikan oleh Kristus.

Jika keadilan telah tercapai, maka masing-masing pihak akan menjalankan dan menghayati perannya dengan bebas dan sukarela.  Dalam kondisi seperti ini, jika ada perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga, maka dia tidak lagi disebut sebagai korban dari relasi gender yang timpang. Dia telah memilih peran itu dengan kehendak bebasnya. Tidak ada yang menekan atau mewajibkannya. Maria telah menjadi manusia bebas dan berani membuat pilihan. Keputusannya untuk mendengarkan ajaran Yesus, alih-alih membantu saudarinya ini memiliki risiko besar. Ada kemungkinan dia akan dikecam oleh masyarakat sebagai perempuan yang lancang, tidak sopam dan tidak tahu diri. Meski begitu Maria telah menetapkan pilihan, dan pilihan dianggap tepat oleh Yesus.

Nah bagaimana dengan Anda? Peran apa yang Anda jalani saat ini? Apakah Anda telah memilih peran itu sebagai manusia merdeka, atau karena dipaksa oleh budaya yang masih patriarki? Pertanyaan ini tidak hanya bagi kaum perempuan, tetapi juga kaum lak-laki. Dalam masyarakat patriarki, kaum laki-laki pun bisa menjadi korban ketidakadilan gender. Sebagai contoh, ada anggapan bahwa kaum laki-laki harus bekerja di sektor publik. Ada juga anggapan bahwa peran sosial adalah tanggungjawab laki-laki.  Jika ada perempuan yang berperan lebih menonjol dalam keluarga, maka hal itu dianggap sebagai abnormal. Contohnya, karena isteri saya menjadi pendeta, maka perannya di jemaat lebih menonjol daripada saya. Dalam pandangan masyarakat yang patriarki, kondisi ini dianggap tidak normal. Meski begitu saya tidak menyoalkan kondisi ini karena saya telah menyadari konsekuensinya ketika menikahi pendeta perempuan; Dan saya membuat keputusan ini dengan kehendak bebas.

Setiap orang yang berada di dalam Kristus adalah manusia yang merdeka. Pertanyaannya, sudahkah Anda juga bebas dari belenggu budaya patriarki?

Referensi:

Kamus Browning
Alkitab.sabda.org
Makalah Nunuk P. Murniati
__________________

------------

Communicating good news in good ways

Yenti's picture

Budaya patriaki

Setiap orang yang berada di dalam Kristus adalah manusia yang merdeka.

Ada sebuah kasus : Dua orang laki-laki ditanyakan oleh seorang wanita, dapatkah kamu menerima jikalau kamu mendapatkan seorang istri yang punya posisi dan pendidikan yang lebih tinggi dari kamu ? Dua-duanya adalah aktivis gereja.

Lelaki A menjawab: tidak bisa, karena sang istri tidak akan menghormati g sebagai kepala keluarga nanti, dan g punya prinsip, g harus melebihi istri untuk masalah pendidikan dan posisi.

Lelaki B menjawab : ngak masalah, selama sang istri masih menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu bagi anak2 nanti.

Apakah dapat dikatakan bahwa Lelaki A bukan orang yang dimerdekakan, atau hanya sekedar "Gengsinya seorang laki-laki ?"

Atau  : Ini hanya masalah pilihan aja... tidak ada kaitan dengan merdeka/tidak

Purnawan Kristanto's picture

@ Yenti

Dear Yenti,

Lelaki A itu masih terbelenggu oleh ideologi gender. Alkitab memang mengatakan bahwa istri harus tunduk dan hormat pada suaminya. Tapi hormat yang seperti apa? Rasa hormat itu bisa muncul karena dua hal:

a. Keterpaksaan

Itu terjadi karena posisi yang tidak seimbang. Seorang prajurit terpaksa menghormat kepada perwira. Seorang mahasiwa baru terpaksa hormat kepada mahasiswa lama, dll.

b. Sukarela

Rasa hormat muncul dari dalam diri seseorang setelah melihat sikap baik yang ditunjukkan oleh orang lain.

Rupanya lelaki A masih menganggap bahwa rasa hormat hanya akan muncul jika dia berada pada posisi superior. Dia berpikir: "Kalau diberi posisi lebih tinggi, maka istri akan ngelunjak."

Alkitab mewajibkan istri untuk hormat pada suami, tapi suami juga diwajibkan untuk mengasihi istri.   Ini adalah hubungan yang timbal balik. Supaya mendapatkan hormat dari isteri, maka suami juga harus mengasihi isterinya. Ada hak, ada kewajiban. Dalam hubungan ini, maka jika suami mengasihi istri, maka dia tidak akan merasa terancam jika istrinya memperoleh pendidikan lebih tinggi.

Mari kita kembangkan perumpamaan tentang talenta: Suatu kali, Allah menagih 10 talenta yang dititipkan kepada sang istri. "Hei perempuan, kamu sudah aku beri 10 talenta. Berapa banyak yang kau punya sekarang," tanya Tuhan.

"Ya Tuhan. Janganlah kiranya Tuhan marah. Saya sebenarnya ingin melipatgandakan taleta yang Tuhan titipkan. Akan tetapi suami saya tidak mengijinkan saya mengembangkannya. Katanya, talenta saya tidak boleh melebihi talentanya, supaya saya tidak ngelunjak,." jawab sang isteri.

Mari kita membayangkan, kira-kira bagaimana reaksi Tuhan?

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Kiem's picture

Kemerdekaan, Roma 8 : 14 (baca 1-17), Gal 4 : 31 (baca 21-31)

Salam Damai Sejahtera

Yenti :

Apakah dapat dikatakan bahwa Lelaki A bukan orang yang dimerdekakan, atau hanya sekedar "Gengsinya seorang laki-laki ?"

Atau  : Ini hanya masalah pilihan aja... tidak ada kaitan dengan merdeka/tidak

Kiem :

Gengsi seorang laki-laki memang sering menghancurkan karier PEREMPUAN, bahwa gengsi itu disampaikan dengan kata-kata indah dan ILMIAH, yang sebenarnya tidak berkaitan dengan PENGAJARAN ALKITAB.

GENGSI ITU NEGATIF MENURUT ALKITAB.

GENGSI ITU BERTOLAK BELAKANG DENGAN HARGA DIRI (Menurut Alkitab)

Alkitab telah mencatat bahwa Tokoh-tokoh dalam Alkitab telah "DIRENDAHKAN" oleh Tuhan dengan caraNya sendiri, sebelum dipakai oleh Tuhan menjadi alatNya. Tentunya kita dapat memahami maksud Tuhan, yaitu agar pada saatnya nanti dipakai oleh TUHAN, tokoh itu tidak ada sifat IBLIS lagi dalam dirinya yaitu GENGSI (yang sebenarnya adalah nama lain yang lebih "sopan" dari SOMBONG atau ANGKUH)

Istilah kerennya, pada saat dipakai oleh Tuhan nanti, dia sudah pada taraf "ZERO GENGSI"

Saya cenderung sependapat dengan Yenti, bahwa sebenarnya "tidak berkaitan dengan "kemerdekaan"

ARTI  KEMERDEKAAN, sudah dijelaskan dalam :

Roma 8 : 1 - 17, dan saya sajikan ayat 14 - 15 saja :

8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"

 

(untuk SS-er yang rajin membaca, Baca juga perikop sebelumnya dan sesudahnya (Perikop Versi LAI atau KS-ILT), yaitu Roma 7 : 1 - 12 dan 8 : 18 - 31)

Galatia 4 : 21 - 31, dan saya sajikan ayat 30 - 31 saja :

4:30 Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu."

4:31 Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan, melainkan anak-anak perempuan merdeka.

 

untuk SS-er yang rajin membaca, Baca juga perikop sebelumnya dan sesudahnya (Perikop Versi LAI atau KS-ILT), yaitu Galatia 4 : 1 - 11 (perhatian khusus pada ayat  6) dan Galatia 5 : 1 - 15  (perhatian khusus pada ayat 1)

Semoga komentar ini bermanfaat

Tuhan Yesus memberkati.

dennis santoso a.k.a nis's picture

si budak dan kemerdekaan nya

alkisah ada seorang budak... dari lahir sampai berumur, dia adalah seorang budak.

sebagai budak, dia terbiasa mengenakan baju yang terbuat dari karung goni dan tidur beralaskan jerami di kandang hewan. dia menyukai kopi jagung (kopi dengan kualitas buruk berharga super murah) dan roti tawar yang sudah mendekati kadaluarsa. entah kenapa, dua hal buruk ini adalah favoritnya.

suatu hari, negara dimana dia dan tuannya tinggal diserang negara lain. mendadak mereka menjadi pengungsi dan dalam pengungsian, tidak lagi ada perbedaan antara tuan dan budak.

lebih lanjut si tuan mati tertembak dan si budak selamat dan mengungsi ke negara lain.

di negara barunya, si budak menjadi orang merdeka.

walau sudah merdeka, si budak tetaplah orang yang sama. dia bener2 menikmati memakai baju karung goni. dia malah merasa risih kalau memakai baju sutra yang indah2. di kulitnya, baju sutra terasa licin dan ga enak; si budak merasa dirinya telanjang jikalau memakai sutra. dia bener2 mencintai baju karung goninya.

suatu kali, kenalan si budak mengajak dia minum kopi di starbucks.  melihat pilihan menu nya, si budak bingung dan bertanya pada pelayan, "kopi jagung ga ada yah?". sontak si pelayan dan semua orang di starbucks seolah keselek dan memandang si budak dengan seolah dia alien.

salahkah si budak jika dia memang menyukai kopi jagung? apakah karena dia sudah merdeka maka otomatis selera dan segala pilihan nya pasti berubah?

Miyabi's picture

@kemerdekaan gratis

Yg gratis biasanya ada apa-apanya...

Kata Bob Marley, kemerdekaan musti diperjuangkan.

__________________

".... ...."

Purnomo's picture

Biar merdeka selera tetap

apakah karena dia sudah merdeka maka otomatis selera dan segala pilihan nya pasti berubah?

          Saya juga tidak berubah selera setelah dimerdekakan oleh Tuhan Yesus. Kopi jagung tidak berubah menjadi kopi instan, lha wong Tuhan Yesus belum memerdekakan saya dari kemiskinan. Baju katun tidak bisa saya ganti dengan baju sutera, lha wong sutera itu tipis lagi transparan. Masa lelaki pakai beha? Persembahan bulanan yang dulu 10 ribu tetap saja segitu, lha wong pendeta bilang kita harus konsisten dalam memberi persembahan. Istri yang sudah tua tidak terganti walau di luar banyak sekali perempuan muda nan cantik, lha wong tidak ada satu pun dari mereka yang sudi melirik saya.

       Aduh Nis, saya ikutan kamu saja. Biar masuk starbucks tetap pilih kopi jagung. Kita merdeka menentukan selera kita. Biar saya pernah ditegur boss karena masih pakai jas jongkok di tepi Malioboro makan nasi pecel. Kalau diri kita bersih mengapa risih kalau yang dirinya jorok saja tidak risih?

       Salam.

 

bintang seven's picture

pak pur

pak pur masih bingung dg apa yg dimaksud kemerdekaan itu, apakah kemerdekaan itu berhubungan dg budaya posisi gender di masyarakat? ketika merdeka ditekankan, apakah itu artinya wanita merdeka utk memilih tidak bekerja didapur dan misal memilih menjadi businesswoman?

apakah kemerdekaan diartikan merdeka dari budaya penindasan gender?

__________________

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.

Purnawan Kristanto's picture

Dear B7 Sebelum menjawab

Dear B7

Sebelum menjawab pertanyaanmu, mari kita bahas lebih dahulu pemahaman dengan ketidakadilan gender.  Yang dimaksud gender adalah pandangan baku yang membagi peran antara laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin.

Peran yang disandang oleh laki-laki biasanya berhubungan dengan sektor publik. Misalnya: mencari nafkah utama, menjadi pemimpin, mengambil keputusan, dll. Sedangkan peran Perempuan direduksi menjadi 3 M, yaitu Masak, Macak (berhias), Manak (melahirkan). Berdasarkan pembagian ini, maka jika ada yang mengambil peran yang sebaliknya, maka dianggap menyalahi kodrat. Laki-laki yang suka masak dianggap menyalahi kodrat. Perempuan yang menekuni pekerjaan sebagai sopir antarkota juga dianggap menyalahi kodrat.

Padahal kodrat perempuan itu adalah haid, menerima sperma, mengandung dan menyusui (jika bisa). Sementara kodrat laki-laki adalah membuahi sel telur. Itu saja. Peran ini tidak dapat dipertukarkan. Kalau ada laki-laki yang ingin mengandung itu sudah menyalahi kodrat. Kalau ada perempuan ingin membuahi sel telur, itu juga menyalahi kodrat. Sementara itu, peran-peran yang berada di luar fungsi reproduksi sesungguhnya adalah hasil konstruksi atau bentukan masyarakat. Sebagai produk sebuah budaya, maka peran ini dapat diubah.

Yang terjadi, banyak orang yang masih terperangkap dalam ideologi gender ini. Contohnya, banyak perempuan yang memiliki pendidikan tinggi, tapi terpaksa menjadi ibu rumah tangga. Alasannya, masih ada anggapan bahwa wanita yang baik-baik adalah diam di rumah dan mengurusi keluarga. Dia sebenarnya memiliki potensi  besar untuk mengembangkan diri di sektor publik. Namun budaya patriarki yang membuatnya tidak berkembang. Ini adalah contoh orang yang tidak merdeka. Dia menjalani peran itu karena terpaksa.

Lalu apakah perempuan yang bekerja di sektor publik itu adalah contoh orang yang merdeka? Belum tentu juga. Banyak perempuan yang terpaksa bekerja di luar karena suaminya pengangguran. Keadaan ini sebenarnya tidak masalah jika sang suami mau bertukar peran. Namun yang terjadi, banyak perempuan yang sudah lelah bekerja di luar, tapi masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga (domestik). Sang suami yang sepanjang hari berada di rumah tidak mau membantu dengan alasan, "Itu bukan pekerjaan laki-laki." ini yang disebut beban ganda perempuan.

Nah yang saya maksud manusia merdeka adalah orang yang tidak menggunakan ideologi gender  dalam membuat keputusan. Ketika seorang perempuan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dia membuat keputusan itu karena memang senang bekerja di rumah. Bukan karena takut pada omongan tetangga atau karena dipaksa oleh situasi yang menganggap perempuan baik-baik itu adalah menjadi ibu rumah tangga.

Semoga tidak tambah bingung

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Purnomo's picture

Perempuan dalam gereja

Tak heran pula, jika Marta menjadi kesal saat melihat Maria tidak membantunya. Dia malah kedapatan tengah asyik mendengarkan pengajaran dari sang Guru. Ini adalah kebiasaan yang ganjil zaman itu. Dalam tradisi Yudaisme, pengajaran agama hanya diwajibkan kepada kaum laki-laki. Perempuan memang diiizinkan menguping pengajaran, namun para guru agama Yahudi tidak mau mengajar perempuan secara langsung.

          Saya setuju dengan Pak Wawan bahwa perempuan mendengar pengajaran adalah sesuatu yang ganjil dalam tradisi Yudaisme. Karenanya saya membayangkan saat itu Maria adalah satu-satunya perempuan dari sekian banyak lelaki yang sedang duduk di sekeliling Yesus.

         Sayangnya, saat ini tradisi sudah terbalik. Saya melihat lebih banyak orang perempuan yang hadir di ruang ibadah daripada orang laki-laki. Di setiap gereja dari pelbagai denominasi perbandingan timpang ini tidak berubah. Mengapa? Apakah ruang ibadah sudah dianggap sebagai ruang domestik?

        Begitu pula dalam kegiatan kespel. Komunitas guru SM lebih didominasi oleh perempuan. Jumlah perempuan dalam paduan suara jauh lebih banyak daripada lelaki. Apakah ini dikarenakan kegiatan kespel termasuk "ranah mengasuh" yang menjadi keahlian perempuan?

       Sebaliknya, komunitas pendeta dan penatua lebih didominasi oleh lelaki. Apakah hal ini disebabkan fungsi mereka lebih banyak pada "memerintah"?

       Saya tidak tahu sebabnya. Namun rasanya hal ini bisa menjadi sebuah investigasi yang menarik dan berguna bagi pertumbuhan gereja.

      Salam.

Purnawan Kristanto's picture

Gereja Masih Bias Gender

Sebuah pengamatan yang jeli, pak Purnomo. Hampir di semua gereja, kebanyakan pengunjung ibadah memang perempuan. Banyak kegiatan gereja yang didominasi oleh perempuan. Mengapa ya?

Saya belum menemukan jawaban yang pas. Saya menduga bahwa hal ini masih berkaitan dengan bias gender. Dalam jemaat, pembagian peran memang masih menganut pola: Laki-laki mencari nafkah, perempuan mengurus rumah tangga. Karena di sektor domestik  tidak ada jam kerja yang ketat, maka perempuan lebih luwes mengatur waktu untuk pelayanan di gereja. Ini berbeda dengan kaum laki-laki yang bekerja di sektor publik. Saat pulang kerja pada sore hari, badan sudah capek. Tidak ada sisa tenaga untuk pelayanan. Mending beristirahat untuk memulihkan tenaga buat kerja esok hari. Hari Minggu pun dipakai kesempatan untuk bersantai. Beribadah dianggapnya sebagai kegiatan yang menyita waktu dan tenaga. Biarlah anak dan isteri yang berangkat ke gereja, sementara dia titip absen saja.

Di sisi lain, proses pengambilan keputusan di gereja dibuat oleh laki-laki. Di GKI dan beberapa gereja, sebagian besar majelis adalah laki-laki. Program dan keputusan gereja dibuat oleh laki-laki, tapi kemudian dijalankan dan berdampak kepada jemaat yang sebagian besar adalah perempuan.

NB: Ketika sebuah gereja sudah memiliki pendeta perempuan, maka gereja itu pasti akan mencari lagi pendeta laki-laki. Alasannya, "Biar lengkap."  Tapi kalau gereja itu sudah punya pendeta laki-laki, maka mereka tidak akan buru-buru mencari pendeta perempuan. Alasannya, "Satu pendeta sudah cukup." Tanya mengapa?

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Miyabi's picture

@Purnawan & Purnomo: sistem produksi

Ketika ada perubahan drastis dalam cara-cara produksi ekonomi, biasanya terjadi ketimpangan gender. Artinya, kita andaikan bahwa semula kearifan lokal mengatur pembagian kerja secara adil. Namun karena ada perubahan drastis dalam cara produksi, maka keseimbangan gender itu terganggu.

Contoh pembagian cara produksi dari masyarakat berburu ke agaris. Bagi bangsa Indian Amerika, berburu adalah tugas laki-laki, sementara bercocok tanam adalah pekerjaan perempuan. Ketika para lelaki pionir eropa datang dan bercocok tanam, perempuan Indian menonton dengan tersipu-sipu, memandang lucu lelaki yang bertani. Ketika binatang buruan semakin sedikit, karena lahan rumput liar dikuasai para koboi, lelaki Indian banyak menganggur.

Ini juga terjadi di Nias. Para lelaki menganggur, karena dulunya tugas mereka berburu dan perempuan menanam sayuran.

Seharusnya suami memegang kepemimpinan rohani di rumah tangganya karena ia adalah imam. Seharusnya suami yang lebih sering mendoakan keluarganya. Menurut saya, masyarakat kontemporer Indonesia sedang mengalami pergeseran nilai yang tiba-tiba secara bertubi-tubi. Dalam 100 tahun terakhir, kita mengalami penjajahan, perang kemeerdekaan, pergolakan politik, pergeseran ideologi dan tekanan-tekanan ekonomi (berikut dampak sosial budayanya).

Dengan keadaan demikian, kearifan lokal perlu waktu untuk menyesuaikan ketidakseimbangan gender tersebut.

BIla para ayah kurang terlibat di gereja dibanding para istri, menurut saya itu adalah cerminan bahwa sistem nilai yang rusak itu lebih banyak terjadi pada laki-laki. Mengapa? karena mereka yang paling banyak bersentuhan dengan perubahan-perubahan sistem politik dan sistem produksi modern.

(structural feminist mode:ON hehehe)

__________________

".... ...."

Purnomo's picture

Kalau Joli atau Iik jadi pendeta.

Ketika sebuah gereja sudah memiliki pendeta perempuan, maka gereja itu pasti akan mencari lagi pendeta laki-laki. Alasannya, "Biar lengkap."

          Sekali ini saya tidak setuju dengan kata pasti-nya Pak Wawan. Kalau pendeta perempuan itu punya karakternya Joli atau Iik, saya akan menggelar demo bila gereja itu mencari lagi pendeta (laki). Tahu mengapa? Pasti tahulah.

         Salam.

Purnawan Kristanto's picture

Joli dan Iik jadi Pendeta?

He..he..he.. masalahnya orang-orang yang seperti Iik dan Joli itu mungkin tidak bakal dipanggil oleh gereja sebagai pendeta. Tahu mengapa? Pasti tahulah!

Jadi pak Purnomo tidak bisa berdemo.

 

Salam juga

__________________

------------

Communicating good news in good ways

joli's picture

banyak orang tidak tahu

wait.. kok ngrasani Joli dan Iik jadi pendeta, bisa gawat kalau kedengeran pak Kiem.. ssstttt

Dua kata yang dipakai DUO PUR "Tahu mengapa? Pasti tahulah.

Ada banyak orang yang tidak tahu, ada siapa dibalik seorang perempuan.

Ada banyak orang yang tidak tahu , ada siapa dibalik seorang Joli..

Ketika seorang rekan mau berpartner ama Joli thok, nggak mau ama mas Paul, dia nggak tahu, ada kepala lelaki dibelakang Joli krn selama ini my bojo lah yang support..

Ketika seorang pendeta heran ama langkah2 Joli, dia nggak tahu, ada banyak kepala lelaki dibelakang Joli, siapa mereka? DUO PUR Pasti tahulah. (smoga gak ada orang sinode yang baca SS)

Hal gender, punya fungsi yang berbeda, punya hubungan yang khas, bukan masalah hirarki, atas bawah.

 

Purnomo's picture

Berburu Miyabi

Ini juga terjadi di Nias. Para lelaki menganggur, karena dulunya tugas mereka berburu dan perempuan menanam sayuran.

          Fenomena ini tidak boleh dibatasi di Nias saja. Di daerah lain juga terjadi. Hanya saja sekarang prinsip ini mulai bergeser menjadi "Daripada menganggur, lebih baik berburu perempuan yang menanam uangnya di deposito." Sudah dapat istri kedua, dapat bunga bank pula.

         Laki-laki haram dilecehkan lho, walaupun tidak semua laki-laki begitu.

(structural feminist mode:OFF hehehe)

dReamZ's picture

ketidakadilan

gw slalu setuju ma wawan intinya sih ketidakadilan.

gender jadi mirip2 sama case warna kulit, suku, status sosial dimana manusia dilahirin. Itu semua diluar kekuasaan manusia untuk bisa memilih. N ketidakadilan muncul ketika beberapa orang merasa dirinya mempunyai hak yang lebih daripada golongan yg berbeda dari dia.

Mirip orang2 yg dilahirin kulit hitam n dijadikan budak. Dianggap itu nasib mereka menjadi budak karna mereka dilahirkan sebagai kulit hitam. N jg dalam case gender, nganggap nasib manusia jadi seorang wanita harus menerima fungsi yg sudah ditentukan di masyarakat pada umumnya sebagai nasib dia.

ketidakadilan masih suka ditemuin di jaman skrang. Beberapa negara maju yang katanya mendukung persamaan hak aja, masi didapatin gaji cewe lebih rendah dari cowo untuk jenis kerjaan yang sama .

N beberapa negara seperti indo, cewe yang bekerja dianggap single, n ga dapat hak (benefit) seperti cowo bisa dapat.

Kalo msalah role dalam keluarga, gw rada setuju jg sama wawan, tergantung pengertian n kesepakatan bersama tanpa paksaan.  ...

n menurut gw se idealnya, sapa yg ngurus anak, bersih2 rumah, masak, kerja, smuanya tergantung kerelaan/kesepakatan bersama bukan karna "apa kata orang pada umumnya tentang role cowo n cewe di keluarga"

Seharusnya hubungan heteroseks banyak belajar tuh sama hubungan homoseks huehehe :p homosex equal dunk dalam hal role/peran/fungsi gitu hueheue :p

niwei, Alkitab tanpa bagian Yesus, relatif banyak pelecehan ke cewe  nya :p

joli's picture

@pak Kiem, si Rahel, gembala perempuan

Suka dengan catatan pekerjaan dan peran perempuan yang Purnawan tulis ini. Berarti selama ini peran perempuan jauh lebih bagus daripada yang Joli bayangkan (kirain kayak perempuan2nya Mr Taliban)

Beberapa peran perempuan yang disebutkan dalam Alkitab adalah:

1.      Pekerjaan rumah tangga (Kej 18:6; Ams 31:15)

2.      Bertani.(Rut 2:8; Kid 1:6)

3.      Menjaga domba (Kej 29:9; Kel 2:16)

4.      Menimba air dan mengangkutnya.(Kej 24:11,13,15,16; 1Sam 9:11; Yoh 4:7)

5.      Mengilang (menggiling) gandum (Mat 24:41; Luk 17:35)

6.      Memintal benang (Ams 31:13,14)

7.      Membuat barang-barang sulaman (Ams 31:22)

8.      Merayakan kemenangan bangsanya (Kel 15:20,21; Hak 11:34; 1Sam 18:6,7)

9.      Menghadiri penguburan sebagai orang yang berdukacita (Yer 9:17,20)

 

Selagi ia berkata-kata dengan mereka, datanglah Rahel dengan kambing domba  ayahnya, sebab dialah yang menggembalakannya. (kej 29:9)

@Wawan, salah satu pekerjaan perempuan adalah menjaga domba  artinya menggembalakan domba bukan??

Pak Kiem, tuh si Rahel juga seorang perempuan gembala oiii ;)

bintang seven's picture

gender

kesannya jadi spt menyuarakan hati para ibu rumah tangga, menyuarakan suara hati mereka yg terkungkung budaya gender, menyuarakan bhw wanita tugasnya bukan cuma melahirkan.

seperti manusia gak bisa terbang, kodrat gender bertalian ama kemampuan ya pak? klo wanita mampu bekerja kenapa gak, klo emang pria jago masak kenapa gak tinggal dirumah? mungkin selama ini wanita dianggap tidak mampu shg di kodratkan utk melahirkan dan mengurus rumah tannga, begitu juga lelaki.

pak pur, sinetron suami2 takut istri jg perlu baca blog ini, klo istri udah nakutin, istri perlu kembali ke kodrat gendernya? atau di rante kayak si pleki, hahaha....

__________________

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.

Purnawan Kristanto's picture

Kodrat

Kodrat adalah kondisi yang tak terhindarkan dan tidak dapat dipertukarkan. Kodrat perempuan itu punya sel telur yang akan mendatangkan haid jika tidak dibuahi dan akan hamil kalau dibuahi. Jika hamil, maka dia dapat menyusui anaknya. Kalau kodrat laki-laki ya membuahi sel telur. Peran ini tidak dapat dipertukarkan. Itulah kodrat berdasarkan fungsi reproduksi.

Sementara pembagian peran lain yang berbasis ideologi gender, tidak dapat disebut kodrat. Mendidik anak itu bukan kodrat perempuan. Itu adalah tugas bersama. Memasak itu bukan kodrat perempuan karena laki-laki pun bisa melakukannya. Jadi tukang sunat itu juga bukan kodrat laki-laki karena perempuan juga bisa melakukannya.

Kalau ada isteri yang  menakuti suami itu bukan melanggar kodrat. Itu adalah penindasan perempuan terhadap laki-laki. Geraka feminisme tidak pernah menghendaki adanya penindasan baru. Gerakan ini berupaya untuk menghilangkan KETIDAKADILAN. Jadi, kalau perempuan memiliki persamaan hak maka dia tidak boleh melakukan penindasan kepada laki-laki. Justru kalau terjadi kesetaraan dan persamaan hak maka masing-masing pihak merasa aman, nyaman dan tidak terancam oleh keberadaan pihak yang lain. Salah besar kalau mempersepsikan gerakan perempuan itu menghendaki perempuan yang bergantian melakukan dominasi.

Saya adalah laki-laki tulen, tapi saya mendukung gerakan perempuan. Mengapa? Karena saya melihat ada ketidakadilan. Kalau saya diam saja dan tidak melakukan upaya apa-apa untuk menghentikan ketidakadilan ini, maka saya akan ditegur keras oleh Tuhan. Tuhan itu membenci ketidakdilan dan penindasan dalam bentuk apa pun. Baik itu dilakukan oleh laki-laki atau perempuan.

__________________

------------

Communicating good news in good ways

bintang seven's picture

trus

Saya adalah laki-laki tulen, tapi saya mendukung gerakan perempuan. Mengapa? Karena saya melihat ada ketidakadilan. Kalau saya diam saja dan tidak melakukan upaya apa-apa untuk menghentikan ketidakadilan ini, maka saya akan ditegur keras oleh Tuhan. Tuhan itu membenci ketidakdilan dan penindasan dalam bentuk apa pun. Baik itu dilakukan oleh laki-laki atau perempuan.

saya menaruh hormat terhadap laki2 yg mendukung gerakan perempuan utk keadilan, mudah2an saya dapat mengikuti jejak pak pur.

trus pak, dlm konteks marta dan maria, apakah kita semua sbg laki2 dan perempuan mempunyai kodrat yg sama di mata Tuhan?, misal kodrat mengutamakan Tuhan, adalah sperti sperma kita, natur kita? gak perduli laki2 atau perempuan kodrat kita sbg anak2 Allah yg menonjol harusnya spt apa?

gbu.

__________________

orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.