Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Nubuat Palsu

mujizat's picture

Jika nubuat adalah perkataan yang diucapkan oleh seseorang oleh dorongan Roh Allah atau Roh TUHAN atau Roh Kudus untuk sesuatu peristiwa yang akan terjadi di waktu mendatang, yaitu dalam kurun waktu setelah diucapkannya nubuat itu, maka nubuat palsu adalah perkataan yang diucapkan oleh seseorang oleh dorongan roh dusta atau dapat juga oleh rekaan pikiran pengucapnya. Seorang “nabi” dengan perilaku tidak beres, dengan motivasi ngak benar, dapat menjadi media empuk bagi roh dusta untuk menyampaikan nubuat palsunya kepada seseorang ataupun sekelompok orang.

Ahab, raja Israel, mengingini kebun anggur Nabot, karena kebun itu terletak dekat rumahnya, dan raja Israel ini menawarkan pertukaran dengan tanahnya yang lebih luas sebagai gantinya, tetapi Nabot ngak setuju dengan alasan bahwa itu tanah milik pusaka nenek moyangnya yang tidak boleh dialihkan kepada pihak lain. Ahab gusar dan kesal, lalu Izebel, isterinya, melakukan tipu muslihat, dan terbunuhlah Nabot secara licik, dilempari batu sampai mati dengan tuduhan mengutuk Allah dan raja oleh kesaksian dusta dua orang dursila yang disuruhkan Izebel (1 Raja 21:7-13). Karena dosa keluarga Ahab ini, TUHAN menyuruh Elia menyampaikan sebuah nubuat untuk keluarga jahat itu: “Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu." (1 Raja 21:19). Nubuat asli ini dikemudian hari digenapi di (1 Raja 22:38).

Ahab berhutang darah kepada Nabot, TUHAN menyuruh Elia mengingatkan dosa keluarga Ahab, lalu raja ini mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung dan berpuasa (tanda penyesalan?), lalu TUHAN berbicara lagi kepada Elia (1 Raja 21:27-29). Penyesalan adalah penyesalan, tetapi penyesalan Ahab tidak dapat menghidupkan kembali Nabot, dan hutang darah tetap harus dilunasi.

Alkisah Yosafat, raja Yehuda, bertandang ke istana Ahab, raja Israel, “pembunuh” Nabot. Tergeraklah Ahab untuk mengajak Yosafat merebut Ramot-Gilead dari tangan raja negeri Aram, dan Yosafat setuju dengan satu syarat: Tanya TUHAN terlebih dahulu. Sepertinya Yosafat cukup “rohani”.

Lalu Ahab mengumpulkan lebih kurang 400 orang nabi, termasuk Zedekia, yang mengucapkan nubuat: “Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka."  Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: "Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja." (1 Raja 22:11-12).

Keempat ratus nabi itu menubuatkan “apa yang diinginkan Ahab” , seorang raja yang masih berhutang darah kepada Nabot. Tetapi apakah ke-400 nabi itu mengucapkan nubuat karena sesuatu dorongan roh tertentu, ataukah semata-mata “lu-buat” alias mereka-reka dengan pikiran sendiri?

Namun rupanya Yosafat masih ragu, maka berkatalah ia: “Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk? " Jawab Ahab kepada Yosafat: "Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla." Kata Yosafat: "Janganlah raja berkata demikian." (1 Raja 22:7,8).

Lalu menghadaplah Mikha, sang nabi TUHAN, tetapi sebelumnya suruhan yang pergi memanggil Mikha telah berkata kepada sang nabi: "Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik." Ketika Ahab bertanya: "Mikha, apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?" Menjawablah Mikha (bercanda): "Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.” Namun rupa-rupanya Ahab sadar kalau sang nabi TUHAN sedang memperolok-olok dia, maka dia kemudian berkata: "Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?”

Kali ini Mikha menjawab serius: "Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.”

Nabi TUHAN ini melanjutkan: "Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya. Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa?  Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian!  Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu."  (1 Raja 22:19-23).

Singkat ceritera, pergilah Ahab dan Yosafat untuk berperang merebut Ramot-Gilead dari tangan raja Aram dengan hasil gagal total bahkan raja Ahab terbunuh dalam pertempuran itu, walaupun ia telah bersiasat dengan menyamar menjadi prajurit biasa, tetapi TUHAN yang Mahatahu, maka Dia telah menggerakkan seorang prajurit Aram untuk menembakkan anak panah sekenanya, namun justru anak panah itu meluncur deras mengenai dan menembus tubuh raja Israel itu tepat di sela-sela sambungan baju zirahnya (1 Raja 22:34). Perkataan nabi Mikha itu (1 Raja 22:19-23) sekaligus menyingkapkan bahwa roh dusta lah biang keladi nubuat palsu yang diucapkan oleh nabi Zedekia dan kawan-kawan.

Sekitar tahun 1994-1995 di gereja tertentu di Magelang, seorang “hamba Tuhan” merasa mendengar suara Tuhan dan ia bernubuat, bermakna: “Tuhan berkata, suruhlah jemaat membeli ember berwarna hijau, dan pakailah itu untuk tempat menyimpan beras untuk dimasak (sebagai lumbung beras mini – pen), maka berasnya tidak akan habis-habis”. Tentu saja “nubuat” yang menjanjikan itu disambut baik oleh jemaat. Maka jemaat yang berjumlah ribuan orang itu berbondong-bondong membeli ember plastic warna hijau. Laris manis, dan menjadi berkat tersendiri bagi penjual ember plastik warna hijau,…

Namun tidak satu pun yang berasnya ngak habis-habis, tetapi normal-normal saja. Akhirnya, pendeta yang kemudian beraliran “Namais” itu mulai ditinggalkan jemaat.

Salam.

__________________

 Tani Desa