Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sembuh karena Iman

andryhart's picture

Seorang pasien biasanya akan sembuh setelah berobat pada dokter jika tiga hal berikut ini terpenuhi, yaitu: (1) dokternya cukup pintar (memiliki pengetahuan) dan berpengalaman untuk mendiagnosis serta mengobati penyakitnya; (2) semua harapan pasien atas penyembuhan penyakitnya (expectation values) dapat terpenuhi; dan (3) pasien memiliki kepercayaan bahwa dokter yang mengobatinya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkannya. Kadang-kadang pasien belum pernah bertemu dengan dokternya—terutama bila ia masuk ke rumah sakit pada keadaan emerjensi seperti serangan jantung—namun dia percaya bahwa dokter yang menanganinya pasti mampu menyembuhkannya. Dengan kepercayaan tersebut, kadang-kadang pasien mendapatkan perasaan bahwa dirinya sudah sembuh setelah dirawat beberapa waktu—padahal kebanyakan penyakit yang serius tidak bisa dihilangkan penyebabnya tetapi gejalanya bisa terasa berkurang atau hilang karena adanya kemampuan tubuh untuk beradaptasi dan juga adanya dasar kepercayaannya yang kuat itu. Keadaan terakhir ini mungkin kita kenal dengan sebutan autosugesti.          

 Ketika membaca sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr Bruno Klopfer seorang psikolog dan Dr Philip West terhadap pasien limfosarkoma stadium lanjut pada tahun 1957 dan dilaporkan di dalam Journal of Projective Techniques and Personality Assessment, kita akan memahami betapa besar pengaruh autosugesti berdasarkan kepercayaan pada dokter atau penyembuh lainnya. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan pengaruh yang begitu luar biasa dari  plasebo —yaitu, bahan yang tidak berkhasiat tetapi pasien yang mendapatkan bahan tersebut memandangnya sebagai obat yang mujarab. Jika kepercayaan pada dokter atau pada cara pengobatan yang mereka lakukan sudah dapat membuat seorang pasien merasa sembuh, kita tentunya bisa membayangkan kesembuhan yang terjadi apabila kita sebagai orang yang beriman kepada Allah telah disembuhkan oleh-Nya. Kita juga harus selalu ingat akan janji-janji Allah seperti yang disampaikan-Nya dalam Keluaran 15:26, “Akulah Tuhan yang menyembuhkan engkau,” kemudian Keluaran 23:25, “Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu,” selanjutnya Ulangan 7:15, “Tuhan akan menjauhkan segala penyakit dari engkau, dan akhirnya Yeremia 30:17, “Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman Tuhan.” Semua ini menunjukkan bahwa Allah akan menyembuhkan kita asalkan kita percaya pada janji-Nya yang diucapkan lewat firman-Nya. Dan Allah jauh lebih berkuasa daripada dokter karena Dia menguasai kebangkitan dan hidup seperti dikatakan Yesus lewat Injil Yohanes 11-25, “Aku adalah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya pada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” Keselamatan yang dijanjikan oleh Allah itu bukan hanya keselamatan jasmani tetapi yang jauh lebih penting lagi, keselamatan roh kita. Jadi, mengapa kita masih tidak percaya kepada Allah yang mahakuasa untuk menyembuhkan penyakit kita sementara pelaksanaannya tentu saja dapat dilakukan lewat tangan-tangan dokter?

__________________

andryhart

edy's picture

KESAKSIAN

PAPA SAYA SAKIT KANKER PARU - PARU. UMURNYA SUDAH 80 THN. DIBAWA BEROBAT KE DOKTER DI MOUNT E SING. MENURUT DOKTER ADA 2 JALAN PENGOBATANNYA. PERTAMA KEO, KEDUA DENGAN OBAT. SETELAH BEREMBUG KELUARGA, KAMI MEMUTUSKAN PAPA DIBERI OBAT SAJA KARENA SUDAH TUA DAN TIDAK AKAN SANGGUP MENJALANI KEMO. AKHIRNYA DOKTER NYERAH JUGA, PAPA DISURUH BAWA PULANG KARENA DOKTER YG AHLI TIU AKALNYA UDAH BUNTU. SEKARANG SAYA HARUS MENCARI AKAL - AKALAN MANUSIA PINTAR YG MANA LAGI SELAIN BERIMAN KEPADA TUHAN YESUS PENYEMBUH ITU ? SAYA HANYA BISA BERDOA SAJA MEMINTA KEMURAHAN TUHAN, AKHIRNYA TANPA DISENGAJA BERTEMU DENGAN SEORANG SAUDARA DARI TETANGGA YG MENGENAL SEORANG SIN SE. BEROBATLAH PAPA SAYA DENGAN SIN SE TERSEBUT. HASILNYA MENURUT KABAR ADIK SAYA DI SING , PAPA SUDAH BAIKAN. PUJI TUHAN, SAYA BERSYUKUR KEPADA TUHAN KARENA KONDISI PAPA SEMAKIN MEMBAIK. DAN SAYA PERCAYA KARENA TUHANLAH PAPA SAYA BISA BERTEMU DAN BEROBAT DENGAN SIN SE TERSEBUT. GBU
Lina Waty TDS's picture

Iman dan penyakit

Puji Tuhan kalau papa Edy membaik setelah diobati oleh sinse. Saya punya cerita yang berbeda lagi. Sekitar tahun 1989 kakak perempuan saya di vonis menderita SLE, sehari-hari dikenal dengan sebutan lupus. Sejak itu kakak saya setiap tahun keluar masuk rumah sakit. Ketika saya belum menikah, saya selalu menemani dia di rumah sakit, bahkan pernah selama sebulan saya "kost" di rumah sakit mendampingi kakak saya. Kakak saya beriman bahwa ia disembuhkan Tuhan. Menurut seorang hamba Tuhan karena papa saya punya jimat, maka kakak saya jadi sakit.Jadi kakak saya kena "kutuk". Papa saya diminta menyerahkan jimatnya pada hambat Tuhan tersebut untuk di bakar. kenyataannya kakak saya tidak sembuh juga. Karena yakin atas ucapan hamba Tuhan bahwa ia sudah sembuh, maka kakak saya berhenti makan obat selama 1 tahun. Setiap kakak saya masuk rumah sakit saya pasti punya keyakinan bahwa kakak saya pasti pulih kembali. Rasanya doa saya selalu di jawab oleh Tuhan dengan pulangnya kakak saya ke rumah dari rumah sakit dan bahkan bisa melakukan aktivitas. Sekalipun sakit, kakak saya bekerja di rumah sebagai konsultan pajak, hebat ya ... Suatu malam, adik perempuan saya telpon kalau kakak saya masuk rumah sakit dan rasanya cukup parah. Kakak saya menghabiskan waktunya di rumah sakit selama 18 hari. Satu minggu pertama saya "kost" lagi di rumah sakit. Minggu kedua suami saya masuk rumah sakit, maka saya harus menemani anak dan mertua di rumah. Minggu ketiga saya hanya menjaga di siang hari, karena malam saya harus pulang ke rumah. Setiap hari saya berdoa untuk kakak saya. Biasanya saya berdoa dan harapan saya kakak pasti pulang kerumah, kali ini doa saya berbeda. 13 tahun saya mendampingi kakak saya dalam setiap peristirahatannya di rumah sakit, dan kali ini saja doa saya berbeda. Saya berkata pada Tuhan. Kali ini saya yakin Tuhan akan membawa kakak pulang. Saya tidak marah, saya selalu mengimani bahwa kalau kali ini kakak saya tidak sembuh bukan berarti tidak ada mujizat, tapi itulah mujizat Tuhan yang terbesar. Akhirnya, tepat 1 Februari 2003 ( 1 2 3 ), tanggal yang antik untuk pergi menghadap Bapa di surga. Kakak saya pergi dalam tidur paginya di rumah sakit, hampir pukul 11, ditemani mama, adik laki-laki saya dan istrinya. Hari itu imlek, kami keluarga besar berjanji untuk datang berkumpul di rumah sakit merayakan imlek. Ternyata kakak saya tidak sanggup menanti kedatangan keluarganya. Ia pergi dalam tidurnya. Sebelum tidur kakak saya meminta mama untuk mengeluarkan uang dan angpao, kakak saya menyiapkan angpao untuk anaknya, keponakan, mama dan papa. Bayangkan di rumah duka atas nama kakak saya mama membagikan angpao (amplop merah berisi uang) untuk cucu-cucunya. 2 tahun yang lalu adik perempuan saya juga di vonis lupus. Mama saya berkata, airmatanya belum kering untuk kakak saya, dan sekarang mama harus mendampingi adik saya. Sampai saat inipun saya tidak mengerti, mengapa hal ini terjadi, tapi saya tidak bisa marah pada Tuhan, karena saya tahu bahwa Tuhan tetap bekerja untuk memberikan yang terbaik baik keluarga besar saya.
edy's picture

SUNGGUH INDAH RANCANGAN TUHAN

 

MEMANG BEGITULAH SDR LINA.

KITA SERINGKALI TIDAK MENGERTI. BAHKAN KITA TIDAK TAHU KAPAN KITA KEMBALI KE RUMAH BAPA. BAGI SAYA PRIBADI KEMATIAN HANYA SEPERTI MELEWATI SEBUAH PINTU.

BERPINDAH DARI ALAM INI KE ALAM LAIN. CEPAT ATAU LAMBAT, SEMUA MENGALAMINYA.

KETIKA TUHAN MEMANGGIL ORANG YG KITA SAYANGI, TENTULAH KITA AKAN MERASA KEHILANGAN. TAPI PERCAYALAH RANCANGAN TUHAN YG TERBAIK.

RANCANGAN TUHAN PASTI INDAH.

GBU