Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Aku dan Suami sering berbeda pendapat

esti's picture

Aku dan Suamiku sering berbeda pendapat.

Sebelum menikah dengan suami, saya tidak bisa mengendarai motor maupun mobil.

Dulu sebelum bisa menyetir mobil atau naik motor, saya senang saja naik mobil di sampingnya, atau dibonceng motor dibelakangnya. Sampai suatu hari waktu itu malam minggu, saya sama anak-anak ingin sekali jalan-jalan naik mobil, waktu saya minta suami mengantar kami keliling kota, dia bilang capek dan malah berkata : ”bawa saja mobilnya kalau kamu bisa menyetir”.

Dalam hati saya berpikir bagaimana mungkin saya bisa menyetir, makin saya berpikir maka sayapun agak penasaran dengan ucapan suamiku, masak iya saya bisa? maka diam-diam sayapun mendaftar ke tempat kursus bagaimana mengendarai mobil sendiri.

Alhasil saya bisa menyelesaikan kursus dan mengikuti ujian untuk mengambil SIM A, lalu saya tunjukkan ke suami bahwa saya sudah bisa menyetir, artinya saya boleh mengendarai mobilnya.

Setelah saya lebih lancar dalam mengendarai mobil, saya tidak bisa lagi duduk tenang dengan manis, nyaman dan pasrah pada saat duduk disamping suami yang sedang menyetir mobil. Padahal sebelumnya (sebelum bisa menyetir) saya tidak pernah protes meski suami mengendarai mobil dengan pelan-pelan atau dengan kecepatan yang tinggi. Tetapi setelah saya bisa mengendarai mobil sendiri dan mengetahui dimana ada jalan yang berlobang atau banyak polisi tidurnya, dan dimana ada jalan yang macet, saya jadi bisa memilih jalan mana yang paling cocok agar bisa sampai ditempat yang akan menjadi tujuan.

Sebagai contoh saja untuk sampai ke kantor suami, jika saya yang menyetir maka saya akan memilih jalan yang agak macet meski sampai disana agak lebih lambat sedikit, tetapi suamiku akan memilih jalan pintas yang banyak polisi tidurnya supaya cepat sampai.

Ketika saya ada disampingnya, maka saya pun bereaksi kaget kalau dia mengerem dengan mendadak atau jaraknya terlalu dekat dengan mobil didepan, sehingga suami menggerutu katanya saya mengganggu konsentrasi dia, lama-lama saya tidak tahan dan membalasnya dengan berkomentar bahwa jalannya nggak enak bikin sakit pinggang, caranya  menginjak pedal gas atau remnya terlalu mendadak dan kasar dll, dsb. Tentu saja suamiku juga tidak mau kalah dan biasanya menjadi marah dan berkata kalau dia yang menyetir ya lewatnya jalan yang dia pilih dan dengan caranya, kalau saya mau menyetir silahkan mau lewat mana atau dengan cara bagaimana saja terserah.

Pernah terjadi dia sampai turun dari mobil dan menyuruh saya yang menyetir, saat saya menyetir dia memang tidak berkomentar tapi tutup mata dan tidur mendengkur disampingku, karena kesal sayapun membalasnya dengan melewati jalan yang berlobang-lobang atau polisi tidur tanpa mengeremnya. Dan begitu turun dia bilang bahwa saya nggak beda dengan dia, nyetir mobil kasar ugal-ugalan.

Akhirnya mau tidak mau sayapun diam saja dan menahan diri saat dia menyetir mobil.

Tapi masih ada tetapinya yaitu ketika dulu saya masih muda sering sekali menggerutu dan menyimpan kekesalan dalam hati: ”naik mobil ugal-ugalan kalau nanti tabrakan baru rasain”, ternyata apa yang saya pikirkan itulah yang terjadi berikutnya. Hanya saja waktu itu saya belum begitu menyadari, tetapi setelah berkali-kali kejadian akhirnya saya baru sadar, dan sejak itu ketika saya mulai nervous dengan caranya mengendarai mobil, saya tidak lagi menggerutu dengan kutukan dalam hati, tetapi mengubahnya menjadi doa permohonan dalam hati :”Tuhan lindungilah suamiku dan kasihanilah kami, tolonglah agar kami bisa sampai ditempat tujuan dengan selamat, terima kasih Tuhan Yesus engkaulah juru selamatku, Amin” Sambil bersenandung dalam hati menyanyikan pujian:”Dengan Tuhan Yesus ’ku berjalanlah, sambil ’kunyanyikan pujian bagi-Nya, ringanlah bebanku dekat pada-Nya, ’ku bersukacita senantiasa....” atau ’Ku mau berjalan dengan juru s’lamatku, dilembah berbunga dan berair sejuk, aku takkan takut dibahaya apapun...sampai aku tiba di neg’ri baka....”

Dengan bantuan doa dalam hati dan senandung pujian maka hilanglah rasa kuatirku, dan puji Tuhan itulah yang terjadi, ketika kami dalam perjalanan menuju ke suatu tempat, kami bisa sampai di tempat tujuan dengan selamat.

Seperti pengalaman perjalananku mengendarai mobil bersama suami,  saat ini kita semua juga sedang mengadakan perjalanan ke negeri yang indah ketempat dimana tidak ada lagi kesusahan dan penderitaan, tetapi ke negeri sukacita abadi. Kita masing masing sudah punya SIM (kalau belum belajar dulu ya)dan beberapa petunjuk arah jalan yang bisa kita lewati, tapi sebagai sopir yang sudah memiliki SIM kita terkadang mempunyai style yang berbeda satu dengan yang lain baik dalam cara mengendarai maupun memilih jalan yang tepat untuk menuju kesana, mau jalan yang berkelok-kelok curam, berbatu-batu, penuh lobang dan polisi tidur atau jalan yang lurus mulus tapi amat sangat macet dan memerlukan kesabaran ekstra agar bisa sampai disana. Apakah kita akan mandeg berjalan ditempat saja untuk saling mengoreksi dan mempermasalahkan cara kita mengendarai atau apakah kita mau saling mendoakan agar supaya kita sampai dengan selamat.

Semoga saja kita semua bisa sampai ditempat tujuan sesuai dengan iman, pengharapan dan cinta kasih kita masing-masing.

Roma 12:16  Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!

 

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

 

 

 

Salam”

 

 

PlainBread's picture

Kalo semua sama pendapatnya

Kalo semua sama pendapatnya, apa masih bisa dibilang hidup?

Saya dan istri juga sering beda pendapat, bahkan untuk hal2 yang sepele. Kalo gak gitu ya gak makin sayang :)

 

One man's rebel is another man's freedom fighter

Rusdy's picture

Saling Mendoakan

"Apakah kita akan mandeg berjalan ditempat saja untuk saling mengoreksi dan mempermasalahkan cara kita mengendarai atau apakah kita mau saling mendoakan agar supaya kita sampai dengan selamat"

Amiiiin... daripada saling gontok-gontokan, mending saling mendoakan yaaa...

ebed_adonai's picture

@esti: kalau (banyak) samanya?

Long time no see mb. Esti..

Malah kalau banyak samanya apa nggak repot ya?

Kalau dua-duanya hobi jalan-jalan, rumah jadi kosong, cah-cah ra' kopen...

Kalau dua-duanya garang, wah, bisa perang dunia terus di rumah...

Kalau dua-duanya cengeng, wah, bisa berbagi tissu terus di tempat tidur...

Kalau dua-duanya ganjen, wahhh........

Dll, dsb, dst...

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)