Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Alllah Mengasihi Kita: Apa Maksudnya?

Mirandola's picture

Deky H. Y. Nggadas

 
Dalam buku berjudul: Lord or Legend, Gregory A. Boyd & Paul Rhodes Eddy menyatakan bahwa segala sesuatu yang Allah lakukan dalam Kristus lakukan bagi kita “is all about love”. Allah adalah kasih dan Dia mengasihi kita. Itulah faktanya. Tetapi izinkan saya bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan Allah mengasihi kita?” Saya akan mengisahkan sebuah kisah mengenai kasih atau cinta, sesudah itu saya akan memaknai kisah itu dalam dua versi, lalu coba putuskan kisah yang mana yang cocok dengan “Allah mengasihi kita”.

Suatu ketika Charles dan Susan sedang berjalan menyusuri sebuah pantai sambil bergandengan tangan. Mereka berdua baru saja menyelesaikan ujian semester, dan tekanan-tekanan sepanjang semester itu rasanya menghilang begitu saja bersama hembusan angin sepoi-sepoi di pantai itu. Mereka melepas sandal, dan pasir yang halus dan basah itu menyentuh telapak kaki mereka. Charles berpaling kepada Susan, menatap dalam-dalam mata coklat muda milik susan yang indah. Charles kemudian berkata dengan sungguh-sungguh, “Susan, Aku mencintaimu. Aku sungguh-sungguh mencintaimu”.

Apa artinya? Apakah yang dimaksud Charles ketika berkata, “Susan, aku mencintaimu?”

Pertama, Kita mungkin dapat berkata bahwa yang dimaksud Charles adalah demikian: “Susan, kaulah segalanya bagiku. Aku tidak dapat hidup tanpamu. Senyummu membuatku terpana bahkan meskipun aku menatapmu dari kejauhan. Humormu yang jenaka, kedua matamu yang indah, harum rambutmu – segala sesuatu tentangmu membuatku terpesona. Aku mencintaimu!” Artinya, Charles jatuh cinta kepada Susan, bahkan tidak tahan untuk tidak segera mengungkapkan perasaan kasihnya kepada Susan karena bagi Charles, Susan begitu menarik dan mempesona. Pertanyaan, apakah Allah ketika berkata “Aku mengasihi Engkau”, berarti bahwa Allah tidak dapat hidup tanpa kita karena kita begitu mempesona, dan membuat Allah tidak dapat tidur sedetikpun kecuali kalau kita mau menerima cinta-Nya?

Kedua, saudara mungkin bilang, “Oh, tidak seperti itu!” Lalu bagaimana? Apa artinya ketika Alkitab berkata, “Allah mengasihi kita?” Kalau begitu, saya akan menawarkan arti yang kedua. Mungkin yang dimaksudkan Charles adalah begini: “Susan, sejujurnya aku berkata bahwa nafasmu berbau tidak sedap sehingga bahkan mengalahkan sekawanan gajah pemakan bawang putih yang belum mandi. Hidungmu besar dan jelek seperti makhluk terburuk dalam kartun-kartun. Rambutmu begitu berminyak sehingga dapat melumasi sebuah truk beroda delapan belas. Kedua lututmu bengkok sehingga kau membuat seeokor unta terlihat anggun. Kepribadianmu membuat Hitler kelihatan begitu lembek. Tetapi, Aku mengasihimu. Aku mencintaimu!” Apakah ini yang dimaksudkan Alkitab ketika dikatakan bahwa Allah mengasihi kita. Apakah artinya adalah: “Berbicara secara moral, kaulah bangsa yang bernafas tidak sedap, berhidung besar dan jelek, berambut berminyak, berlutut bengkok, dan berkepribadian tidak menyenangkan. Dosa-dosamu membuatku jijik, tetapi Aku mencintaimu.” Seburuk itukah kita?

Saya kira, sebuah syair berikut dapat memberikan jawaban yang lebih baik berkenaan dengan problem ini. Syair ini ditulis oleh seorang istri bernama Elisabeth Barrett Browning, kepada suaminya Robert Browning:

Jika engkau harus mengasihi, biarlah itu bukan karena apa pun,

Kecuali demi kasih itu sendiri. Jangan katakan,

“Aku mencintainya karena senyumnya – parasnya –

Cara bicaranya yang lembut – karena cara berpikirnya,

Yang begitu selaras denganku, dan yang tentunya

Menghantarkan perasaan nyaman setiap hari.”

Karena hal-hal itu, kekasihku, bisa diubah, atau berubah demi Engkau – dan kasih,

Yang diikat dengan cara ini, mungkin juga dilepaskan kembali.

Jangan mengasihiku karena simpatimu menyeka kering kedua pipiku –

Dan dia, yang telah sedemikian lama memberimu kenyamanan,

Mungkin saja lupa menangis, dan demikian kehilangan kasihmu!

Tetapi kasihilah aku demi kasih itu sendiri, semoga kasihmu berlanjut selama-lamanya,

Menembus keabadian kasih. 

Dan inilah, saudara-saudara, yang telah kita pelajari dari Allah karena Dia telah menyatakan diri-Nya dalam Anak-Nya, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1Yoh. 4:19). “Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8). Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita (1Yoh. 4:10). Satu gagasan klise dari orang-orang Injili mengatakan bahwa Allah membenci dosa tetapi mengasihi orang-orang berdosa. Meskipun terdapat perbedaan mengenai bagaimana Allah memandang dosa dan orang yang berdosa, namun gagasan klise ini keliru dan harus ditinggalkan. Empat belas kali dalam lima puluh Mazmur pertama, dikatakan bahwa Allah membenci para pendosa, murka-Nya terhadap para pendusta, dan sebagainya. Di dalam Yoh. 3:36, jelas bahwa yang dimurkai Allah bukan hanya dosa tetapi juga orang yang berdosa. Artinya bahwa kasih Allah bagi kita adalah sebuah keputusan untuk mengasihi kita yang seharus Dia benci dan murkai. Dan keputusan Allah untuk mengasihi kita bukan semata-mata demi kita, tetapi juga karena memang Dia adalah Kasih itu sendiri. Dia mengasihi kita untuk kita dan juga demi Diri-Nya yang adalah Kasih. Selamat Paskah 2009! (Sumber: D. A. Carson, Doktrin yang Sulit tentang Kasih Allah [Surabaya: Momentum, 2006])

 

__________________

<td <
 

isaacadam's picture

  Dia sayang kita.   Isaac

 

Dia sayang kita.

 

Isaac

__________________