Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Anti yang Tidak Anti - II

PlainBread's picture

Untuk bisa mengerti keseluruhan tulisan saya ini, sebaiknya anda bisa membaca bagian yang pertama di sini. Tapi kalau anda tidak punya banyak waktu atau merasa memiliki kemampuan speed reading, silakan teruskan membaca :)

 

Pembelajaran saya ternyata berlanjut mengenai diri saya dan interaksi dengan orang-orang lain. Sangatlah mengherankan di tahun-tahun pertama saya berdiskusi dan berdebat di sekolah, saya memperhatikan fenomena menarik yang sampai sekarang saya sebenarnya belum mendapatkan jawaban yang pasti.

 

 

Dalam pertarungan fisik, ada kecendrungan di mana saya meminjam jurus atau gaya dari lawan saya, terutama jika pertarungan tersebut di adakan secara berkesinambungan. Dan ini bukan saja terjadi di dalam ilmu bela diri, tapi juga di dalam beberapa cabang olahraga lain yang saya minati, misalnya basket, renang atau bowling. Yang saya amati, tujuan saya yang semula ingin menyaingi lawan alias berkompetisi alias mengalahkan lawan, ternyata membuat saya -secara sadar atau tidak sadar- mengamati gerak gerik, cara, dan bagaimana mereka menyerang (offense) atau mempertahankan diri (defense). Oleh karena itu di dalam kompetisi profesional atau tingkat nasional/internasional, menyaksikan rekaman-rekaman pertandingan lawan merupakan salah satu kiat dalam persiapan menghadapi lawan yang sama.

Dan hal tersebut juga terbawa ke dalam arah dan cara dalam diskusi atau perdebatan yang saya sering lewati, baik itu informal atau formal, maupun real atau virtual. Dan tanpa saya duga, ternyata pihak lawan juga mengalami atau melakukan saya yang alami atau lakukan. Dalam psikologi, perilaku manusia tersebut dinamakan mirroring:

 

 

Awalnya saya pikir topik mirroring adalah topik yang tidak menarik atau biasa saja. Semua melakukannya. Kalau kita berpapasan dengan orang lain dan dia menganguk, kita juga akan turut menganguk. Itu mungkin contoh dari perilaku sadar kita. Apa yang orang lain lakukan akan kita tiru, kita seakan berkaca (mirroring) dengan orang lain, salah satu tanda dari interaksi manusia sebagai mahluk sosial. Sementara sebagai salah satu contoh perilaku manusia di bawah sadar, adalah di mana ketika ada orang menguap, kita bisa ikut-ikutan menguap. Makanya sering kali orang bilang "don't yawn, it's contagious". Jangan menguap, karena menguap itu menular sampai orang lain akhirnya bisa ikut-ikutan juga tanpa mereka sadari. Sampai di situ saya yakin banyak orang sudah mengetahui mengenai contoh-contoh tersebut.

 

Tetapi yang membuat saya terkejut, pola mirroring ini ternyata juga saya temukan di dalam berdiskusi atau berdebat. Ketika saya mencoba melakukan argumen dengan cara nitpicking (mengupas kata demi kata dari argumentasi lawan yang sebenarnya tidak esensial alias tidak perlu, just for the sake of an argument alias hanya ingin menyerang saja), seringkali pihak lawan debat saya cenderung akan melakukan hal yang sama. Kebiasaan ini tidak saya sadari dan saya sempat terjebak dalam pattern yang sama selama beberapa tahun.

Selanjutnya saya berpikir, kenapa metode debat seperti ini terkesan melelahkan? Apakah karena "mencintai Allah dengan segenap kekuatanmu" makanya harus terus berdebat kalau perlu sampai terasa lelah? Hahaha. Ternyata jauh dari situ. Jawaban yang saya temukan adalah, ketika saya melakukan cara A, lawan saya juga akan melakukan cara A. Akhirnya saya seperti melawan diri saya sendiri. Begitu juga sebaliknya. Ketika saya bilang orang bego, misalnya, orang tersebut secara natural akan cenderung melakukan mirroring. Ketika seseorang disakiti, orang biasanya akan balik menyakiti. Ketika orang dipuji atau dihina, persepsi orang tersebut atas orang yang memuji atau menghina bisa berubah drastis. Mungkin ini adalah hukum alam. Orang bilangnya hukum rimba. Dan menurut saya ini adalah sifat natural manusia, sebuah fase lebih lanjut dari mirroring.

 

Tentu anda pernah mendengar peribahasa "You are what you eat". Kalau kita makan yang sehat, tentu diri kita juga sehat. Kalau kita makan yang berkalori tinggi, itulah yang kita dapatkan di tubuh kita sehingga tubuh kita bisa berisiko tinggi terkena kolesterol. Beberapa waktu yang lalu, saya pernah mengutarakan bahwa peribahasa "You are what you eat" sebenarnya bisa diartikan lebih dari perihal makanan. Makna kata "eat" di situ menurut saya memiliki arti "menyerang" atau "menguasai".

Oleh karena itu tidaklah heran jika saya temukan banyak orang yang terlibat dalam perdebatan, akhirnya memiliki gesture anggota tubuh, mimik muka, bahkan cara pemilihan kata yang mirip. Kalau misalnya si A seringkali memakai kata "itu", "makanya", "justifikasikan", "itu sebabnya", "dengan gamblang", di dalam perdebatannya dengan si B, maka saya akan melihat kenyataan di dalam beberapa atau banyak kejadian nyata, di mana akhirnya si B juga akan memakai kata-kata atau kalimat yang sama dalam melakukan perdebatannya. Bukan saja perdebatan B kepada A, tapi juga kepada C. Tanpa disadari si B sudah melakukan mirroring dari apa yang A telah lakukan. Dan bukan itu saja. Saya pernah melihat rekaman debat intense, saya menyaksikan 2 pihak yang terlibat dalam perdebatan tersebut memiliki body language yang mirip. Mulai dari cara mengayunkan tangan sewaktu bicara sampai ke hal intonasi pada beberapa kata tertentu yang digunakan.

 

Walaupun ini hanyalah pengamatan informal, yang jauh dari standar research mana pun juga bahkan jauh  dari peer journal, namun topik khusus dalam pengamatan perilaku manusia ini sungguh menarik bagi saya pribadi. Walaupun fenomena ini dilabel dengan istilah mirroring, buat saya hal tersebut tidak menjelaskan banyak hal di dalamnya, mengenai apa, mengapa dan bagaimana sesungguhnya mirroring bisa terjadi, yang bukan saja pengertian atau batasan interaksi normal atau sehari-hari, tapi juga mirroring dalam interaksi yang di luar kebiasaan sehari-hari misalnya di dalam pertandingan olahraga atau di dalam perdebatan.

Sampai hari ini, baru ada satu pelajaran penting yang saya dapatkan dari hal ini. Yaitu hati-hati dalam menyerang orang lain, baik itu di dalam bertarung atau berdebat. Bisa jadi kedunguan dan keras kepala dari pihak lawan malah terserap ke diri saya. Tentu saja bukan karena transfer roh atau urapannya tersedot (hahahaha - saya tertawa terbahak-bahak sambil mengetik ini), tapi hanya kepada permasalahan mirroring. Hal ini juga yang membuat saya agak mengerti, kenapa di tulisan saya sebelumnya, ada orang-orang yang perlahan-lahan berubah menjadi orang yang selama ini mereka tentang atau anti. Mulai dari seseorang yang anti homoseksual yang akhirnya malah menjadi seorang homoseksual, atau anti teologi kemakmuran tapi ternyata malah menjadi gila harta.

Kalau selama ini ada peribahasa yang mengatakan "Be careful what you wish for", mungkin puluhan atau ratusan tahun ke depan akan ada peribahasa baru: "Be careful what you are against."

smile's picture

PB : melengkapi

Tambahan : BISA DIBACA DISINI..(Sebagai pengetahuan pembaca)

"karena tidak semunya tahu apa itu TEOLOGI KEMAKMURAN

walau bukan bahasan pokok...lebih lengkap lebih baik...(bukan lebih cepat lebih baik , hihihi)

 

*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

Debu tanah's picture

@ PB, Mirroring atau dendam?

[Selanjutnya saya berpikir, kenapa metode debat seperti ini terkesan melelahkan? Apakah karena "mencintai Allah dengan segenap kekuatanmu" makanya harus terus berdebat kalau perlu sampai terasa lelah? Hahaha. Ternyata jauh dari situ. Jawaban yang saya temukan adalah, ketika saya melakukan cara A, lawan saya juga akan melakukan cara A. Akhirnya saya seperti melawan diri saya sendiri. Begitu juga sebaliknya. Ketika saya bilang orang bego, misalnya, orang tersebut secara natural akan cenderung melakukan mirroring. Ketika seseorang disakiti, orang biasanya akan balik menyakiti. Ketika orang dipuji atau dihina, persepsi orang tersebut atas orang yang memuji atau menghina bisa berubah drastis. Mungkin ini adalah hukum alam. Orang bilangnya hukum rimba. Dan menurut saya ini adalah sifat natural manusia, sebuah fase lebih lanjut dari mirroring.]

Dalam sebuah workshop leadership saya pernah diajarkan tentang mirroring secara positif, sengaja melakukan mirroring bahasa tubuh dan pembicaraan untuk supaya lawan bicara secara tak sadar menerima dan setuju dengan kita.

Dalam perdebatan seperti di SS,  (pada sebagian orang) nampaknya tidak melulu “MIRRORING”,  tetapi ada unsur lain yang sangat kental yaitu, “DENDAM” !!? Yang repot memang kl sudah menjadi “DENDAM KESUMAT” mirroring bukan lagi menggunakan cermin datar, tetapi cermin CEMBUNG, mirorringnya bisa diperbesar beberapa kali lipat, hehehe..

__________________

Debu tanah kembali menjadi debu tanah...

PlainBread's picture

@Deta Dendam adalah Mirroring

Ya mungkin benar yang anda bilang, cerminnya bukan lagi mirror, tapi udah cermin cembung. Hehehe.

Kalo kita perhatiin lagi, mirroring itu bisa jadi lebih luas. Contohnya bisa ditemukan banyak di website ini. Misalnya kalo 1 blog membahas Adam, lalu ada blog2 lain bahas Adam juga. Kalo ada 1 blog bahas free will atau predestinasi, lalu ada juga yang membahas hal yang sama. Kalo ada 1 kata yang sering diucapkan, lalu users lain -sadar gak sadar- memakai kata yang sama juga.

 

"It's not what I think that' important. It's not what you think that's important. It's what God thinks that's important. Now I'm going to tell you what God thinks!" - Chosen people of God

Rusdy's picture

Jamur Mirror

mirroring ini ternyata juga saya temukan di dalam berdiskusi atau berdebat. Ketika saya mencoba melakukan argumen dengan cara nitpicking ... Kebiasaan ini tidak saya sadari dan saya sempat terjebak dalam pattern yang sama selama beberapa tahun

Weleh, pantes aja pola ini menjamur di pasar klewer yah? Saya sampai geleng-geleng kepala gak abis pikir, setelah baca blognya Billy Chien tentang "Cover you're Child". Hebatnya kita dalam going off-topic

PlainBread's picture

@Rusdy to mirror

Kita? Saya kali :p

Yup, to mirror is human.

"It's not what I think that's important. It's not what you think that's important. It's what God thinks that's important.

Now I'm going to tell you what God thinks!" - Chosen people of God