Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Aspartam

Anak El-Shadday's picture

Kmaren minggu dengan temen membahas aspartam via fesbuk. Mungkin dari sekian banyak bahan tambahan yang dipakai dalam makanan, aspartam paling banyak mengundang perhatian dan juga kontroversi. Aspartam sendiri merupakan pemanis buatan, kadar “kemanisan” yang dihasilkan oleh aspartam menurut Martindale ed. 36 180-200 kali lebih manis daripada sukrosa (gula tebu). Tiap gram aspartam akan menghasilkan 4 kcal energi.

Di dalam tubuh, tepatnya ketika memasuki saluran pencernaan, aspartam akan terpecah menjadi 3 senyawa, yaitu metil alkohol, aspartic acid, dan phenylalanin. Senyawa metil alkohol akan terkonversi di dalam jaringan tubuh menjadi formaldehyde dan juga asam format.

Karena menghasilkan metabolit phenylalanin, aspartam sebaiknya tidak dikonsumsi oleh pasien yang mengalami phenylketonuria. Efek samping yang sering dilaporkan akibat penggunaan aspartam antara lain sakit kepala, neuropsikiatrik atau gangguan tingkah laku, kejang, gangguan saluran pencernaan, hipersensitif terutama pada kulit. Belum ada data ilmiah yang mendukung bahwa penggunaan aspartam secara luas akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, hanya mungkin individu tertentu memiliki tingkat sensistifitas yang berbeda terhadap aspartam, sehingga efek samping lebih sering muncul. Sebuah study dari European Commission
Scientific Committee on Food (ECSCF) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang dapat diidentifikasi dari konsumsi aspartam dan kejadian epilepsi, perubahan mood dan tingkah laku termasuk terjadinya kejang, bahkan pada individu yang terdeteksi hipersensitif terhadap aspartam. Study juga menunjukkan bahwa aspartam tidak menyebabkan gangguan kognitif pada anak-anak.

Tetapi ada satu data yang mengatakan bahwa, konsumsi dari aspartam dapat meningkatkan angka kejadian kanker otak. Meskipun FDA dan ECSCF menyatakan bahwa data tersebut tidak memiliki asosiasi dengan konsumsi aspartam. Multiple malignancies dilaporkan terjadi pada tikus yang diberikan treatment aspartam di bawah dosis yang dinyatakan aman yaitu 40 atau 50 mg/kg. Tapi, The European Food Safety Authority menilai bahwa angka kejadian kanker pada tikus ini tidak berkaitan dengan pemberian aspartam.

Menurut aku, melihat bahwa aspartam di dalam tubuh akan terpecah menjadi metanol (*substansi yang ga diperbolehkan untuk menjadi pelarut dalam sediaan jamu atau makanan) juga formaldehyde (*nama lain dari formalin) sebaiknya tidak dikonsumsi, apalagi sebagai konsumsi harian. Lebih baik pake gula tebu atau fruktosa cair yang banyak tersedia di pasaran.

Sumber:

1. Golightly LK, et al. Pharmaceutical excipients: adverse effects associated with ‘inactive’ ingredients in drug products (part II). Med Toxicol 1988; 3: 209–40.

2. American Academy of Pediatrics. “Inactive” ingredients in pharmaceutical products: update. Pediatrics 1997; 99: 268–78.

3. European Commission Health and Consumer Protection Directorate- General. Opinion of the Scientific Committee on Food: update on the safety of aspartame.

4. Shaywitz BA, et al. Aspartame, behavior, and cognitive function in children with attention deficit disorder. Pediatrics 1994; 93: 70–5.

5. Wolraich ML, et al. Effects of diets high in sucrose or aspartame on the behavior and cognitive performance of children. N Engl J Med 1994; 330: 301–7.

6. Olney JW, et al. Increasing brain tumor rates: is there a link to aspartame? J Neuropathol Exp Neurol 1996; 55: 1115–23.

7. Anonymous. Aspartame: no apparent link with brain tumours. WHO Drug Inf 1997; 11: 18–19.

8. Soffritti M, et al. First experimental demonstration of the multipotential carcinogenic effects of aspartame administered in the feed to Sprague-Dawley rats. Environ Health Perspect 2006; 114: 379–85.

9. European Food Safety Authority. Opinion of the Scientific Panel on food additives, flavourings, processing aids and materials in contact with food (AFC) on a request from the Commission related to a new long-term carcinogenicity study on aspartame. EFSA J 2006; 356 1–44. Available at: http://www.efsa.europa.eu/EFSA/ Scientific_Opinion/afc_op_ej356_aspartame_en1,2.pdf.
 

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

minmerry's picture

Wuahhh

Very informative! But kurang paham dengan istilah-istilah tertentu, he he he. 

 

 

logo min kecil

__________________

logo min kecil

PlainBread's picture

Aspartam

Tahun lalu saya pernah berdebat soal ini dengan beberapa orang lain. Kadang kalo udah masuk ke "mega industri" seperti obat2an, industri rokok, alkohol, atau topik mengenai perang, pro kontra itu emang banyak sih. Kadang argumen2 baik yang pro maupun kontra juga disupport financially sama industri2 tersebut.

Saya pernah mencoba berbagai posisi  Making Love dalam perdebatan aspartam (walaupun bukan ahlinya) baik sebagai pro dan sebagai yang kontra aspartam. Tapi sampe sekarang masih melihat perkembangannya gimana, sepertinya belum ada kata final.

 

 

The only difference between a sarcasm and a satire is the first one is usually done with anger while the later one is done with a smile - PlainBread

Purnawan Kristanto's picture

Kontroversi Aspartam

Penggunaan aspartam memang masih kontroversial. Untuk keperluan tertentu, aspartam memang bermanfaat. Misalnya untuk kebutuhan pemanis bagi orang-orang yang harus diet gula.

Sesungguhnya jika dikonsumsi di bawah batas ADI (Acceptable Daily Intake), aspartam tidak terlalu membahayakan. ADI adalah batas maksimal seseorang dapat mengkonsumsi zat tertentu dalam datu hari. Angka ADi untuk Aspartam adalah 50 mg/kg berat tubuh/hari. Sebagai gambarannya, jika berat tubuh kita 70 kg, maka dalam sehari kita tidak boleh mengkonsumsu lebih dari  20 kaleng minuman dengan pemanis aspartam atau  100 sachets pemanis aspartam.

Yang menjadi persoalan, di Indonesia belum ada pengaturan yang jelas tentang penggunaan aspartam ini. Masih ada banyak industri makanan dan minuman, terutama yang berskala rumah tangga, yang menggunakan pemanis aspartam demi alasan pengurangan ongkos produksi. Kalau tidak percaya, coba cek penjual minuman keliling, terutama yang dijajakan di depan SD. Kita akan mudah menemukan fakta bahwa penjual minuman keliling itu menggunakan pemanis buatan. Sebab jika menggunakan gula murni maka harga jualnya tidak dapat ditekan.

Saya bersama-sama dengan aktivis konsumen lainnya sudah lebih dari 20 tahun memperjuangkan pembatasan ini, tapi seperti masuk dalam pusaran lingkaran tak berujung. Setiap kali didesak untuk melakukan penertiban, pemerintah berkilah, ini bisa mematikan ribuan lapangan pekerjaan. Jadi tindakan yang dilakukan hanyalah sebatas "pembinaan" [baca: Tindakan formal yang tak berdampak].

Kami juga pernah mengusulkan supaya ada tata niaga khusus untuk semua jenis pemanis buatan. Jadi tidak sembarang orang bisa membeli pemanis buatan. Ini pun juga tidak berhasil.

Jika situasi ini dibiarkan, maka yang menjadi korban adalah anak-anak. Dengan pengetahuan yang terbatas, siapa yang menjamin bahwa para pedagang minuman keliling itu paham soal ADI? Apakah dia sudah membuat takaran yang benar dan aman? Saya meragukan soal itu.

Lalu apa solusinya? Jangan membiasakan anak jajan sembarangan. Bawakan bekal dari rumah. Sedangkan strategi jangka panjang adalah melakukan program transformatif untuk para pedagang manakan dan minuman keliling.

__________________

------------

Communicating good news in good ways