Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Cari Perhatian

clara_anita's picture

Jujur saja pagi itu saya begitu enggan masuk ke kelas untuk memulai pelajaran. Pagi mendung kelabu menyurutkan semangat saya walaupun akhirnya saya mengabaikan pilihan untuk mangkir dari tugas . Baru saja saya membuka Alkitab untuk renungan pagi bersama anak-anak saya tiba-tiba pintu kelas saya diketuk. Berdiri di muka kelas seorang ibu cantik yang adalah orang tua salah seorang murid saya yang belum kelihatan pagi itu. Tanpa basa-basi ibu ini meminta saya membujuk anaknya untuk masuk sekolah pagi itu. Entah mengapa ia mogok masuk sekolah dan bersikukuh tak mau turun dari mobil. Tanpa pikir panjang saya meminta seorang rekan untuk menggantikan saya memberikan renungan dan bergegas menuju parkiran; meninggalkan 28 anak (hanya) demi seorang anak.

Drama pembujukan pun berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Negosiasi pun terjadi. Ia bersedia masuk setelah sarapan pagi terlebih dahulu; meskipun setelah saya tunggu hingga waktunya pulang ia tak kunjung muncul di kelas.

Sepanjang hari insiden itu mewarnai pikiran saya. Terbayang perumpamaan mengenai domba yang hilang. Betapa seorang gembala akan mencari seekor domba yang hilang dan meninggalkan 99 domba lain. Itulah yang coba saya teladani hari itu. Namun kemudian saya memikirkan perasaan 99 domba yang ditinggalkan sang gembala. 99 domba yang telah melakukan tugas dengan baik dan berusaha menyenangkan hati tuannya. Tidakkah mereka berpikir, "Aku sudah berlaku baik dan manis, tapi kok tuan justru lebih memperhatikan si domba nakal yang 'mbalelo' itu ya? Apa tuan nggak bisa menghargai sedikit usahaku? Kok aku malah ditinggalkan. Kalau ngerti bakal begini, mendingan aku ikut-ikutan badung aja biar dapet perhatiannya tuan..."

Mari kita coba berempati pada ke 99 domba yang ditinggalkan itu:
Betapa sulitnya tetap berada di jalan yang lurus; yang kadang panjang dan berliku.
Betapa sulitnya berjuang untuk tetap patuh.
... dan sang gembala justru lebih memperhatikan seekor domba yang tersesat (mungkin) karena ulahnya sendiri . . .

Apa sih yang dipikirkan sang gembala?

Pikiran saya kembali mengembara ke ruang kelas. Beberapa anak saya lemah dalam logika matematika, sementara sebagain lain luar biasa dalam bidang ini. Setiap kali memberikan tugas pada mereka, saya akan lebih banyak membantu anak-anak berkebutuhan khusus dan membebaskan anak-anak yang memang sudah mahir menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri. Semua ini saya lakukan setelah saya menganalisa kebutuhan masing-masing anak. Secara garis besar saya sudah memiliki gambaran kebutuhan anak-anak saya.

... dan gambaran ini memberi jawaban atas pertanyaan saya . ..

Gembala yang baik tahu benar kebutuhan masing-masing dombanya. Saat ia meninggalkan 99 domba demi satu domba yang hilang bukan berarti ia lebih mencintai domba tersesat itu dan mengabaikan domba-domba penurut yang manis-manis itu. Hanya saja si domba tersesat ini lebih membutuhkan kehadirannya dibanding 99 domba lain yang (mungkin) lebih membutuhkan peluang untuk berekspresi dan berkembang bebas.

Ia mencintai seluruh dombanya sama besar . . .
sama seperti SANG GEMBALA AGUNG mencintai seluruh dombanya sama rata . . .

walau cinta tak selalu berbentuk sama ...

Wink

***


"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?" Lukas 15:4

joli's picture

Mbujuk-i anak-anak ke sekolah..

Dear Clara..

Jadi ingat bulan Agustus kemarin.. keponakan-ku Angie umur 4 tahun juga mogok nggak mau sekolah, karena teman-teman nya baru dan gurunya juga ganti baru .. naik dari play group ke TK.. semua baru..

Awal-awal sekolah meski agak2 terpaksa dia mau .. ketika extra menggambar dia takut dengan wajah guru gambarnya.. dan bilang ama mamanya (adikku) untuk tidak ikut extra menggambar.. dan ama mamanya diijinkan..

Nah setelah itu dia coba lagi buat2 alasan2 dan akhirnya mogok sekolah.. dengan cara halus (bujuk-an).. dengan cara keras (marah).. tetep aja mogok..

Mamaku (nenek Angie) telpon joli untuk mbujuk-i si Angie untuk sekolah..

Hari senin.. aku mulai jemput dia di rumah untuk mengantarnya ke Sekolah.. ikut masuk ke dalam kelas 5 menit. . kemudian aku pamitan ama Angie untuk keluar kelas, karena ada perlu dengan kepala sekolahnya.. dan aku tinggal kerja.. pulang jam 10 pagi aku jemput Angie.. dah ketawa-ketiwi bersuka cita.. sekolah lagi..

Sering kali kita selalu merasa lebih dari anak-anak, dan sok ngalah dengan anak-anak.. padahal terkadang anak-anak juga senang lho diperlakukan dewasa.. di beri tanggung-jawab.. dan dipercaya bahwa dia bisa melakukan segala sesuatu dengan benar by herself.. tanpa bantuan orang dewasa.. bahkan ingin membantu orang-orang dewasa.. he.. he.. namanya anak2.. mau-maunya mereka .. mau apa aja..

Clara.. cerita tentang Angie.. tidak ada hub dengan domba yang hilang.. just kepingin cerita aja.. cerita mbujuk-i anak2.. lain kali joli cerita mbujuk-i anak tua ya..

clara_anita's picture

@joli: phobia sekolah...

Bu Joli menarik sekali kok ceritanya, Anak-anak memang sering kali merasa takut untuk memulai hari pertaman sekolah di kelas yang baru dan teman-teman yang baru. Maklumlah semuanya serba baru; mereka merasa terlepas dari lingkungan yang sudah akrab dan nyaman buat mereka... Sebagai 'anak' dewasa pun kita juga sering takut kalau menghadapi lingkungan baru.. Saya bahkan takut ke kampus waktu pertama kali jadi mahasiswa dulu :P bisa nggak ya saya menghadapi kuliah yang katanya 100 persen pake bahasa 'Londo' itu? dan ternyata beneran lho 100 % pake bahasa Londo... jadi tambah takut :) tapi harus dilawan deh takutnya, soalnya bayar kuliahnya dah mahal rugi kalau dibuat bolos :P Tapi terkadang saya juga pingin mbalelo... jadi anak yang nggak manis biar diperhatiin sama Gusti habis sepertinya temen-temen yang jalannya berbelok-belok kok bisa lebih menikmati hidup ya ^_^ [kaya sekarang g diperhatiin aja :)] GBU anita
agatha kharissanti's picture

hai..

laffyou..

addme priscillagatha@plasa.com

agatha

__________________

Soli deo Gloria,, xoxo