Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Cerita Lain pada Hari Senin

Indonesia-saram's picture

Pagi ini, aku kembali melihatnya. Dan sekali ini, ia berada jauh lebih dekat daripada biasanya. Mengenakan setelah hitam yang menawan. Parfumnya yang beraroma terapi benar-benar memikat. Kontan pikiranku menjadi kacau.

Aku sama sekali tidak mengenalnya. Ia pun sama sekali tidak mengenalku. Tapi kami sering mengantri di halte yang sama. Sering berada dalam satu bis. Menuju ke tempat kerja masing-masing. Ini sedikit lucu. Kalau di Jawa, setiap orang yang rutin bertemu, minimal akan bertegur sapa. Tapi ini Jakarta. Mau ribuan kali bertemu, jangan harap ada sapaan.

Aku sudah mengagumi dia sejak beberapa kali melihatnya. Rambutnya hanya sebahu. Lurus. Hitam alami. Kulitnya terang dan mulus. Sangat serasi dengan gagang kacamatanya yang berwarna krem. Hidungnya, tidak pesek, tapi juga tidak mancung, proporsional. Tahi lalat di atas bibirnya membuatnya semakin kelihatan manis. Tingginya mungkin sekitar 160-an. Beratnya, mungkin 40-an. Tidak, ia tentu tidak bisa dibandingkan dengan almarhum Nona Lee Eun-ju. Namun, harus kuakui, nona satu ini juga cantik.

Kadang-kadang ia berdiri jauh di depan antrian. Aku hanya memandangnya. Kadang-kadang ia berdiri di belakang. Aku cuma bisa merasakan dan sesekali menoleh. Kadang-kadang ia duduk di depanku. Aku jadi bisa melihatnya dengan jelas, sampai ada penumpang berdiri menghalangi. Kadang-kadang ia berdiri sejajarku. Sehingga sesekali aku melirik kepadanya sebelum memaksa diri memandang lurus ke depan.

Pagi ini, aku tidak menduga melihatnya lagi. Seperti biasa, bangku-bangku langsung terisi, siapa cepat dia dapat. Aku memang memilih berdiri. Toh kantorku tidak terlalu jauh. Toh di kantor sering duduk, apalagi di kamarku. Jadi, aku berdiri. Di dekat pintu. Dan ia datang, dengan setelah hitam yang tadi kukatakan. Menoleh kanan-kiri, kalau-kalau ada bangku kosong. Tidak menemukannya, ia berdiri, di dekatku.

Pikiranku mulai kacau. Kutatap nanar ke depan, berusaha mengalihkan perhatian. Namun, parfumnya begitu nyaman di hidungku. Membuatku sulit mengalihkan perhatian. Aku mulai berpikir, bagaimana memuji keberadaannya ini?

Terlintas sebuah ide. Untuk berbicara tanpa berujar sepatah pun. Kutuliskan di telepon genggamku, betapa cantik dirinya hari ini. Kutuliskan pula betapa aku mendambakan pertemuan dengannya kelak. Kalau umurku masih ada. (Siapa tahu aku mati hari ini.)

Secercah kesempatan terlihat. Pandangan penumpang lain tertuju kepada hal-hal lain. Penumpang juga belum sesak seperti biasa. Mendadak ruang seolah tercipta hanya untukku dan untuknya. Yang kulakukan hanya berujar, "Nona, maaf tolong baca ini," sembari menyodorkan telepon genggamku kepadanya. Atau hanya berkata, "Maaf Nona," dan menyodorkan telepon genggamku kepadanya.

Bis terus berjalan. Meliuk-liuk melintasi jalan berkelok. Mengantarku kian dekat dengan stasiun. Mengantarku kian dekat dengan kantorku. Telepon genggam masih di tangan. Tidak kunjung kusodorkan kepadanya. Sebab pikiranku masih berputar. Mengikuti putaran roda bis yang membawanya melaju.

Halte pemberhentianku tiba. Tak kunjung kuberani menyodorkan telepon genggam berisi kalimat pujianku. Aku berlalu. Dia berlalu. Entah kapan lagi bertemu.

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

sandman's picture

@Indonesia saram.. another suggestion

"Nona, maaf mengganggu!"

"ada apa yah?" dengan muka bertanya penuh selidik.

"Hp saya entah dimana, mungkin saya bisa meminjamnya dari anda." Muka penuh kebingungan, tangan meraba ketiap bagian saku dan tas. "Tadi sebelum naik bus masih ada"

"sudah dicari di tas?" selidik si nona cantik.

"sudah, sepertinya tidak ada!"

"Copet yah?"

"Entah!, bole aku meminjam untuk misscall?"

"silahkan pakai saja"

Tekan nomer sendiri, dial sebentar kemudian bunyi nada dering yang biasanya terdengar dari saku celana belakang.

"akhirnya dapet deh nomer dia" membathin sendiri.

"terima kasih nona, ternyata HPku ada di belakang!"

Pagi itu aku bahagia, karena telah mendapatkan nomer HP si wanita cantik, nanti sore sepulang kerja, akan kukirim ucapan terimakasih, sekaligus berkenalan. Ah, tak sabar aku menanti sore tiba.

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________

Rusdy's picture

Kayak Pelm

Duh, ceritanya kayak di pelm2 drama korea aja yak, bikin gregetan "kasih aja tuh HP, kasiiiiiiiih!!!!"