Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Cerita Miris Gadis Negeriku

kaswan's picture

Cerita Miris Gadis Negeriku

Pelabuhan Klang, 07 Februari 2010

Sudah tujuh hari aku melintasi Laut China Selatan sejak bertolak dari Singapura, kota beton yang asri  nan rapi teratur. Tak jarang tidurku jadi tak lena karena ombak lautan mengayun kapalku terlalu keras,  tak seperti ayunan gendongan emakku ketika meninabobokkan aku semasa  bayi mungil. Gendongan emakku dari sewek batik sidomukti yang sudah lusuh itu cukup nyaman tuk mengantarku dalam tidur.Ia merelakan kain kesayangannya itu menjadi lapuk menahan beban demi kenyamanan anak – anaknya.”Jangan kuatir mak, aku sekarang sudah bekerja nanti aku gantikan kain sewek emak yang robek itu sebanyak yang emak mau…”janjiku.Wajah sumringah terpancar dari raut wajah emakku mendengar janjiku itu, maklum dari masa gadis emakku dulu kain sewek itu jadi barang mahal yang tak mungkin terbeli karena tuk makan saja susah.Kalopun dapat membeli kain, itupun kain sewek dipasar yang bekas atau yang cakar-an alias cap karung.”Emak aku harap hiduplah sedikit lebih lama meski usiamu sudah lanjut supaya agak sedikit lama menikmati hasil keringatku.Minta apa saja yang tak boleh emak beli di masa gadis emak dulu, asal menyenangkan hati emak pasti kuturuti…”

***

Wah sampai juga di pelabuhan Tawau, Borneo Utara , ” Heemmmm..nikmat sekali rasanya menghidu aroma daratan” tak bosan – bosan aku merindukan tuk menginjak daratan.Entah sejak menjadi pelaut mengapa aku begitu tertarik dengan daratan, dengan pasar, dengan pelabuhan.Mungkin kabin – kabin sempit yang mengurung  membuat aku stress dan bosan hingga selalu merindui daratan yang penuh dengan orang – orang , tak sama dengan ketika di laut yang sepi dan hanya debur ombak yang bersautan. Apalagi melihat anak buah kapal yang lain yang sudah menjadi binal dan haus tuk melampiaskan hasrat mereka dengan gadis – gadis penghuni  rumah bordil.Setelah sauh diturunkan, segera anak buah kapal turun semua mencari kesenangan masing – masing .Di dalam rumah bordil sungguh kulihat wajah – wajah gagah dan sumringah para teman – temanku itu karena dikiri kanannya  menempel rapat gadis – gadis manja nan genit yang siap melayani apa saja yang dimaui.

Aku hanya termenung ditengah – tengah riuh suasana rumah bordil ini yang penuh gelak tawa pengunjungnya.Entah tertawa apa mereka, tertawa kepuasankah atau tertawa dalam tangiskah yang pasti inilah surga dunia kata mereka.Ditemani sebotol air mineral dingin tapi yang sudah tak dingin lagi karena suasana yang hangat dan sedikit merambat panas.Tiba – tiba sapaan halus nan genit gadis belia menyadarkan aku dari lamunanku”Butuh ditemani mas…”tawarannya untuk aku.”Chek in tidaklah mbak, kalo ditemani duduk bolehlah…”timpalku.Memang kadang kasihan melihat mereka demi beberapa lembar ringgit mereka menjual jasa layanan diri.Aku lebih tertarik mendengar cerita bagaimana mereka sampai terjun ke dunia gemerlap di negeri jiran ini.”Aku dijual mas sama tekongku…” dengan nada sedih yang tak lama berselang tertutupi kembali dengan senyum riang mengembang.Banyak diantara mereka yang masih dibawah umur antara lima belas tahun sampai delapan belas tahun, bahkan ada yang masih empat belas tahun. Mereka berasal dari desa – desa terpencil di seluruh pelosok Indonesia terutamanya desa – desa di Jawa.Mereka kebanyakan tertipu diiming – imingi pekerjaan sebagai pelayan di toko dan restoran tapi sesampai di negeri Jiran para pedofilia sudah menunggu di kamar.Karena mereka para pedofilia dan lelaki hidung belang rela merogoh kantong lebih dalam demi mendapat keperawanan gadis – gadis malang itu. Gadis – gadis itu menjadi frustasi dan akhirnya sekalian terjun ke dunia prostitusi setelah keperawanan mereka direnggut paksa.Memang kalangan miskin dan tingkat pendidikan yang kurang dari golongan masyarakat ini yang banyak menjadi korban penipuan jaringan perdagangan manusia.

 

Aku hanya bisa mengelus dada menyaksikan ini semua , oh betapa malang anak – anak negeriku Indonesia diperdagangkan di negeri tetangga.Belum lagi nasib dari para pahlawan devisa itu akibat perlakuan buruk sang majikan yang tidak manusiawi dengan kasus penyiksaan.Aku sering melihat rekan satu bangsa sendiri memperdagangkan teman yang lainseperti di Tanjung Pinang, Batam, Pontianak, Nunukan dan masih banyak lagi kantong – kantong sindikat perdagangan manusia.Mereka dijajakan di Geylang, Singapura, Johor, Kuala Lumpur  dan hampir merata di kota – kota Negara tetangga.Bung Karno sudah menyatakan hal ini dulu kala bahwa bangsa kita akan menjadi kuli di negeri orang jika kita tidak bangkit memerangi kemiskinan, kebodohan dan ketidak adilan.

 

Aku  hanya bisa berharap akan tak banyak lagi gadis – gadis negeriku yang nasibnya semakin miris seperti teman – temannya itu.Semoga negeriku Indonesia mempunyai pemimpin yang mau melindungi anak – anak gadisnya ini.Karena mereka kelak yang melahirkan generasi baru, Presiden , Menteri,dan salah satu dari mereka tak mustahil jadi Ibu Negara.

“Gadis – gadis negeriku berjuanglah seperti ibumu Kartini yang gagah itu, yang tak gentar oleh kegelapan dan tak musnah dilumat keberingasan nafsu jaman….”

 

Catatan sumi.

 

joli's picture

Kaswan, sulit..

Kaswan :

Gendongan emakku dari sewek batik sidomukti yang sudah lusuh itu cukup nyaman tuk mengantarku dalam tidur

Jangan kuatir mak, aku sekarang sudah bekerja nanti aku gantikan kain sewek emak yang robek itu sebanyak yang emak mau…”janjiku.

Sewek, jarik batik sidomukti sudah lusuh.. Kaswan, motif batik sidomukti itu bukan sembarang motif. Biasa di pakai untuk sarimbit-an (kembaran suami-istri), motif ini sering dipakai ketika upacara pernikahan.. biasa pengantin disodori 4 jenis batik sido mukti, sido asih, sido mulya, atau sido luhur.

Jangan kuatir mak.. Duh Kaswan, kamu mengingatkan-ku juga pada emak.. Emak-nya Kaswan akan bahagia, mempunyai anak yang "tahu" orang tua.

Aku hanya bisa mengelus dada menyaksikan ini semua , oh betapa malang anak – anak negeriku Indonesia diperdagangkan di negeri tetangga.

Wah, yang ini memang suliiiiiittt :(

 

 

kaswan's picture

Motif sidomukti

Cik Joli:

Kaswan, motif batik sidomukti itu bukan sembarang motif. Biasa di pakai untuk sarimbit-an (kembaran suami-istri), motif ini sering dipakai ketika upacara pernikahan.. biasa pengantin disodori 4 jenis batik sido mukti, sido asih, sido mulya, atau sido luhur.

Wah itulah kekayaan kasanah budaya kita yang luhung yang beberapa hari kemarin mendapat pengakuan dari UNESCO menjadi salah satu warisan budaya dunia selain keris.

Meski ini sewek (jarik) berharga emak, tp demi kasih seorang ibu kepada anaknya ia rela tuk kenyamanan buah hatinya.

"Le bawa sewek (jarik) emak ini kemanapun kamu pergi, kalo ada panas atau sakitnya badanmu pakai saja sebagai selimut" pesan emak sebelum aku berangkat berlayar.

Dan sampai sekarang sewek ini kubawa kemana aku pergi ku pakai sebagai selimut dan entah memang aku jarang juga sakit atau ga enak badan.

Pasti emak cik Joli sama khan sayangnya dengan emakku...? memang semua emak begitu.

Aku hanya bisa mengelus dada menyaksikan ini semua , oh betapa malang anak – anak negeriku Indonesia diperdagangkan di negeri tetangga.

Cik Joli:

Wah, yang ini memang suliiiiiittt :(

Cik Joli tahu ga LSM yang bisa nolongin para korban trafficking yang masih terjebak di beberapa tempat.Aku sering menemui hal ini, kedutaan besar dan konsul RI ga bisa berbuat banyak mengatasi hal ini.......

Semoga saja ada pihak berwajib yang peduli akan hal ini.....

 

 

Tante Paku's picture

Aku Butuh Kehangatan, Kaswan.

Apalagi melihat anak buah kapal yang lain yang sudah menjadi binal dan haus tuk melampiaskan hasrat mereka dengan gadis – gadis penghuni  rumah bordil.Setelah sauh diturunkan, segera anak buah kapal turun semua mencari kesenangan masing – masing .Di dalam rumah bordil sungguh kulihat wajah – wajah gagah dan sumringah para teman – temanku itu karena dikiri kanannya  menempel rapat gadis – gadis manja nan genit yang siap melayani apa saja yang dimaui.

Seperti pameo SOPIR yen ngaSO mamPIR, demikian juga ABK  Aku Butuh Kehangatan ha ha ha....benarkah demikian?

Traffiking memang dunia yang samar namun selalu ada di belahan bumi mana saja. Mereka seperti mafia yang terorganisir begitu rapi. Sungguh suatu persoalan yang "jarang" dituntaskan pemerintah kita dulu hingga kini. Mungkinkah mereka dibiarkan karena bisa memberi "devisa" negara?

Jangan-jangan para korban itu, kini malah merasa "gembira" karena bisa genit dan memperoleh uang dengan mudah?

Oh zaman edan yen ra ngedan ra keduman, sialan!

 

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

kaswan's picture

ABK

Wah  Tante Paku pandai bikin pameo.....

Mungkin itulah fakta yang ada di negeriku Indonesia Raya....TRAFFICKING

Dulu aku pernah kesasar di sebuah rumah penampungan bagi TKI/TKW illegal di daerah Pulau Bintan.Dan sempat ditawari tuk bantu jual mereka ke cukong2 manusia di negeri jiran.Aku menolak dengan alasan ga tega dan hal itu ga manusiawi, meski mereka menawarkan hasil jutaan rupiah plus bisa maaf pakai mereka.Wah bisnis yang menggiurkan, rumah mewah, sedan mewah telah didapat dari kenalanku itu dari hasil trafficking.

Awalnya para korban ya ditipu, yang akhirnya mau ga mau mereka terus terjun di dunia prostitusi.Memang banyak diantara mereka yang juga mulai silau dengan materi yang didapat dari bisnis esek esek itu.

Entah negeri ini akan jadi apa jika itu semua dibiarkan atau bila itu disengaja.

Semoga saja itu semua boleh sedikit berkurang kalo memeng ga bisa dihapuskan.....

 

Rusdy's picture

Gadis Tertindas

Tentunya bisnis esek-esek ini memang menggiurkan sebagai jalan pintas untuk cepat kaya. Sewaktu saya berlabuh di Songkhla (Thailand), karena ini bukan pelabuhan utama, tak banyak bisnis di daerah sekitarnya. Tapi, ketika kita masuk ke bar sebelah pintu masuk pelabuhan, wah wah, langsung disambut gadis-gadis (banyak yang udah peot-peot juga, iiih, serem deh) menawarkan 'jasa'.

Walau memang ada dari antara mereka yang sadar dan tergiur atas gajinya, tapi banyak dari mereka yang merupakan korban kekejaman manusia serakah. Pedih hati saya ketika membaca laporan dari Compassion (salah satu organisasi untuk membantu anak-anak), bahwa bisnis ini sangat marak di seluruh dunia. Sayangnya, lingkaran kematian kemiskinan dan kebodohan membuat bisnis ini sulit dibasmi.

Kita sebagai gereja Tuhan tentunya terpanggil untuk membela hak-hak kaum tertindas ini. Tindakan konkretnya apa? Rasanya 'hopeless' sekali kalau mau dipikirkan lebih jauh...