Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Cinta Yang Membakar

Tante Paku's picture

 

     CINTA itu bisa menjadi surga atau neraka, bila bahagia adanya serasa berada di surga, namun bila tidak ada kecocokan pada akhirnya seperti merasa di neraka layaknya. Memang surga itu penuh rasa cinta, sementara neraka tentu sebaliknya, dan keduanya seperti berada di bumi ketika kita merasa bahagia atau sedih, apakah itu gambaran sementara tentang surga dan neraka yang tidak pernah kita tahu selain hanya kata-kata saja?

     Bredi merasa mantap ketika berpacaran dengan Brenda, seorang perempuan cantik yang masih kuliah semester 7, keduanya bertemu dalam suatu pesta seorang teman. Perkenalan mereka ternyata berlanjut. Bredi begitu telaten menjalin gita cinta dengan sekian harapan diiringi sekian doa-doa dengan satu permintaan, kau tak pergi dariku, semoga Tuhan kabulkan ini.

     "Aku tak bisa jauh, walau hanya sekejap, apalagi selamanya. Dia kekasihku Tuhan, inspirasiku, jantung hatiku. Aku yakin, Engkau ciptakan dia untukku. Tapi aku harus jujur, aku tak sanggup bila hidup tanpa dirinya," kata hati Bredi setiap hari.

    "Lebih baik aku mati, lebih baik pilih mati, kalau aku hidup tanpa dia," begitu tekad hatinya.

     Halah, cinta memang luar biasa daya magnetnya, seakan-akan tak ada yang lebih indah dari cinta. Padahal pada kenyataannya, sekarang ini, cinta selalu berbiaya, entah sekedar pulsa atau permata. Bisa juga setangkai bunga atau harta benda. Cinta tulus tanpa itu semua memang ada, walau akhirnya sering merepotkan orang tua juga, atau bunuh diri bersama! Cinta, cinta, cinta begitu pekat aromanya, siapa saja menyukainya, karena selalu menjadi cerita.

    "Cukup lama ku sendiri, hidup bertemankan sepi. Ada ruang dalam hati, kosong tak terisi. Aku ingin jatuh cinta, tetapi pada siapa? Kegagalan masa lalu tak ingin terulang," ucap Bredi di senja cerah kala berada di beranda berdua.

     "Akhirnyaaaaa......kau hadir, mengisi ruangku. Mengubur lukaku, menggali senyumku. Kini aku bahagia, bila dapat hidup denganmu, sayang," Bredi memegang erat jemari Brenda, untuk meyakinkan bahwa ia mengatakan semua itu dengan sungguh-sungguh.

     "Aku tidak ingin semua itu terlalu lama diwujudkan, aku akan ke rumahmu untuk melamarmu, Brenda. Aku tak sanggup untuk kehilangan dirimu, engkau sungguh berarti bagi hidupku,"

    "Aku ingin menyelesaikan kuliahku dulu," jawab Brenda pelan.

     "Tidak masalah sayang, bukankah setelah kita menikah kamu masih bisa kuliah? Aku tidak melarangmu untuk menyelesaikan kuliahmu itu. Belajarlah terus kalau itu memuaskanmu. Aku mencintaimu bukan untuk mengikatmu dalam peraturan-peraturan rumah tangga yang ketat."

    Ketika Bredi mengutarakan niatnya itu kepada kedua orang tua Brenda, ternyata tak ada sambutan yang menyenangkan. "Kami tidak ingin anak kami menikah di usia muda. Biarkan dia terbang memuaskan pengetahuannya sebelum hinggap dalam mahligai rutinitas sebuah keluarga. Kami ingin dia nanti kuliah ke luar negri untuk menyelesaikan S2-nya dan S3-nya juga. Kamu jangan mengganggu konsentrasi anak kami. Dia sulung dari 7 saudara, kami ingin dia menjadi panutan adik-adiknya," kata sang bapak begitu tegas.

     "Tapi aku tidak melarang Brenda untuk sekolah pak. Dan saya siap membantu adik-adik untuk ke depannya," jawab Bredi meyakinkan.

     "Nak, teorinya memang begitu, tapi kenyataannya selalu berlawanan. Sudahlah, kalau kamu pengin menikah, carilah wanita lain yang bisa kau ajak nikah. Jangan ganggu Brenda lagi!" berkata begitu sang bapak mempersilahkan Bredi pulang. Dengan lesu Bredi beranjak, mukanya murung, matanya mencari kelebat Brenda tak terlihat. Sedih. Patah. Lunglai. Kiamat!

    Kasih jangan kau pergi, tinggakan ku sendiri. Kasih janganlah pergi, tetaplah di sini, dekatku, denganku. Apakah kita tak bisa bersama sampai ajal memisahkan kita?

     "Jangan ganggu Brenda lagi!" Kata-kata itu selalu terngiang begitu dalam dan berhari-hari hingga memunculkan emosi yang tinggi. Bahkan teramat tinggi, sampai menggugah niat jahatnya, setan begitu mudah menguasai hatinya. Hati yang kosong dan penuh kesedihan memang lahan empuk bagi kuasa kegelapan untuk masuk dan menguasainya. Bredi telah menjadi hamba yang tidak terlihat tuannya, tapi begitu dahsyat perintahnya.

     Dengan berbagai strategi yang telah dirancang begitu matang, Bredi membakar rumah Brenda hingga menimbulkan kegemparan seluruh kota. Menurut berita ada 7 orang yang meninggal, tapi Bredi belum tahu apakah kekasihnya ikut tewas atau masih hidup? Karena ia telah kabur tanpa menimbulkan kecurigaan.

Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu?  Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. (Luk 6:32)

Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

dedyriyadi's picture

cinta yang marah

itu cover buku puisi teman saya ..M Aan Mansyur ..isinya cukup membuat orang berpikir betapa cinta juga bisa diwujudkan dalam suatu perbuatan-perbuatan yang ajaib ..

Tante Paku's picture

dedyriyadi, cinta...

Oh kebetulan sekali ya gambar sampul buku CINTA YANG MARAH itu ternyata buku kumpulan puisi temanmu? Soal gambar-gambar di atas asal ambil aja, biar agak nyambung dengan tema tulisan.

Bagaimana kalau temanmu itu kamu ajak mampir ke sini untuk membagikan puisi-puisinya? Sekalian kenalan dengan kita semua yang suka puisi.

Thanks dedy atas informasinya.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

rogermixtin09's picture

Cinta ni yee

Syaloom Tante Paku

Benar-benar nekad tu Bredi.Mungkin ditempat mereka ngga ada dukunnya jadi cinta ditolak api yang bertindak ha ha ha,,

Tuhan Yesus memberkati

Tante Paku's picture

Itulah cinta yang ber-api.

Syaloom juga rogermixtin 09,

Yah, Bredi memang nekat, doakan saja agar dia tidak bunuh diri dah! Kalo ampe bunuh diri, wah bakalan dia masuk tempat yg lebih panas dari api yang ada di bumi ini tentunya. Semoga Bredi bertobat dan menemukan jodohnya.

Terima kasih.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat