Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Di Seberang Langit Biru

hai hai's picture

Rasa sedih ketika ditinggalkan orang yang disayangi tidak ditentukan oleh tujuan orang itu pergi dan apa yang dikatakannya ketika mau pergi. Kesedihan itu muncul begitu saja di hati, itu sebabnya dikatakan bahwa kesedihan adalah masalah hati, bukan akal. Manusia dengan akal dapat mengendalikan rasa sedih namun tidak dapat mencegahnya muncul atau mengenyahkannya.

Ketika ditinggal mati oleh orang yang disayangi, semua orang merasa sedih. Kesedihan ditinggal mati orang yang disayangi sangat unik dan berbeda dengan kesedihan-kesedihan lainnya. Ketika ditinggal mati orang yang disayangi, tidak muncul perasaan marah, dikhianati, ditolak, direndahkan, dihina. Alasan almarhum meninggalkan kita bukan karena tidak membutuhkan kita lagi, tidak mencintai kita lagi atau menemukan seseorang atau sesuatu lebih berharga, menemukan cinta lain yang lebih indah, tetapi semata hanya karena waktunya sudah tiba.

Ketika ditinggal mati orang yang disayangi, muncul perasaan tidak berdaya karena tahu tidak ada kekuatan apapun yang dapat mencegahnya. Ada perasaan putus asa karena tahu seumur hidup takkan pernah bertemu dan berinteraksi lagi dengan almarhum. Ada perasaan haru yang trenyuh. Bagi sebagian orang, muncul samar-samar pertanyaan dalam hati, "Apa yang akan terjadi dengan almarhum setelah ini? Bagaimana dia akan melewati waktu-waktu selanjutnya?" Muncul rasa takut yang suci, kesadaran yang pasrah bahwa suatu saat kita juga akan mati. Ada perasaan bersalah karena merasa belum memberikan yang terbaik bagi almarhum, belum berbuat maksimal untuk mencegah kematian yang menjemputnya, belum berbuat maksimal untuk menyatakan rasa sayang kita baik secara perbuatan maupun perkataan dan tidak ada kesempatan lagi. Ada perasaan bersalah dan jengkel, karena merasa almarhum pantas mendapatkan cinta yang lebih besar dari kita dan dunia sebelum dia meninggalkan dunia ini. Perasaan sedih ditinggal mati orang yang disayangi, sulit dijelaskan apalagi untuk dimengerti, hanya orang-orang yang pernah mengalaminya dapat benar-benar mengerti perasaan ini.

Ketika berhadapan dengan jenasah almarhum yang kita sayangi, muncul perasaan hambar yang mistik. Perasaan ini membuat bingung, bagaimana harus memperlakukan almarhum. Ada perasaan gentar yang asing, walau mengenali wajah dan sosoknya dengan baik, tetapi dia telah menjadi seseorang yang asing, bahkan sesuatu yang asing. Kita tak dapat lagi merasakan dirinya apalagi cintanya. Kita merasa gentar dan tidak nyaman untuk memperlakukannya seolah-olah dia masih hidup dan merasa tidak tega dan tidak pantas bila memperlakukan dia seolah-olah benda mati atau bangkai binatang.

Perasaan ketika ditinggal mati orang yang disayangi sangat dasyat. Begitu dasyatnya perasaan ini sehingga banyak orang yang tidak mampu untuk menyalurkannya dengan wajar. Orang-orang demikian mungkin nampak tenang dan tak terpengaruh namun dengan berlalunya waktu, perasaan itu akan muncul kepermukaan, bahkan meledak. Contohnya aku, ketika ditinggal mati salah satu adikku, empat hari kemudian baru perasaanku meledak nggak karu-karuan, sulit dikendalikan.

Para nabi Tiongkok kuno memahami perasaan dasyat tersebut dengan baik, maka dengan bimbingan Tian (Allah), mereka membuat pedoman bagaimana memperlakukan almarhum dan bagaimana mengungkapkan perasaan tanpa melanggar Jalan Suci Allah.

Setiap hari kita membaca tentang orang mati di media masa, mendengar tentang orang mati dan menonton di televisi berita-berita tentang orang mati. Semua berita kematian itu, walau membangkitkan rasa kasihan, namun tidak menyakitkan, karena kita tidak memiliki hubungan dengan orang-orang yang mati itu, tidak ada ikatan cintakasih.

Seorang ibu merasa sedih ketika melepas anaknya pergi sekolah ke luar negeri. Percuma menghibur, mengatakan sekolah ke luar negeri itu demi masa depan anaknya, sebab dia sudah tahu tujuan anaknya pergi dan kenapa anaknya pergi dan untuk berapa lama mereka berpisah. Seorang istri merasa sedih harus berpisah dengan suaminya yang ke kota lain untuk memangku jabatan yang lebih tinggi. Walaupun tahu itu hanya untuk sementara, dan demi kebaikan semua, tetap saja dia merasa sedih ketika suaminya pergi. Ketika rindu tak tertahankan, mungkin dia akan memeluk dan membelai barang-barang pribadi suaminya, atau sekedar memasak makanan-makanan kesukaan sang suami dan membayangkan memakannya bersama-sama. Setahuku, banyak istri melakukan itu dan tak ada yang salah dengan hal itu, itu hal yang wajar.

Ketika Yakub menerima berita kematian Yusuf anaknya, dia berkabung berhari-hari, bahkan Yakub bilang akan berkabung sampai mati. Apakah Yakub kurang iman? Apakah Yakub tidak yakin, bahwa kalaupun benar Yusuf mati, akan masuk surga?

Tidak merasa sedih, malah senang ketika ditinggal mati mamanya? APA HEBATNYA? Mungkin, begitu sedihnya sehingga tidak dapat menyalurkan kesedihannya dengan wajar, mungkin pula memang tidak ada ikatan cintakasih antara keduanya. Kalau benar setiap orang Kristen merasa senang ketika ditinggal mati sanak saudaranya, kenapa dewasa ini begitu banyak orang risten yang ketika sakit, dengan penuh semangat berdoa agar sembuh? Dengan penuh semangat tengking sana tengking seni agar sembuh? Merasa sedih ketika ditinggal mati orang yang disayangi, tidak berhubungan dengan kemana orang itu pergi, itu adalah perasaan wajar manusia. Mungkin yang harus dilakukan adalah mengatur agar ungkapan rasa duka itu dilakukan dengan wajar. Menurutku, menjadi pemimpin pujian di gereja, padahal mamanya baru meninggal malam harinya, tidak wajar dan terlalu dipaksakan! Nggak bagus dilihat orang lain! Dilihat oleh orang Kristen yang paling rohani sekalipun!

Aku punya 6 orang adik, 3 perempuan, 3 laki-laki. Salah seorang adik perempuanku orang Kristen yang baik, meninggal pada usia 37 tahun, setelah menderita sakit dan kesakitan selama 17 tahun. Selama sakit dia tidak pernah menyalahkan Allah bahkan terus memuliakan Allah. Ia meninggal tepat hari tahun baru imlek, aku sendiri lahir pas tahun baru imlek. Aku mengasihinya sebab dia adikku dan menghormatinya karena ketabahannya menghadapi kesulitan hidup dan ketakwaannya kepada Allah.

Pagi itu adikku berkata kepada mamaku yang menjaganya di rumah sakit, "Aku mau tidur!" Setelah tidur dia tak pernah bangun lagi. Ketika mendorong jenazah adikku ke ruang jenazah, aku mendengar mamaku meratap, "dia bohong sama mama! Kenapa bohong sama mama? Kalau mau pergi, bilang pergi, kenapa harus bohong? Kenapa bilang mau tidur?"

Mamaku adalah seorang wanita cerdas dan tabah, selama 17 tahun, dia menjaga setiap adikku kambuh penyakitnya. Selama 17 tahun, dia menangis diam-diam di hadapan Allah. Selama 17 tahun, dia menanggung sendiri semua kesedihannya. Selama 17 tahun, tanpa daya dia melihat anaknya kesakitan dan menahan rasa sakit. Mamaku adalah seorang wanita beriman yang tabah.

Suatu hari mamaku berkata, mendapat panggilan untuk menjadi orang Kristen. Beberapa saat setelah menguji hatinya dan yakin dengan panggilannya, ia menurunkan semua peralatan sembahyang dari altar, membungkusnya dengan rapih dan menyimpannya dalam lemari. Setahun kemudian, dia mengadakan perjalanan ke kampungku dan mengembalikan semua peralatan sembahyang tersebut ke klenteng darimana peralatan sembahyang itu dia dapat. Di hadapan banyak saksi, kepada roh-roh yang dipuja di klenteng itu, dia menyalakan hio dan berkata kira-kira begini, "Aku terpanggil untuk menyembah Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Aku mendapatkan barang-barang ini baik-baik, aku mengembalikannya baik-baik. Setelah ini, tidak ada hubungan dan tidak ada hutang piutang lagi di antara kita, terima kasih!" Banyak orang Kristen bilang apa yang dilakukannya salah, banyak orang bilang itu sebabnya anak terkasihnya sakit tak tersembuhkan. Ketika dia bertanya padaku, apakah yang dilakukannya salah? Aku berkata, "kalau bisa menyelesaikan masalah dengan santun, kenapa harus melakukannya dengan kasar? Bila tak menghormati yang roh, setidaknya harus menghormati yang hidup"

Sebagai orang Kristen kami percaya kemana adikku pergi setelah meninggal. Sebagai seorang ibu yang menyayangi anaknya, mamaku tahu, meninggal adalah pilihan terbaik bagi adikku, daripada sepanjang hidup menahan rasa sakit. Sebagai orang beriman, mamaku bukannya tidak beriman bahwa Allah sanggup menyembuhkan adikku, selama bertahun-tahun mamaku memohon agar adikku disembuhkan. Sebagai orang beriman kami pasrah akan kehendak Allah, namun sebagai orang beriman pula kami tidak menyerah untuk terus berusaha mencari pengobatan dan membujuk Allah.

Dua tahun lebih kami mempersiapkan diri menghadapi hari perpisahan itu. Selama itu, kami pikir kami telah siap menghadapi hari itu, namun ketika hari itu benar-benar datang, tak seorangpun yang siap menghadapinya. Hari itu sudah berlalu 4 tahun, hingga hari ini aku masih sering merindukan adikku itu, mungkin, sepanjang hidupku aku akan merindukannya. Ada saat-saat tertentu, aku begitu merindukannya, sehingga sering aku berkata sambil menatap ke langit.

"Hei, apa gua bilang, negeri di seberang langit biru itu indah kan? Di sana daun-daun nggak pernah layu, langit selalu biru. Kadang gua suka ngiri, lu udah happy di sana sedang gua masih harus belajar. Hei, enjoy your life! Di sini semua ok-ok aja, kalau lagi ngumpul, kita suka kangen sama lu. Gua sering bertanya-tanya, kapan ya kita ketemu lagi?"

Aku tak tahu apakah adikku dapat mendengar kata-kataku itu, sering terpikir, kalau suara dari neraka dapat terdengar di surga, mungkin suara dari dunia terdengar juga? Yang aku tahu adalah aku merindukannya walau telah 4 tahun berpisah, dan mungkin aku akan merindukannya seumur hidupku. Berbicara kepadanya adalah caraku untuk melepas rindu. Aku tak pernah ke makamnya, sejak menguburkan jasadnya karena merasa nggak tega membayangkan jasadnya terkubur di bawah tanah, lebih mudah mengingat rohnya pergi ke negeri di seberang langit biru, untuk sebuah nama yang lebih baik, aku menyebutnya surga.

Khusus untuk Raissa Eka Fedora

 

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Raissa Eka Fedora's picture

Terima kasih hai hai

Hai hai, terima kasih, sahabatku. Semuru hidupku kamulah sahabatku yang sebenarnya sih paling tua. Kamu tahu aja kakak yang kuanggap kakak ini sudah meninggal. Terkadang, waktu aku merindukannya, aku berdoa dan meminta Tuhan menyampaikan salam bahagiaku kepada kakakku ini. Salamku dan pelukanku, dan aku yakin Tuhan nyampein kok ke kakakku. terkadang post card doaku kukirim khusus untuk kakakku cuma pengen tau gimana kabarnya, enak gak disana, dan meyakini bila ku bertemu dengannya disurga kelak ia akan melonjak kegirangan. Salam manis dari sahabat, Raissa

Karena bagiku Ia adalah lebih dari sahabat dan kekasih.

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

esti's picture

Kepergian orang yang kita kasihi"

Dear Hai-hai,

Terus terang aku baru baca tulisan yang ini, meski sdh cukup lama ditulis.

Saya bisa merasakan kepedihan ketika orang2 yang kita kasihi meninggalkan kita untuk lebih dulu pergi kerumah Bapa di Surga. Karena Ibu dan beberapa kakak2 ku sudah dipanggil duluan. Kakak2 perempuan tempatku curhat masalah2 wanita sudah tidak ada lagi. Kalau curhat sama ipar kayaknya sulit, mungkin bagi yang punya ipar yang cukup pengertian gak masalah. He . . he . . kayaknya saudara kok cuma dijadikan tempat curhat ya.

Memang begitulah adanya" saudara dan teman kita didunia adalah tempat kita berbagi suka dan duka.

Ketika ibuku tiada, aku agak sock jadi diam saja malah seperti blank, tapi sesudahnya selama 40 hr 40 malam aku teringat terus, hampir tiap malam aku mimpi ketemu ibu. Aku melihat hal yang sama sepertinya ibuku menyapu halaman luas didepan rumah kami didesa yang banyak sekali dedaunan jatuh, dan ibuku menyuruhku meneruskannya.

Saya tidak mengerti arti mimpi itu, saya hanya berdoa memohon agar Tuhan menolongku menghadapi kenyataan bahwa ibu sudah tiada.

Membaca tulisan p Hai-hai aku jadi teringat kembali saat kepergian beliau. Sebenarnya saya pengin menulis tentang Ibuku seperti p Hai-hai menulis tentang Ayah dan Ibunya. Tapi sudah saya coba berkali-kali begitu dapat setengah rasanya saya tidak bisa menahan rasa haru dihati, jadi terpaksa saya hapus lagi.

Mudah2 an suatu saat nanti saya bisa menceritakannya.

 

Salam

hai hai's picture

Menulislah Sambil Menangis

Mbak Esti, bila rasa haru tak tertahankan, maka menulislah sambil menangis. Tidak ada hukum yang melarang hal itu. Mungkin setelah membiarkan diri menangisi semuanya sekali maka di waktu-waktu yang akan datang kita dapat mengenangnya dengan rasa haru yang sama namun terkendali.

Tentang almarhum adikku, kami semua sudah menangis itu sebabnya ketika membicarakannya yang ada hanya rasa haru dan kangen, namun tidak ada lagi air mata.  

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

joli's picture

setiap kali mengantar pulang.. sedih..

Malam tadi di kabari mazdanez via chat.. teman dan sahabat yang beberapa bulan terakhir sangat dekat dalam satu pelayanan.. pulang ke rumah Bapa .. jam 5 sore hari ini..

Kenapa ya.. setiap kali mengantar sahabat pulang ke Bapa.. ada rasa sakit di dada.. sedih..

Membaca tulisan di langit biru.. menjadi merasa.. ada teman.. dan merasa.. perasaan ini meski sakit namun wajar..

Hai2.. bolehkah tulisan ini aku kasih ke kedua anak terkasih dari sobatku.. mereka sungguh sangat amat dekat dengan mama-nya.. setelah ditinggal papa-nya yang juga sudah pulang mendahului lebih dari tiga tahun yang lalu..

 

 

hai hai's picture

Pdt. Thomy Matakupan Mdiv

Nona, mamaku sering mengeluh, "Seharusnya seorang anak menguburkan orang tuanya, bukan orang tua yang menguburkan anaknya." Saya sering mengeluh kepada teman-teman, "Nasib gua jelek itu makanya panjang umur."

Pengkotbah yang paling saya hormati di muka bumi saat ini adalah Pdt. Dr. Stephen Tong, sementara pengkotbah kedua paling saya hormati namanya Pdt. Thomy Matakupan Mdiv, murid Stephen Tong.  Keduanya hanya orang biasa yang berusaha melakukan pekerjaan luar biasa di bawah pimpinan Roh Kudus. Pdt. Dr. Stephen Tong mengajar saya melalui kotbah dan buku-bukunya untuk MENGENAL Allah dengan benar dengan mempelajari Alkitab dengan cara yang benar. Pdt. Thomy Matakupan Mdiv mengajar saya untuk PASRAH  MENAATI Perintah Allah dengan rendah hati melalui prilakunya.

Suatu hari saya mendengar kabar, Pdt. Dr Stephen Tong menderita kanker hati, umurnya menurut dokter setahun lagi. Saat itu saya berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, beri saya kesempatan untuk memahami 10% dari pengetahuan Pdt. Dr. Stephen Tong sebelum Engkau memanggilnya pulang. Saya akan membagikannya kepada semua handai taulanku." Beberapa saat kemudian saya mendengar khabar bahwa diagnosa dokter Pilipina itu salah. Pdt. Dr. Stephen Tong tidak menderita kanker, hanya sakit hepatitis, saya lupa hepatitis C atau B.

Saya berjanji untuk kopi darat dengan Pdt. Thomy Matakupan tanggal 20 September 2008, saat kebaktian penyerahan Katedral Mesias kepada Allah. Dia tidak hadir karena dirawat di rumah sakit. Seminggu kemudian saya mendapat SMS darinya. Dia menderita kanker getah bening, saat itu ada di Singapura dan bersiap untuk menjalani Kemoterapi minggu berikutnya.  Saat itu saya memohon teman-teman untuk berdoa baginya. Saya sendiri berdoa, "Tuhan bila Engkau memanggilnya pulang, siapa yang harus aku teladani?" Sampai hari ini saya tidak tahu apa yang terjadi padanya, karena beberapa SMS saya tidak dibalasnya.

Pdt. Thomy Matakupan Mdiv adalah salah satu sahabat Pdt. Amin Tjung MTh. Ketika Pdt. Amin Tjung meninggal, saya melayat mewakili Pdt. Thomy Matakupan Mdiv. Untuk membaca tulisan saya tentang Pdt. Amin Tjung, silahkan klik di sini. Ketika melapor kepada Pdt. Thomy Matakupan Mdiv, bahwa saya sudah melayat, saat itu dia menghibur saya,  "Ketika orang Kristen mengubur hamba Allah, saat itu Allah sedang memperbarui dunia."

Nona, anda boleh mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian orang-orang yang anda kasihi namun ketika benar-benar kehilangan mereka, anda tetap dalam kondisi TIDAK siap.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak