Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Dijamin Halal! - 'Semuanya adalah Milik Tuhan'

John Adisubrata's picture

Oleh: John Adisubrata

“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” (Roma 11:36)

Akhir-akhir ini banyak banget orang-orang yang pada bingung ‘ngedebatin, terkadang aja ikut diskusi tanpa jadi sewot-melotot, tentang makanan haram atau halal sesuai dengan ajaran hukum Taurat dalam Perjanjian Lama, sebelum Tuhan Yesus Kristus datang untuk menggenapi semuanya itu.

Pertanyaan saya sih: Di jaman serba instan supersonik modern seperti sekarang ini, apakah ada jaminan 100% (seratus persen), bahwa kita tidak (akan) pernah menelan produk-produk makanan yang mengandung bahan-bahan berasal dari binatang-binatang tertentu?

Siapa sih yang kagak pernah pergi makan ke luar, ‘nongkrong di depot ini-itu, ‘nikmatin sate (oke, … yang ayam aja!) bakarannya Pak Miun, atau jagongan bareng-bareng di warung mie kwee tiauw Encek Hong Sien yang beken di ujung Jalan Raya Darmo?

Atau, … diajak temen-temen seiman nyobain makan semangkok soto Ambengan, atau ‘ngerasain sepiring nasi rawonnya Bu Gak Slamet di sebelah sekolah dasar Jalan Ngagel?

Atau, … kadang-kadang mesti beli ‘fish and chips’ kek, yang berminyak banget, ... di ‘take away shops’ atau di ‘foodcourt’-nya ‘mall’, atau ... harus ‘nganterin (‘nemenin) anak-anak atau keluarga, makan ‘junk food’-nya McDonald, Hungry Jack’s (di Indonesia namanya: Burger King), atau Pizza Hut?

Atau, … ikut nyemil-nyemil ‘cornchips’, ‘popcorn’, keripik kentang buatan luar negeri, sambil nonton bioskop, atau sambil rebah-rebahan di atas dipan-dipan rotan ‘ngobrol di halaman belakang rumah antar saudara?

Atau, … gara-gara ‘ngejerin karier melulu (kasarannya: ‘ngebetin uang aja!), supaya penghasilan rumah tangga jadi lebih meningkat, tidak punya waktu lagi untuk belanja di Pasar Pagi, atau masak makanan-makanan yang sehat (kasus ini hanya bagi yang tidak mempunyai pembantu di rumah!), sehingga setiap hari keluarganya dihidangin santapan-santapan instan asal-asalan dari dalam kaleng, atau dari dalam paket-paket plastik, seperti super mie buatan Thailand, bumbu-bumbu masak merk Bamboe, botol-botol saus masak cap Sauschwein, dan lain-sebagainya?

Pertanyaan saya lagi: Apakah ada garanti dalam hal-hal seperti itu, bahwa kita akan selalu bebas dari ancaman engga bakalan nelen makanan-makanan yang ‘ngandung ‘by products’ berasal dari binatang-binatang yang menurut kita haram?

Apakah ada garanti juga, bahwa yang mereka (si pemilik restoran, atau si pemilik depot) katakan kepada kita tentang bahan-bahan masak yang mereka pergunakan, seperti dagingnya kek, minyaknya kek, atau bumbunya kek, adalah yang seperti mereka jaminkan? Ingat ‘nggak peristiwa si Ajinomoto, cap mangkok merah? Kalau tidak salah kasus itu terjadi awal tahun 2002. Saya jadi ikut ‘ndengerin berita-berita dari televisi dan ikut ‘ngebaca artikel-artikel dalam koran tentang kejadian itu, gara-gara lagi kebetulan pulang ‘ngampung ke Indonesia.

Dan pertanyaan saya yang berikutnya: Apakah kita bisa ‘ngerti semua tulisan-tulisan yang dicantumkan di atas paket-paket masakan atau penganan instan yang kita makan? Jaman sekarang bumbu-bumbu di dalamnya biasanya ditulis dalam bentuk nomor-nomor, bukan nama bahan-bahan lagi! Mungkin sekali hanya untuk hemat-hemat tempat/kertas, dan juga sekalian ‘ngehematin tinta cetaknya. Entah di Indonesia sekarang gimana, yang jelas kalau di negara ‘Down Under’ prinsipnya mah udah lama diganti model begituan.

Karena itu, meskipun ini hanya merupakan suatu persepsi pribadi saja, saya berani nanggung dah: Engga akan ada garantinya, bahwa kita hanya mau atau bisa ‘nyantap makanan-makanan yang menurut kita halal!

Di kota Brisbane, Australia, saya sering banget ‘ngeliat ibu-ibu berkerudungan pake jubah-jubah panjang asal Timur Tengah, yang sukaannya beli permen-permen jelly di supermarket-supermarket, yang memang terkenal enak, kenyal-kenyal gitu. Mungkin sekali di rumah sendiri masak dagingnya semua berasal dari ‘butchers’ halal, s’bab katanya spesial banget, khan ‘ngebantainya disambil ‘nyeruin salah satu dari mantra-mantra manjur tertentu. Tetapi tanpa disadari oleh mereka sendiri, karena doyan ‘ngemut, … eh kecolongan juga, ... makan permen-permen jelly yang mengandung ‘gelatin’! Anda khan tahu sendiri maksud saya, bahan itu berasal dari mana? Berabe deh, kalau mereka ‘ngecek nomor-nomor rahasia yang tercantum dalam daftar ‘ingredients’-nya.

Jadi di jaman seperti ini, … bagaimana cara kita untuk bisa membuktikan kepada orang-orang lain, bahwa tubuh kita sendiri tidak pernah terkontaminasi oleh bahan-bahan makanan yang kita yakini terlarang atau najis? Lalu menyangka bahwa hanya kita saja yang bisa seperti burung-burung ‘peacock’, dengan angkuhnya memamerkan keindahan ekornya, masuk pintu gerbang sorga, sambil ‘ngetawain orang-orang lain yang sukaannya makan sate babi, RW, gulai kambing dan lain sebagainya.

“Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu.” (Roma 14:3)

Ada sih satu kemungkinan, bagi yang mau sungguh-sungguh ‘strict’ ‘ngikutin cara makan sesuai dengan hukum Taurat: Bagaimana yah, kalau kita punya pertanian dan perternakan sendiri aja di belakang rumah untuk dikonsumsi hanya oleh seluruh anggota keluarga sendiri? Tapi, … mikir-mikir lagi, … gimana nih dengan pupuknya? Wah bisa berabe juga kalo itu … eh, jangan-jangan berasal dari perut-perut si ‘Babe’! Yuck, … haram banget?!

Serba pusing juga, yah?!

Karena itu firman Tuhan khan jelas bilangnya gini: ‘Karena: “bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan.” (1Korintus 10:26) Dan Roma 14 ayat 6 juga ‘nerangin: ... Dan siapa makan, ia melakukannya untuk Tuhan, sebab ia mengucap syukur kepada Allah. Dan siapa tidak makan, ia melakukannya untuk Tuhan, dan ia juga mengucap syukur kepada Allah.” 

Bukankah Alkitab juga mengatakan, bahwa kita (KITA) penuh (PENUH) dengan (DENGAN) dosa (DOSA)? Dan bukankah seluruh kebaikan-kebaikan kita (yang tentu saja hanya merupakan standar manusia) adalah seperti kain-kain yang kotor di mata Tuhan?

Karena itu, kita semua perlu ‘pembenaran’ melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di kayu salib 2000 tahun yang lalu, yaitu untuk dengan sepenuh hati bersyukur menerima anugerah kasih karunia penuh keajaiban, yang sudah diberikan oleh-Nya kepada kita secara gratis. Dan bukan berusaha terus mengerjakan keselamatan kita dengan memakai logika pikiran atau kekuatan sendiri guna menyenangkan hati Bapa di sorga.

Padahal ... tanpa kita sadari, sebenarnya tubuh kita sendiri sudah (lama sekali) terkontaminasi oleh bahan-bahan yang kita gembar-gemborkan ‘haram’, sambil rajin menghakimi umat Tuhan yang lain. Firman Tuhan khan juga jelas mengatakan, bahwa siapa yang ingin terus menjalankan hukum Taurat, … akan diadili kelak menurut hukum tersebut.

Lagipula, … hampir semua orang-orang Kristen khan udah ‘ngerti banget, bahwa hukum Taurat sebenarnya bukan cuman urusan makanan haram/halal doang, … ‘scope’ hukum Taurat mah jauh lebih njelimet lagi! Karena itu, kita semua butuh banget kehadiran Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan kita. 

Saya mah udah mutusin untuk ‘ngikutin Tuhan Yesus aja, ah! S’bab saya harus ‘ngakuin nih, … engga bakalan mampu dah untuk menuhin syarat-syarat hukum Taurat yang rumitnya, … ya ampun!! Hanya sekedar oret-oret untuk dipertimbangkan, ... betul engganya?

John Adisubrata

Maret 2003

Diolah kembali: Februari 2005

Ratih Bela's picture

Semua dijamin halal,Pak John

Saya setuju pak klo semua itu halal.selama ini saya memakai prinsip di alkitab aja(saya lupa ayatnya) tp kira-kira begini: 'semua itu diperbolehkan tetapi tidak semua baik adanya.' 

perbedaan kita dan hewan adalah manusia diberi akal budi.sejak dulu kita hidup dgn byk pilihan.karena itu dlm hal makanannya pun semuanya mmg diperbolehkan tetapi saya memilih yg baik-baik saja menurut saya.cth:saya g mau makan lemak apapun karena kolesterol.saya g mau makan darah krn darah (darah ayam) merupakan alat transportasi utk membawa zat-zat baik ataupun jg kuman penyakit.karena lebih rentan bagi kesehatan.saya g mau minum alkohol dll.

jadi kita bebas memilih apa yg menurut kita baik.untuk memiliki pandangan yg benar maka kita harus peka mendengar suara Roh Kudus karena DIa selalu memuntun ke arah yg benar.

John Adisubrata's picture

Haram Terbenam

Terima kasih Mbak Ratih atas tanggapannya. Seperti Anda, saya juga setuju sekali, bahwa engga semua makanan yang kita telan berguna bagi kita, meskipun diperbolehkan. 

Saya sendiri ... hampir vegetarian. Sekali-kali saja saya makan daging, dan biasanya cuman ayam atau beef. Mungkin hanya dua minggu sekali saja, dan ... itu juga dikit banget. Daging babi saya tidak makan sama sekali, kecuali kalau bertamu di rumah orang atau pergi ke pesta. Yang pasti, seafood tidak akan saya sentuh ... di manapun juga saya berada.

Makanan pokok saya adalah tahu dan tempe. Sayangnya di kota kami tempe harganya mahal. Maklum tempe di sana termasuk makanan 'delicacy' yang jarang di-consume oleh penduduk! 

Artikel 'Dijamin Halal!' ini sebenarnya hanya membahas kemungkinan, bahwa di zaman sekarang engga ada seorangpun yang bisa terluput dari keinginan mereka untuk tidak menelan bahan-bahan makanan yang terlarang bagi diri, prinsip atau kepercayaan mereka. Mustahil dah! Saya termasuk di dalamnya.

Sekali lagi thanks atas perhatiannya. Tuhan memberkati selalu. 

Syalom,

John Adisubrata

hai hai's picture

Bacang Halal

Cang. Adalah makanan yang dibuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun bambu lalu di rebus selama 2 hingga 3 jam. Untuk Cang yang berisi lauk daging disebut Bacang (ba = daging). Akhirnya Cang dikenal dengan sebutan Bacang. Ada yang isinya beras biasa, ada yang isinya beras ketan. Ada yang tanpa lauk, ada yang dengan lauk daging dan lain-lain.

Keluarga saya masih mempraktekkan tradisi Cang pada bulan kelima kalender imlek. Pada saat itu mama saya akan membuat Cang dengan aneka rasa. Saya suka Cang tanpa lauk, hanya dibuat dari beras ketan. Makannya dengan sirop gula jawa. hmmmmm .... Mama saya juga membuat Bacang yang isinya daging ayam untuk salah satu menantunya yang hanya makan daging ayam. Untuk Bacang, saya paling suka yang isinya daging babi dan biji teratai.

Banyak teman-teman muslim yang suka Bacang buatan mama saya. Mereka dengan sabar menunggu tahun berikutnya lagi ketika tidak kebagian tahun ini. Biasanya saya telp teman-teman, memberitahu mereka berapa jumlah bacang yang saya bawa, lalu kita tentukan tempat ngumpul makan bacang rame rame. Biasanya saya hanya membawa bacang antara 20 sampai 30 buah. Bukannya pelit, tetapi kasihan mama kalau saya minta banyak-banyak.

Nah, bulan Juni yang lalu adalah bulan lima Kalender Imlek. Ketika ngumpul makan bacang, seorang teman yang selama bertahun-tahun ikut nimbrung makan, kali ini menolaknya karena dia meragukan ke halalan Bacang buatan mama saya. Selain menuduh saya jahat, dia juga mengajak teman-teman lainnya untuk menolak makan. Beberapa orang teman nampaknya termakan provokasinya. Beramai-ramai mereka lalu minta pertanggungan jawab saya.

Inilah kira-kira pembelaan saya:

"Selama ini bukan gua yang nawarin, tetapi elu semua yang minta bacang sama gua. Selama ini kalian hanya tahu dari gua, bahwa ini bacang lauknya daging sapi dan biji teratai serta jamur. Kenapa baru sekarang mempertanyakan haram halalnya? Setelah kalian merasakannya selama bertahun-tahun? Jangan tanya soal haram atau halal sama gua, itu bukan tanggung jawab gua. Kalau kalian nggak suka, gua bawa lagi semua bacang ini."

Kebanyakan teman merasa keberatan dengan tindakan saya itu, lalu terjadilah perdebatan tentang haram dan halal sambil makan bacang. 30 buah bacang di keroyok 17 orang.

Saya tidak tahu apakah Bacang buatan mama saya itu haram atau halal. Yang saya tahu, Bacang itu selalu dibuat 2 hari sebelum mama saya membuat Bacang lauk daging babi. Tidak ada campuran daging babi dalam bacang itu, juga tidak ada campuran lemak babinya. Namun, mama saya sering masak daging babi.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

John Adisubrata's picture

"Dijamin Enak!'

Kalau Bacang suguhan Hai Hai, apalagi buatan Mamanya Hai Hai, meskipun yang berisi daging babi, ya oke saja. Pasti saya ikut nyicipin. Bukan hanya 'Dijamin Halal!' saja, tetapi juga 'Dijamin Hebat!'

Ditungguin Imlek depan ini, Hai. Saya juga mau ikut 'ngumpul-'ngumpul barengan.

Syalom,

John Adisubrata

hai hai's picture

Kalau Pak John Mudik

Pak John, kalau anda mudik, saya akan minta tolong mama bikin Bacang isi ayam, dan babi, bahkan saya akan memaksa anda rafting. Ha ha ha ... biar anda ketagihan sehingga mudik terus.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Joko Sing's picture

asal uenak

good..good...good...membuka wawasan.tp emang sih mungkin ada yg gak tau ingredien suatu produk dan gak gitu ngerti gelatin tuh apa n asalnya dari apa(aku jg gak tau hehehe), mereke pikir yang penting enak hehehehe.analoginya nurut aku gini:kalo kita makan di restoran yang enak tp kita liat dapurnya joroknya aujibileh binjalik, biarpun tuh makanan mengundang selera tapi dijamin masuk kerongkongannya gak semulus jalan tol karena kita kebayang2 ama visual dapurnya.aku juga menganut paham:selama gak ngeliat dapurnya,makanan silakan melenggang masuk deh.gitu juga mungkin sama sepupu kita itu.selama mereka gak ngerti apa ingrediennya mereka makan aja lah wong uenak tenan kok.terus,mengenai tulisan kamu,aku sih cuma punya satu ayat yang meringkas semuanya(tapi aku lupa ayatny)yang bilang:bukan yang masuk mulut yang menajiskan kita tapi yang keluar.gbu
John Adisubrata's picture

Uenak karo Resik

Dear Joko,

 

Saya paling jarang mau beli makanan yang dijual di luaran, baik jajaan orang maupun dari depot-depot, bahkan kadang-kadang dari restoran-restoran.

 

Menurut laporan resmi yang ada, kebersihannya sangat menguatirkan. Kebanyakan para 'pedagang' tersebut, baik di Indonesia maupun di luar negeri, jarang mau mencuci sayur-sayurannya untuk menghemat waktu dan air.

 

Di kota kami (Brisbane) pemakaian air ledeng sangat dibatasi, gara-gara hujan. Bayangin ... sayur-mayur yang sudah disemprot bahan-bahan kimia tidak dicuci dulu, langsung dihidangkan di dalam sandwiches, salads dan lain sebagainya. Yuck!

 

Bener Mas, kebersihan dan kenikmatan rasa makanan selalu saling bergandengan.

 

Terima kasih atas tanggapan Anda.

 

Syalom,

 

John Adisubrata
esti's picture

Makanan zaman sekarang . . .

waah

Rupa2nya Makanan" bisa bikin murid Tuhan Yesus pada moemet" nih. Laughing

 

Happy Sunday"

Ding Ding's picture

Sombong banget

Hahaha...saya senang dengan kalimat anda:"Lalu menyangka bahwa hanya kita saja yang bisa seperti burung-burung 'peacock', dengan angkuhnya memamerkan keindahan ekornya, masuk pintu gerbang sorga, sambil 'ngetawain orang-orang lain yang sukaannya makan sate babi, RW, gulai kambing dan lain sebagainya". emang nih...saya juga agak gerah dengan perdebatan halal/haram yang baru-baru ini terjadi di antara sodara kita itu...heran gitu loh...Hari gene masih mikirin itu!!!???ckckck... Saya seneng banget sama tulisan-tulisan anda. Tengkyu. salam kenal Tuhan Yesus memberkati
John Adisubrata's picture

Diskusi Tidak Sehat

Hi Ding Ding

Saya pernah terlibat di dalam perdebatan tidak sehat semacam itu di milis Kristen beberapa tahun yang lalu, yang bersangkutan dengan rekan-rekan seiman yang masih tetap mempertahankan kepercayaan seperti itu.

Artikel 'Dijamin Halal!' saya tulis berdasarkan percakapan kami yang berlarut-larut, yang benar-benar tidak memberi manfaat apa-apa bagi pertumbuhan iman kristiani kami semua.

Terima kasih atas tanggapan Anda.

Syalom,

John Adisubrata