Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Dua Jalan Kehidupan

Purnawan Kristanto's picture

Di dalam dunia ada dua jalan

Lebar dan sempit, mana kau pilih?
Yang lebar pasti, jiwamu mati
Tapi yang sempit kekal abadi.
 
Anda mungkin masih ingat lagu anak Sekolah Minggu. Lagu ini menggambarkan salah satu tema besar dalam kitab Amsal yaitu adanya dua jalan. Yang satu mengantar pada terang dan hidup, yang lain pada kegelapan dan maut. Yang satu lurus, yang lain bengkok. Kita bebas memilih, tapi memberi akibat yang sangat berbeda.
Dalam perikop ini, orang bijak membuka wejangannya dengan seruan kepada anak supaya mendengar perkataannya karea ia akan mengajarkan “jalan hikmat”. Ajaran ini akan memimpin anak didiknya ke “jalan yang lurus”, yaitu jalan yang bebas hambatan sehingga ia tidak hanya melangkah maju dengan pasti tapi juga cepat mencapai tujuan. Jalan bebas hambatan ini disebut juga jalan umur panjang (ay. 10).
Salah satu nasihat tentang jalan hikmat itu adalah peringatan supaya menghindari “orang fasik.” Siapakah orang fasik itu? Dalam kitab-kitab kebijaksanaan, kita dapat menjumpai banyak kata-kata tentang "orang fasik". Setidaknya ada 263 kali yang dijumpai pada kitab Mazmur (82 kali), Ayub (26), Amsal (78) dan pengkhotbah (7).
Kata ini kerap digunakan bersamaan dengan kata "orang benar" (saddiq) sebagai lawan katanya. Secara umum dapat dikatakan bahwa orang fasik adalah orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dan melanggar persekutuan persekutuan dan kesetiaan pada jemaat.
Jalan orang fasik itu benar-benar berbahaya karena hidupnya digunakan untuk berbuat jahat (ay.16). Mereka bahkan tidak bisa tidur kalau belum berbuat jahat dan mencelakakan orang lain. Makanan mereka ialah kefasikan dan minumannya ialah kelaliman.
Perintah keras untuk menjauhi kejahatan ini berasal dari pengalaman bergenerasi-generasi, bahwa sekali seseorang jatuh ke tangan godaan kejahatan, sangatlah sulit untuk membebaskan diri. Itu sebabnya, penulis Amsal berseru kepada anak didiknya supaya memegang teguh “didikan” ini, karena itulah keseluruhan hidup mereka. Itu artinya, “didikan” ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan kebutuhan hidup. Tanpa pendidikan, orang tidak akan bertahan hidup dan memperoleh buah-buahnya. [Purnawan]

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways