Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Gembala

widdiy's picture

Tidak bisa dipungkiri, bahwa bagian dari Kitab Perjanjian Lama yang paling terkenal, paling banyak dibaca dan paling disukai pembacanya adalah Kitab Mazmur. Dan dari Kitab Mazmur tersebut, ada satu pasal yang paling terkenal yaitu pasal 23. Banyak lagu-lagu rohani ditulis karena terinspirasi dari Mazmur 23. Film-film produksi Hollywood juga banyak yang mengutip ayat-ayat dari pasal ini.

Bagian inti yang sangat indah dari pasal 23 ini adalah kalimat : TUHAN adalah gembalaku. Daud sebagai penulis Mazmur ini, sangat memahami benar apa makna dari gembala. Masa mudanya dihabiskan di padang belantara untuk menggembalakan domba-domba Isai ayahnya, walaupun ia adalah anak bungsu. Jadi pengalaman kerja Daud sedari muda adalah sebagai gembala, maka ia menyadari sepenuhnya tanggung jawab dan resiko yang besar dari seorang gembala.

Dalam konteks Perjanjian Lama, menggembalakan ternak di padang belantara bukanlah pekerjaan yang ringan. Seorang gembala harus meninggalkan rumah dan keluarganya berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, hidup bagaikan suku nomaden yang berpindah-pindah tempat bersama dengan ternak gembalaannya, demi mencari rumput yang dibutuhkan ternaknya. Berbagai resiko dihadapi di padang belantara tersebut. Resiko terbesar adalah adanya gerombolan penyamun dan binatang buas, yang sama-sama mengincar ternak. Jadi tidaklah berlebihan jika dikatakan pekerjaan gembala itu mempertaruhkan nyawa.

Daud mengatakan : "TUHAN adalah gembalaku". Betapa indah kalimat ini. Daud menempatkan dirinya sebagai domba yang digembalakan Tuhan sendiri. Sejak kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, sudah selayaknya kita pun menempatkan diri sebagai domba-dombaNya. Kita harus rela digiring kemanapun Sang Gembala Agung membawa kita. Tidak selamanya mudah mengikuti Sang Gembala. Kadang Sang Gembala harus menggunakan tongkat untuk mendisiplin domba-domba yang melenceng jalannya. Tetapi, ketahuilah bahwa dengan gadaNya, Sang Gembala pasti akan melindungi domba-dombaNya dari bahaya, bahkan memberikan nyawaNya sendiri demi keselamatan domba-dombaNya. Sang Gembala Agung tidak pernah memukul domba-dombaNya dengan gada.

Sang Gembala memelihara domba-domba sepanjang perjalanan kehidupan, sampai pada saat tujuan akhir tercapai : ....."dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa".