Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Hadirkan Lentera Cinta Dalam Hatimu

sarlen's picture

Orang yang sedang merasakan indahnya jatuh cinta, akan melihat hal-hal
baru dan menarik setiap kali dirinya berjumpa dengan orang yang
dicintainya. Setiap rona-rona pertemuan seakan dikondisikan agar selalu
menghadirkan sebaris kesan yang dapat abadi melekat di hati.

Mensiasati
keadaan masa-masa tak bertemu, rupa-rupa upaya dilakukan sesempurna
mungkin agar getar-getar kerinduan tidak pernah lepas dari memori benak
pikiran dan bagian dari relung hati. Simphoni indah dirangkai meskipun
hanya sesaat mendengar suaranya, atau membaca bait demi bait tulisan
SMS darinya.

Semua dipacu agar rindu tak membeku. Telinga
dipasang, ucapan tak lagi menajam, dan bahasa tubuh tak mencoba untuk
membangkit-bangkitkan gelisah dirinya.

Beragam nuansa dibangun
untuk menemukan energi dalam kebersamaan, sehingga tercipta satu
konsepsi pengertian yang mampu luluhkan aneka perbedaan, menghapus
segenap persepsi buruk yang pernah terlintas.

Separuh demi
separuh, benih-benih cinta yang ditabur dan ditanam, bukan lagi untuk
menggapai pesona, namun diarahkan agar mengalir, hingga di dapat satu
pencapaian.

Ketika pencapaian dapat diwujudkan, bahtera cinta
laju dikayuh dalam bingkai, seelok binar-binar asmara. Kemesraan kini
merupakan bagian dari hari-hari, mendengarkan curahan hatinya adalah
sesuatu yang biasa. Detak waktu yang terus berputar, tak akan pernah
disia-siakan, agar cinta yang telah tergapai, tiada percuma didapatkan.

Nurani yang berakal akan mengerti kalau dikatakan pengertian
cinta itu adalah sebuah pencarian, sebab pengisi ruangan hati yang
kosong adalah misteri, hingga akhirnya berlabuh pada hati yang
mendamba. Bila setiap alur tetap dijalur, dalam sekejab, cinta mampu
menghadirkan perubahan seperti yang diharapkan.

Cinta itu
anugerah. Cinta itu karunia. Diberikan Tuhan bukan untuk mempermainkan.
Sebuah tindakan salah adalah kebodohan, karena memang, seseorang lebih
mudah dan lebih cepat untuk memahat kesalahan dalam ingatan,
dibandingkan mengingat segenap kebaikkan, buah-buah perbuatan benar.

Berusaha
memperbaiki adalah jalan, bukan sekedar cara. Sebab, di dalam cinta,
pintu maaf akan selalu terbuka, meskipun wajah telah memerah penuh
amarah, serta hati meresah karena kecewa. Kelembutan nyata ada dalam
diri pribadi yang memiliki hati penuh dengan cinta.

Andai
kelalaian kembali berulang, biarkan kebisuan tercipta sejenak. Biarkan
waktu yang ada, tak dipakai untuk mendebat dirinya, karena mungkin
saja, kesalahan bukan hanya padanya.

Ingatlah…! Menekan diri
dengan mengatas-namakan cinta, justru mengundang badai pada hati yang
sedang kasmaran. Tidak ada rasa sukacita dalam jalan kehidupan yang
penuh tekanan. Pandang matanya, biarkan dirinya tahu apa salahnya.
Jangan kobarkan amarah, sebab, bila cinta masih ada di dada, penyesalan
'kan terucap.

Menciptakan keheningan sejenak, itu lebih baik
dari pada mencoba memaksakan diri untuk merubah pribadi dirinya agar
sama seperti bayang-bayang rupa ideal yang ada di dalam benak. Apabila
berkeras diri untuk tetap melakukan, itu sama artinya memperpendek
lembar-lembar kisah asmara.

Egomu, egoku... hempaskan jauh-jauh.
Karena hadirnya cinta, bukan berarti berhak mengagungkan egomu-egoku.
Kasih yang ditawarkan atau dijabarkan, dasarnya adalah mengasihi
dirinya seperti mengasihi diri sendiri. Namun akan lebih tepat lagi,
apabila segenap pernak-pernik kasih yang dinyatakan atau diungkapkan,
seperti upaya manusia mengasihi Tuhan.

Jangan pernah sia-siakan
cinta karena merasa diri lebih baik dari dirinya. Kehangatan cinta
dapat dirasakan apabila setiap bagian relung hati diisi oleh kasih,
yang indah dinyatakan kepada pasangan, tanpa harus ada kata-kata
menistakan, atau kekerasan hati yang kerap memaksa. Jadikan dirinya
teman, jadikan dirinya berharga di hati.

Jagalah pintu mulut dan
segenap sikap agar tidak sia-sia temaram yang tercipta oleh karena
tertindas oleh amarah dan perbuatan-perbuatan yang tidak perlu
dinyatakan. Jangan riuh sendiri, karena perlahan demi perlahan,
keriuhan itu akan mendatangkan murka atau kepenatan yang tidak
diinginkan.

Dahulu, sekarang… diri ini haruslah tetap sama.
Kepalsuan bukanlah kisah yang terus dipertahankan. Nilainya tidak
sebanding dengan keagungan cinta yang dijalani, tidak sebanding dengan
cinta kasih yang ingin diraih, dan tidak sebanding dengan pengorbanan
dalam ketulusan untuk menjaga rasa sayang.

Rasakan cinta dan
biarkan bernaung di dalam hati. Hadirkan lentera cinta, agar makna
pencarian itu, tidak berakhir dengan kepedihan.

"Aku sayang padamu..." akan berbalas : "Aku pun sayang padamu..."

Nyalakan segenap lentera cinta. Meski kecil terangnya, namun dalam terasa... tak akan kembali dengan sia-sia...

Jakarta, 28 Maret 2008

.Sarlen Julfree Manurung