Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Hanya Sebuah Novel

anakpatirsa's picture

Hanya sebuah novel, namun mampu membangkitkan sebuah gerakan anti perbudakan bahkan memicu sebuah perang saudara yang menewaskan lebih dari 600 ribu jiwa. Sebuah novel yang awalnya hanya berupa cerita bersambung di sebuah surat kabar bulanan, tetapi begitu mengharukannya sehingga surat kabar itu berpindah dari rumah ke rumah, akhirnya tidak terbaca lagi karena selalu basah kuyup oleh air mata.

Bagaimana orang bisa menahan air mata membaca cerita perempuan muda yang mengira akan segera bertemu suaminya ketika menaiki sebuah kapal yang menyusuri sungai Mississippi. Majikan lama tidak sampai hati memberitahu kalau ia dan bayi laki-lakinya sudah dijual. Tidak menyadari ketika sedang berdiri di tepi pagar memperhatikan kapal meninggalkan pantai, penjual budak mengambil bayinya yang sedang tidur untuk diserahkan kepada seorang pembeli. Malam itu ia berteriak, "O Tuhan! O Tuhan yang baik, tolonglah hamba!" lalu melemparkan diri ke sungai.

Menurut sebuah legenda yang tidak pernah bisa dibuktikan kebenarannya, ketika bertemu Harriet Beecher Stowe pada saat perang saudara masih berlangsung, Abraham Lincoln berkata, "Jadi inilah wanita kecil yang memulai perang besar ini." Wanita inilah yang menulis sebuah novel sebagai bentuk protes atas kekejaman dan ketidakadilan yang dilakukan bangsanya terhadap para budak. Sebuah novel berjudul "Uncle Tom's Cabin" atau "Pondok Paman Tom".

***

Penyebab utama perang saudara itu adalah masalah perbudakan. Negara-negara bagian selatan, sangat tergantung pada perbudakan untuk mendukung ekonominya. Orang-orang selatan ini menggunakan budak untuk menghasilkan panen, terutama kapas. Sedangkan negara-negara bagian utara mengilegalkan perbudakan, tetapi hanya sedikit yang aktif menentangnya. Masalah yang muncul adalah apakah perbudakan akan diijinkan di daerah barat yang baru didapat setelah perang Mexico (1846-1848), daerah itu termasuk New Mexico, sebagian California dan Utah.

Sebuah konflik militerpun muncul, memang bukan hanya perbudakan penyebabnya, tetapi setiap perang memang harus punya alasan yang bagus selain sekedar permainan politik. Sebelas negara bagian selatan membentuk sebuah Konfederasi dan terjadilah sebuah perang saudara yang berlangsung dari tahun 1861 sampai tahun 1865, ketika Konfederasi akhirnya menyerah kalah. Memberi kesempatan empat juta budak kulit hitam menghirup udara kebebasan serta menoreh sebuah luka yang belum bisa disembuhkan sampai lebih dari satu seperempat abad kemudian.

***

"Pondok Paman Tom", sebuah cerita yang dibuka dengan sepasang suami istri terancam bangkrut. Dengan berat hati mereka terpaksa berencana menjual dua orang budaknya, Paman Tom, seorang lelaki setengah baya yang sudah berkeluarga, serta Harry, anak budak perempuan sang istri.

Ibu Harry mendengar rencana itu lalu melarikan diri bersama anaknya, sedangkan Tom dijual dan dibawa ke sebuah kapal yang menyusuri sungai Mississippi. Di kapal inilah Tom bertemu lalu berteman dengan gadis kulit putih bernama Eva. Suatu ketika Eva terjatuh ke sungai, Tom menyelamatkannya. Ayah si gadis, Agustine St. Clare membeli Tom dan membawanya ke tempat mereka. Tom dan Eva pun makin dekat, apalagi mereka sama-sama memiliki iman Kristen yang begitu kuat.

Dua tahun berlalu, Eva sakit, sebelum meninggal, ia melihat surga dan membaginya kepada orang-orang di sekitar, membuat beberapa orang bertobat. Ayah Eva juga akhirnya meninggal dalam sebuah perkelahian. Sang istri menjual Tom kepada seorang pemilik pertanian yang jahat, Simon Legree. Di pertanian inilah Tom mengalami siksaan dan penderitaan yang tidak manusiawi. Simon Legree benar-benar berusaha keras membuat Tom berbalik dari imannya, tetapi Tom sama sekali menolak berhenti membaca Alkitab. Bahkan dalam penderitaannya, ia tetap menghibur budak-budak lain dengan segala kemampuannya.

Suatu saat, Tom hampir menyerah karena keadaan yang seolah-olah tanpa harapan itu. Imannya pada Allah benar-benar diuji dengan segala kekerasan di pertanian milik Simon Legree ini. Pada saat itulah, ia mengalami dua penglihatan; pertama melihat Yesus dan kedua melihat Eva. Memberinya semangat baru untuk tetap menjadi orang Kristen yang setia, bahkan setia sampai mati. Mati karena menolak mengatakan kemana dua orang budak melarikan diri. Pada saat menjemput maut, ia mengampuni dua orang yang menyiksanya serta berdoa supaya tuannya bertobat dan diselamatkan. Tergerak olah pribadi budak yang barusan mereka bunuh, keduanya eksekutornya menjadi Kristen.

Para pemilik budak di daerah selatan langsung bereaksi keras, mengatakan "Uncle Tom's Cabin" atau "Life Among the Lowly" merupakan sebuah cerita khayalan yang berlebihan. Menganggap kepemilikan buku ini merupakan sebuah perbuatan melanggar hukum di daerah mereka. Stowe bereaksi dengan menerbitkan "Key to Uncle Tom's Cabin", sebuah kumpulan cerita tentang para budak, kliping koran, dan fakta-fakta lain yang membuktikan detil-detil dalam novelnya.

"Pondok Paman Tom" juga mengakibatkan beberapa dampak negatif, seperti membentuk sebuah stereotip masyarakat kulit hitam Amerika, berupa Sam si pemalas yang selalu riang dan tidak memikirkan apapun sama sekali, sedikit seperti Donal Bebek; Eliza, Cassy dan Emmeline, wanita berkulit hitam manis produk sekaligus korban kekerasan seksual; bahkan nama Paman Tom sendiri menjadi stereotip orang kulit hitam yang begitu bersemangat menyenangkan hati orang kulit putih.

Dampak-dampak negatif itu memang sekarang membayangi tujuan awal si penulis, tetapi tidak ada yang membantah "Pondok Paman Tom" telah menjadi alat anti perbudakan yang sangat efektif. Bahkan beberapa orang berkata, novel inilah yang mencegah Inggris bergabung dengan pihak Konfederasi dalam perang saudara itu. Teriakan Stowe tentang nasib para budak telah terdengar, sebuah teriakan yang membangkitkan semangat anti perbudakan di Amerika Serikat.

Hanya dengan sebuah novel.

***

Sumber: