Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Hare Gene, [ternyata] Masih Ada yang Jujur

Purnawan Kristanto's picture

'Apakah benar ini pak Purnawan Kristanto?' tanya seseorang di seberang handpohone.
'Ya, benar,' jawab saya penasaran. Dari layar HP, nomor ini dari Jogja, tapi saya tidak kenal.
'Ketika menonton pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta, saya menemukan flashdisk,' jawab orang di seberang,'setelah saya buka isinya, saya menemukan nomor HP ini. Apakah Bapak kehilangan flashdisk?'

Saya mengiyakan. Kami kemudian membuat janjian bertemu untuk penyerahan flashdisk ini. Namanya pak Tomo, bekerja di sebuah instansi pemerintah di bawah Departemen Pekerjaan Umum. Kantornya ada di jalan Munggur Demangan.
Saya kehilangan flashdisk itu ketika mengambil gambar video pada pembukaan FKY, 7 Juni 2008 di depan gedung Agung. Saya masukkan flashdisk itu di saku celana. Karena keasyikan mengambil gambar, maka saya tidak menyadari kalau menjatuhkan flashdisk itu.

Saya sebenarnya tidak terlalu berharap mendapatkan kembali flashdisk itu. Kapasitasnya hanya 128 MB. Harga di pasar pun tidak terlalu mahal. Namun yang tak ternilai adalah data dan nilai historinsya. Di dalam flash itu terdapat data-data tulisan saya. Selain itu, flash itu yang menemani saya melewati masa-masa sulit ketika menjadi relawan di posko kemanusiaan. Lewat flash itu, saya menyebarkan informasi-informasi terkini seputar bencana gempa, baik lewat situs maupun lewat email.
Seandainya penemu flash itu memformatnya kemudian memakainya untuk kepentingannya, saya bisa memakluminya. Tapi pak Tomo ternyata berpikiran lain. Dia mau meluangkan waktu untuk menelepon saya, bahkan mau berkorban pulsa untuk itu. Ketika saya menemui beliau di kantor, dia segera mambuka laci meja kerjanya dan memberikan flash dengan ramah. Selain mengucapkan terimakasih, saya lalu menyerahkan dua bungkus oleh-oleh khas Klaten kepadanya. Mula-mula dia menolak. Menurutnya, dia mengembalikan barang yang hilang itu tanpa menginginkan imbalan.

Saya berkata,'Ini bukan imbalan, pak. Ini tanda persahabatan dari saya.'
Akhirnya pak Tomo bersedia menerima bingkisan saya.
Dari peristiwa ini, saya mendapat dua pelajaran:


1. Jangan nggebyah uyah atau meng-generalisasi

Saya punya anggapan orang yang menemukan flashdisk pasti akan memakainya untuk kepentingan diri sendiri. Atau setidak-tidaknya, hanya menyimpannya saja. Namun ternyata, masih ada orang yang tulus dan berbaik hati. Saya yakin tidak hanya pak Tomo saja punya hati seperti itu. Masih ada banyak orang yang punya keluhuran yang sama.


2. Jangan ceroboh

Ini penyakit lama saya. Saya ini kurang cermat dalam menyimpan benda. Kalau menerima uang kembalian, saya langsung memasukkannya di kantong celana, bukan di dompet. Kalau mau pergi, biasanya didahului dengan acara mengobok-obok meja kerja saya untuk menemukan kunci sepeda motor. Biasanya saya lupa dimana menaruh kunci itu.
Kamera digital saya juga pernah ketinggalan di tempat pemancingan. Untungnya pengelola pemancingan itu bersedia menyimpan kamera digital. Yang lebih parah lagi, saya dua kali meninggalkan PDA saya. Pertama, ketika jadi fasilitator pelatihan di Telkom, Jogja, saya pulang tanpa membawa PDA. Untunglah, bang Yudiman segera berlari menyusulkannya. Kedua, sebenarnya yang ini tidak sepenuhnya kesalahan saya. Saya dan isteri saya makan siang di luar. Saya pikir, PDA itu sudah dimasukkan tas oleh isteri saya. Ternyata ketinggalan. Ketika nomor PDA ditelepon, ternyata sudah 'diamankan' oleh pemilik rumah makan.
Saya masih mencari cara untuk menghilangkan 'penyakit' saya ini. Sungguh susah mengubah kebiasaan puluhan tahun ini. Mungkin karena jengkel, ibu saya pernah berkata, 'Hidung Wawan itu kalau tidak tertempel di situ, pasti juga lupa dimana menaruhnya.'
Saya pernah membaca artikel di internet tentang cara mengorganisasi barang-barang sehingga rapi dan mudah ditemukan kembali. 'Wah artikel ini sangat bermanfaat,' kata saya dalam hati. Saya lalu menge-print-nya dan menyimpannya. Tapi sampai sekarang saya belum menemukan dimana saya simpan artikel itu!

__________________

------------

Communicating good news in good ways

hai hai's picture

Ceroboh Bukan Pelupa

Saya sering ngomelin istri, "Udah kebelet baru mau bikin WC." Itu karena penyakit the last minute-nya. Semuanya diselesaikan pada detik-detik terakhir. Di samping itu dia juga sangat ceroboh, istilahnya lupa. Setiap kali mau pergi selalu saja ada yang lupa. Selain ngomel saya juga berlaku tegas untuk hal ini, Kalau lupa ya sudah, tidak ada yang namanya balik lagi. Apabila mau pergi-pergi, biasanya saya paling takut bila dia yang mempersiapkan barang-barang bawaan saya, karena dia tidak pernah membuat perencanaan, semua barang asal dimasukkan dan ada yang kelupaan atau tidak tidak cocok dengan tujuan perjalanan. Cecklist! Saya bukan orang dengan ingatan yang tajam, namun saya gunakan cecklist. Ketika mempersiapkan barang, ketika hendak meninggalkan suatu tempat, saya mengabsen barang-barang saya. Sejak menggnakan jurus ceklist, istri saya jarang lupa atau ketinggalan barang lagi. Penyakit kedua istri saya adalah menaruh barang sembarangan. Saya sering ngomel, "Kamu bukan menyimpan tapi ngumpetin barang!" Sampai hari ini penyakit itu masih belum sembuh-sembuh dan terkadang sangat menyebalkan dan sangat boros karena selalu beli barang baru. LUPA, itulah jurus yang selalu digunakannya untuk membela diri. Saya sering berkata kepadanya, LUPA itu adalah ketika kita mencari sesuatu di dalam ingatan kita namun tidak dapat menemukannya. Menaruh barang sembarangan itu bukan lupa namun CEROBOH. Saya tidak memiliki ingatan yang tajam, itu sebabnya saya selalu menaruh barang pada tempatnya. Salah satu adik saya yang dokter sama parahnya, dia ahli membongkar pintu mobil karena sering melakukannya. Kunci mobilnya sering sekali ketinggalan di dalam mobil. Saya lalu mengusulkan agar dia mengubah prosedurnya. Kuncilah mobil hanya dengan kunci mobil. Jangan letakkan kaca mata dan HP di meja ketika berkunjung ke tempat orang. Biarkan HP aman di kantong, sementara kacamata bila tidak digunakan, kaitkan di lobang kancing baju. Nah, Pak Wawan, itu sekedar sharing. Soal orang-orang baik di dunia ini, sebenarnya masih banyak walaupun kita justru sering salah faham dan menganggap mereka orang bodoh. Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Purnawan Kristanto's picture

Hemat Enerji

Terimakasih koh Hai Hai atas sharingnya. Saya beruntung istri saya cukup sabar menghadapi kekurangan saya, sebagaimana saya juga cukup sabar menunggu dia bersiap-siap jika ingin pergi ke luar. Saya sebenarnya menyadari kekurangan ini, tapi saya sering menganggap sayang kalau enerji dan waktu saya tersita habis hanya untuk merapikan hal-hal yang kecil. Saya punya pola pikir global dan kurang memperhatikan detil. Mungkin ini terpengaruh oleh watak Sanguin.
................................................................................................
__________________

------------

Communicating good news in good ways

Priska's picture

Terbukti, masih ada kan pak..

he he he... terbukti kan pak pur, masih ada yang jujur... wah, kata2 ibu pak pur, persis kata2 ibuku: hidungmu tu kalo tidak nempel, pasti degh, lupa juga... (kenapa ya, orang jawa selalu pake kata2 itu... ndak di klaten, solo, jogja, bahkan semarang pun juga... :P) "I can do all things through Christ who strengthen me"
__________________

"I can do all things through Christ who strengthen me"

Purnawan Kristanto's picture

Bukan khas ibu saya to?

Uppps...saya pikir ungkapan "hidungmu tu kalo tidak nempel, pasti deh, lupa juga..." itu khas ibu saya. Ternyata beredar di tempat lain juga.
__________________

------------

Communicating good news in good ways

hai hai's picture

Hidup Adalah Belajar Menjalani hidup

Saya menjalani hidup dengan menikmatinya. Ketika makan saya mengembangkan seni makan dengan nikmat. Ketika sikat gigi, saya mengembangkan seni menyikat gigi dengan nikmat. Ketika mandi saya mengembangkan seni mandi dengan nikmat. Ketika menghadapi kekurangan diri sendiri, saya mengembangkan seni mengembangkan diri dengan nikmat. Ketika menghadapi kekurangan istri, saya mengembangkan seni memahaminya dengan nikmat dan seni mengajaknya untuk menjalani hidup dengan lebih mudah.

Memang semuanya sangat mudah ketika diucapkan, namun berat ketika dijalani, namun saya berusaha menjalaninya, belajar dan belajar. Ada yang sudah saya pahami, ada yang sudah saya jalani, namun masih banyak sekali yang saya pelajari.
 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak