Submitted by erick on

Sore itu, entah lagi mau atau emang diperlukan, gw ngajar di posnya Sahabat Anak, Pejompongan. Anak siapa ga tau. Mereka mau dateng, ngumpul belajar. Jumlahnya 23 anak, range usia dari 5 sampai 9 tahun.

Anak tetap anak, mereka dalam belajar pun tetap bermain. Intinya mereka selalu bermain. Permainanpun ku persembahkan. Kita bermain dengan konsonan dan vocal. (Anak-anak itu masih belum bisa tulis loh) permainannya begini: Aku perkenalkan mereka kelompok vocal (A, I, U, E, O) ku biarkam mereka menyebut jari jempolnya dengan A, Jari telunjuk dangan I, Jari tengah dengan U, Jari manis dengan E, dan jari kelingking dengan O. Lalu group konsonan kutuliskan di papan tulis. Permainan ini sangat menyenangkan bagi mereka. Mereka sebut benda atau apa saja yang mereka mau sebut, kemudian bersama-sama kita menuliskannya. Semua bahu membahu mencari konsonan atau vocal dalam menulisnya sehingga bisa terbaca seperti benda yang diucapkan.

Ramai sekali anak-anak itu. Mereka mempunyai suara tinggi setenggi suara Mariah Carry!  

Kosa kata mereka lebih cenderung pada apa yang dekat dengan mereka. Mobil, Taxi, Rumah, Gitar, Pisau.... sangat sederhana. Yang membuatku aneh, mereka tidak menyebut kata sifat, abstrak. Hanya satu anak yang menyebut tim sepak bola unggulannya. Yah,... mereka adalah anak-anak sederhana.

Aku memikirkan mereka. Mereka tidak akan mampu bersaing melawan dunia.

Tuhan memberi aku waktu yang indah bersama mereka. Itu untukku, dan untuk mereka.... guru gratis yang mengajak bermain mempergunakan huruf..... (Aku berharap bukan hanya sebagai pembunuh waktu ketika bermain.)

Aku mengajar mereka berhitung. Menghitung dengan cerita. Sangat memprihatinkan, mereka tidak mengerti dimana matematikanya, hingga aku menjawantahkannya dalam bentuk pola tambah berderet, baru mereka dapat mengerjakan dengan mudah hitungan tersebut. Dengan hanya memperggunakan angka baru mereka mengerti. Tetapi mengapa mereka butuh waktu lama untuk berfikir matematik dalam bentuk cerita?

Sesungguhnya, berhitung dalam bentuk cerita, menghadirkan imajinasi, kekuatan akal, dan kerja (drive) untuk menyelesaikan masalah. Ini kurang diajarkan dalam pendidikan formal. (sayang sekali) 

Submitted by Rusdy (biasa, … (not verified) on Thu, 2008-04-17 16:26
Permalink

Ternyata aktif di 'Sahabat Anak'? Menurut situ, program-program SA efektif dalam membantu anak-anak secara holistik (tidak hanya kebutuhan fisik, melainkan yang lebih penting lagi: jiwa) ndak? Apa asal ngisi waktu dan buang duit? Penasaran aja gituu, soalnya belom pernah ketemu pekerja-pekerja yang terlibat aktif di lembaga-lembaga seperti ini nih ;). Apalagi, sedang marak-maraknya lembaga-lembaga yang kredibilitasnya 'diragukan'

Submitted by erick on Thu, 2008-04-17 16:56
Permalink

Hi Rusdi....
Apa kabar dibelahan dunia sana....?
Aku ga aktif SA, cuma sekali-sekali aja nemuin adik-adik yang "RaMe" itu.

Untuk tau bgm menurutku SA itu,Em....., jgn disini dong..... Di musuhin banyak orang nanti....
Smoga ga cuma ngisi waktu.
Soal buang-buang duit, kalo duitnya itu sudah direlain kasih,...... ga bisa minta reward dong.
Pekerja-pekerja disana; baik, kooperatip, punya misi yang ngebumi, dan sayang anak.
Kalo kredibilitas,.... saat ini mereka di posisi kredibilitas baik. Tapi itu ga statis pastinya.

Mau kenal dengan volunter disana? (Me?)

Submitted by erick on Fri, 2008-04-18 12:27
Permalink

Pengunjung...... pertanyaannya salah, jadi saya ga jawab.

kalau pertanyaannya: Kalau mau makan kuding ama kodok enakan dimana?, saya tau jawabnya.
Atau, makan kucing ama kodok enakan mana? pertanyaan ini juga saya tau jawabnya.

Atau, ..... pengunjung cuma mau alamat situsnya dikunjungi? yah!!!

Makan kodok bareng aku yuk!!!

Submitted by hai hai on Sun, 2008-04-20 23:20

In reply to by erick

Permalink

Suatu hari adik saya bertanya, bagaimana caranya menilai cocok jujur? Setelah memikirkannya beberapa hari aku baru menjawab pertanyaannya. Saat itu aku bilang, guru sekolah minggu dan guru anak-anak kecil paling gampang dinilai kejujurannya di samping itu juga dinilai karakter dirinya. Lalu adikku bertanya bagaimana menilainya? Lihatlah cara mereka mengajar dan cara mereka berinteraksi dengan anak-anak.

Beberapa saat kemudian adikku kembali padaku dan mengatakan ilmuku gak jalan sama sekali. Dia sudah melihat namun tetap gak bisa melihatnya. Saat itu aku tertawa ngakak dan berkata, "Bertanyalah kepada anak-anak didiknya! Mereka tahu guru yang jujur, guru yang berwibawa, guru yang cari perhatian dll, dll!"

Nah, erick, dari cerita kamu saya menilai kamu guru luar biasa! 

 

 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by Priska on Mon, 2008-04-21 21:07
Permalink

Wah, erik ikutan ngajar? Jadi pengen liat ni, gimana ekspresinya ya? Ada taste-nya ndak ni? ha ha ha...
Kalo kurang ekspresi & taste-nya, bisa bisa ntar diganti sama si obsesi sutradara yang baru itu lho... :P
Seepp degh... ngajar anak2 itu memang sangat menyenangkan dan membuat hidup lebih hidup...!!!