Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Jangan Dikira Aman-Aman Saja

Onekhesi Zega's picture

Pagi ini, saya membaca salah satu topik berita utama dari website koran SINDO: "Terancam Teror, Pengamanan Presiden Ditingkatkan".  Pada uraian selanjutnya ditulis demikian:

“Kalau dilihat situasinya cukup normal,kita jalan secara normal. Kalau sekiranya tidak,kita akan antisipasi semuanya dengan baik tanpa harus mengganggu yang lain,”ujar Marciano. Sejak ditemukannya bahan peledakdiJati Asih,Bekasi,Sabtu (8/8), Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono tidak melakukan perjalanan keluar hari itu.”
 
Bagaimana kita bisa pastikan bahwa keadaan hari ini aman-aman saja?  Saya kira ungkapan ini benar: "Lebih baik mencegah dari pada mengobati" atau "Sediakan payung sebelum hujan".  Ada satu kebiasaan buruk dari para pelajar dan mahasiswa yang malas, yaitu menunda pekerjaan rumah (PR) hingga pada hari penyerahan tugas. Jika sudah tiba waktunya, mereka menjadi sangat sibuk dan tidak sedikit yang panik, namun jika tidak ada jalan keluar untuk mendapatkan "kesempatan di tengah-tengah kesempitan", maka yang terjadi adalah kepasrahan, menyerah, kalah perang. Jika sudah demikian, maka yang mereka lakukan adalah membuat alasan akal-akalan dan mencari kambing hitam.
 
Belum lama ini dalam sebuah acara televisi swasta di Indonesia (saya hanya mendengar sekilas dan lupa nama acaranya) seseorang memberi komentar bahwa munculnya teroris di Indonesia karena syariat islam tidak dilaksanakan di Indonesia. Kenyataannya adalah berpuluh-puluh tahun tanpa pembicaraan mengenai syariat Islam, rakyat Indonesia tidak mendapat teror seperti yang sekarang ini. Pendapat seperti itu adalah alasan akal-akalan dan hanya mencari kambing hitam.
 
Oleh sebab itu, bangsa Indonesia seharusnya lebih waspada lagi dari hari-hari sebelumnya. Jangan dikira bahwa aman-aman saja.
 
Alkitab berkata, "Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin mereka pasti tidak akan luput." (1 Tes 5:3)
 
Keadaan bangsa kita sekarang ini sungguh-sungguh tidak aman, sehingga menciptakan ketidaknyamanan bagi masyarakat luas, bahkan kepala negara sendiripun ikut menderita ketidaknyamanan ini. Sekarang, di mana-mana orang-orang menjadi takut, kuatir, dan was-was. Oleh sebab itu, kiranya pengalaman ini dapat direnungkan dalam-dalam dan dibuat antisipasi jauh-jauh hari, serta selalu waspada di segala tempat dan waktu. Jangan hari ini di kira normal, tetapi tidak lama kemudian bom meledak, lalu semua orang, termasuk pemerintah jadi panik, lalu sibuk melakukan pengamanan di mana-mana. Yang jelas, kita harus selalu berjaga-jaga. Jangan sampai ada di antara keluarga (baca: bangsa) kita yang memakan suap sehingga menjual keluarganya (baca: bangsanya) sendiri kepada kawanan teroris. Kasihan sekali keadaan kita sekarang ini. Betapa tidak, kepala keluarga (baca: bangsa) sendiri menjadi tidak nyaman dalam rumahnya sendiri. Saya jadi teringat kepada peristiwa Daud ketika ia harus melarikan diri karena diburu oleh anaknya sendiri, Absalom (2 Sam 15). 
 
Mikha 3:5, berkata: "Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang."
 
Jangan dikira bahwa negri ini akan aman dan pulih dengan cara-cara yang dilakukan oleh para teroris ini. Hai bangsa Indonesia, jangan sampai engkau terprovokasi oleh omongan mereka yang sia-sia, seolah-olah bangsa ini telah jatuh miskin karena keinginan mereka belum terpenuhi.
 
Beginilah firman Tuhan bagi bangsa yang ingin dipulihkan keadaannya dan menikmati keamanan dari Tuhan:
"Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku, dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka" (2 Taw 7:13-14)
 
Setidaknya 4 tindakan awal dari sebuah bangsa yang akan dipulihkan:
1.    Merendahkan diri (kesombongan adalah awal kehancuran)
2.    Berdoa (jangan menghalangi rakyat untuk beribadah)
3.    Mencari wajah TUHAN (temukan Tuhan yang sudah menyatakan diri-Nya kepada manusia)
4.    Berbalik dari jalan-jalan yang jahat (berhenti berbuat jahat, bertobat dan berbalik 1800)
 
Hasil yang dijanjikan Allah:
1.    Doa didengar (bangsa kita memang berdoa, tetapi doa tanpa memenuhi persyaratan yang Allah inginkan di atas, pasti tidak didengar dan tidak dikabulkan)
2.    Dosa diampuni (cara-cara yang anarkhis, penghakiman massa, apalagi dengan pengrusakan tempat-tempat ibadah, telah menimbun murka Allah atas bangsa ini)
3.    Negeri dipulihkan (perkekonomian kita tidak kunjung membaik sebelum keempat persyaratan di atas diperhatikan oleh pemerintah dan rakyat kita)
 
Ya, Tuhan. Kiranya bangsa ini segera merendahkan diri, beribadah dengan bebas, menemukan Tuhan, dan berhenti dari berbagai perbuatan mereka yang jahat. Pada waktunya, ingatlah akan kesungguhan kami, maka dengarlah doa kami, ampunilah bangsa kami, dan pelihkanlah negeri kami, maka kamipun tahu bahwa kami ternyata aman dalam tangan-Mu. Dalam nama Yesus, Amin!