Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kasih Permen Karet

Purnomo's picture

      Belum aku mengeluarkan print-out tabulasi catatan keuangan Panti Asuhan, dia sudah mendahului bercerita tentang kenakalan anak-anak panti yang sudah SMK. Sekelompok cewek membuat surat petisi yang berisi kata makian kepada seorang pengasuhnya "anjing" dan bertanya solusinya kepadaku.


      "Seandainya pengasuhmu bersalah, mereka tidak boleh memaki seperti ini. Panggil orangtuanya beritahu apabila anaknya memaki pengasuhnya lisan atau lewat surat, terlebih lagi lewat pesbuknya, sekali lagi, anaknya harus dia ambil dari panti."
      "Apa tidak terlalu cepat langkah itu?"
      "Buang satu untuk menyelamatkan yang lain. Atau, ambil dia dari panti dan suruh tinggal di rumahmu."
      "Apa tidak lebih baik anaknya saja yang aku marahi tanpa melibatkan ortunya?"
      "Sukamu, aku tidak mau ikut campur. Aku membantumu hanya di bidang ini," kataku sambil menaruh berkas-berkasku di atas meja kerjanya.

      "Aku lihat pencatatan donasi natura suka-suka saja. Contohnya ini, terima gula pasir 5 kantong, tanpa dirinci kantongnya isi berapa kilo. Ada penerimaan beras tanpa menyebut kilogramnya. Kemarin aku sudah bilang kepada petugasnya agar dirinci khususnya untuk beras, gula, minyak goreng dan kecap agar tidak menimbulkan pikiran negatip. Aku sudah memberikan formulir baru yang menyediakan tempat cukup untuk menulis perinciannya."
      "Apa kamu tidak percaya kepada orang-orangku?" tanyanya.

      "Ada orang-orang yang berbisnis dengan kamu sudah lebih 5 tahun. Kamu percaya kejujuran mereka?"
      "Tentu."
      "Lalu mengapa ketika kamu mengirim barang kepada mereka, kamu minta tanda terima? Mengapa ketika mereka membayar hutang dagangnya kamu memberi pernyataan tertulis pelunasannya? Apa itu tidak menunjukkan kamu sebetulnya tidak memercayai mereka?"
      "Itu untuk mengingatkan. Orang bisa saja lupa."

      "Demikian juga dengan orang-orang di panti. Aku percaya mereka jujur, walau aku tidak bisa membuktikannya karena tidak tersedia pirantinya.Tapi mereka tidak tahu ketika aku tanya 1 dos kecap itu berisi berapa botol. Kalau tidak tahu mbokyao dibuka dosnya. Kamu pernah menghitung berapa jumlah donasi beras selama 1 bulan dan berapa pemakaiannya? Pasti tidak karena kamu percaya tidak mungkin ada orang yang mencurinya. Para pengasuh jujur, tetapi bagaimana dengan anak-anak? Kalau beberapa cowok sudah berani mencuri di supermarket, apalagi hanya memasukkan sekilo beras ke dalam tas sekolahnya waktu berangkat pagi untuk nanti dijual di pasar 5000 rph. Pernah anak-anak diperiksa tas sekolahnya sewaktu melintasi gerbang?"

      "Apakah pengetatan administrasi itu tidak membuat mereka berpikir kita tak punya kasih?"
      "Sebaliknya, aku tidak suka mereka digoda berbuat salah dengan memberi banyak kesempatannya. Tetapi ya terserah kamu lah, ini bukan kaplingku. Demi kasih kalau kamu menghutangi orang ya jangan ditagih kalau orangnya lupa bayar. Demi kasih kalau temanmu menuju jurang ya jangan diseret tangannya menjauhinya. Demi kasih kalau anak-anakmu kurang ajar ya gak usah dipenalti. Demi kasih kalau ada anak yg menelan sendok garpu waktu makan ya jangan ditegur. Itu kasih permen karet, lunak tapi bisa menyumbat tenggorokan, manis tapi tak pernah mengenyangkan."

** gambar diambil dari google sekedar ilustrasi.