Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ketika Saya Harus Berputar

clara_anita's picture

Jembatan menuju ke arah tempat tinggal saya terpaksa harus dibongkar karena rusak cukup parah. Saya sempat jengkel karena saya harus mengubah rute perjalanan ke tempat kerja. Sebenarnya kalau dilihat dari segi jarak, rute alternatif ini tak jauh beda. Tapi saya tetap enggan melalui rute tersebut. Alasannya sederhana. Saya hanya merasa tak nyaman ketika harus melewati jalan yang tak biasa saya lalui. Anyway, apa mau dikata. Mau tak mau saya harus ambil jalan putar.

Namun, kejengkelan saya tak berlangsung lama. Ternyata banyak yang bisa dilihat di jalan putar itu. Di rute alternatif tersebut, ternyata terdapat lebih banyak rumah yang saya lewati, dan saya bisa menyapa bapak, ibu dan anak-anak yang tinggal di jalan itu setiap pagi. Saya jadi lebih mengenal lingkungan sekitar saya. Ternyata juga, di rute putar ini, banyak tanaman yang menarik perhatian saya. Mata saya bisa disegarkan oleh rimbun pohon belimbing dan semarak warna-warni bunga.Pada rute putar ini, saya juga "menemukan" penjual bakpao yang cukup enak. Meskipun jalan yang ditempuh berbeda, pada akhirnya toh saya sampai juga di tempat kerja. Ah, ternyata tak selamanya jalan berputar itu buruk.

Berkaca kembali pada kehidupan saya, saya selalu mempunyai banyak rencana. Saya selalu merencanakan tahap-tahap dalam kehidupan saya dengan seksama. Ada rencana harian, bulanan, tahunan, lima tahunan dan seterusnya. Boleh dibilang semuanya berisi target-target yang harus saya capai. Seringkali target-target itu terpenuhi, tapi cukup sering pula rencana-rencana saya gagal total. Kegagalan sempat membawa saya ke ujung depresi. Saya sempat bertanya-tanya pada Tuhan bagian mana dari perencanaan saya yang salah sehingga saya gagal, tapi seolah Tuhan diam saja. Entah berapa banyak air mata yang saya teteskan karena kekecewaan itu, tapi seolah Tuhan tidak juga mengabulkan permohonan saya. Begitupun, seiring berjalannya waktu saya akhirnya menyadari bahwa jalan yang diberikan Tuhan ternyata lebih indah, dan saya ternyata lebih merasa "bermakna" di "jalan putar" yang sampai saat ini saya tempuh. Kalau memang rencana saya sesuai dengan rencana-Nya, saya yakin suatu hari nanti saya toh akan sampai juga ke tujuan semula. Saat ini saya hanya mengambil jalan putar.

Saya jadi teringat pada sebuah sajak, saya lupa pengarangnya dan tak hapal betul seluruh isinya tapi kira-kira isinya begini: Aku meminta pada Tuhan kupu-kupu yang indah, tetapi Ia memberiku beberapa ulat menjijikkan. Aku sedih, terpukul, dan kecewa. Tapi beberapa hari kemudian aku melihat ulat-ulat itu berubah menjadi kupu-kupu yang indah terbang dalam hembusan angin musim semi. Jalan Tuhan adalah baik

 

noceng's picture

rancanganKu bukanlah rancanganMu

setuju... "Rancanganmu bukanlah rancanganKu jalanmu bukanlah jalanKu" Tuhan tau yg terbaik buat kita....dan rancangan Dia yg terbaik buat kita..... kalo emang harus memutar....itu pasti buat kebaikan kita salam sobat