Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

dunia kerja

Josua Manurung's picture

Mengeluh Bukan Jawaban!

MENGELUH BUKAN JAWABAN!

selamat datang di dunia kerja...

tempat mencari...

segenggam berlian...

atau sesuap nasi...

untuk esok hari...

tempat dimana tidak ada

kawan sejati...

tidak ada...

musuh abadi...

yang ada hanya

kepentingan....

 

lalu orang akan saling sikut...

Rya A. Dede's picture

Kapan Gajian?

          Alih-alih menunggu waktu gajian yang tak pernah tepat waktu (kadang-kadang terlalu cepat, namun lebih sering terlambat), aku dan beberapa teman membuat pengelompokan orang di tempat kerja kami berdasarkan cara pandang orang tersebut terhadap gaji, dan kami menemukan tiga kelompok.
Inge Triastuti's picture

The Beauty and The Beast

the taxi driver

Ketika untuk pertama kalinya aku pergi ke Kuala Lumpur, warning yang diberikan teman kantor adalah be careful dengan orang Keling, especially the taxi driver. Malam pertama aku harus pergi ke sebuah gedung untuk keperluan dinas. Celakanya, semua taksi yang mangkal di depan hotel supirnya berkulit hitam legam. Apa boleh buat. Aku masuk ke sebuah taksi dan memberikan catatan alamat gedung itu kepada supirnya. Diam-diam aku menghafal nama supir dan nomor taxi itu yang tertera di kartu yang tertempel di dashboard. Baru berjalan sepuluh menit ia menghentikan taksinya di sebuah pertigaan. Ia berkata tak ingat benar lokasinya. Ia mau bertanya kepada orang di pertigaan itu. Aduh, pasti ia akan ngerjain aku, seperti yang sering dilakukan oleh supir taksi bila tahu penumpangnya tidak tahu jalan.

Inge Triastuti's picture

Haruskah perempuan bekerja?

Jika tidak, lalu buat apa sekolah tinggi-tinggi? Memangnya gelar sarjana yang biayanya sekian puluh juta hanya untuk pajangan di surat undangan pernikahan saja? Bukankah saat ini di Indonesia hak-hak perempuan sudah hampir setara dengan pria? Presiden dan menteri sudah ada yang perempuan. Pendeta perempuan yang dulu untuk waktu lama diharamkan, sekarang sudah ada di setiap kota. Di tempat kerjaku, salesgirl juga sudah ada sejak 10 tahun yang lalu. Jangan membayangkan ia dikawal ketika melakukan pekerjaannya. Ia menyetir mobil sendiri di Jakarta tanpa membawa asisten. CEO wanita bisa ditemukan di banyak perusahaan besar.

Inge Triastuti's picture

Sang Juragan

Seseorang pernah menulis sebuah kesaksian dan menyebut Tuhan dengan kata “Juragan”. Bagi saudara kita yang hidup dalam budaya Jawa kata ini tepat sekali untuk menggambarkan Kolose 3:24b “Kristus adalah tuan dan kamu hambaNya.” Juragan memberikan gambaran seorang tuan yang berkuasa atas hidup-mati pegawainya. Dengan demikian status pegawainya tidak berbeda dengan hamba yang harus bekerja tanpa cerewet, tanpa mempertanyakan haknya. Istilah ini tidak lagi terdengar karena dianggap berbau feodal, walaupun orang Jawa tahu juragan yang baik masih ada. Dia adalah orang yang tidak akan membiarkan pegawainya kelaparan atau menderita. Ia tidak sewenang-wenang mengambil anak gadis pegawainya jadi selirnya. Pintu gerbang rumahnya tetap terbuka bagi mantan pegawainya yang sekarang sudah sepuh dan tak lagi mampu bekerja.

Inge Triastuti's picture

Dipermuliakankah Allah di tempat kerja?

Aku bersyukur kepada Tuhan karena menuntunku melalui seorang seniorku yang Kristen ketika aku mulai bekerja. Bekerjalah dengan jujur, katanya. Jangan membawa pulang pinsil kantor biarpun panjangnya sudah seperti jempol kakimu. Walaupun kamu melihat ada orang melibas kertas kantor sampai satu rim, selembar pun jangan kamu pergunakan untuk menulis puisi cinta untuk pacarmu. Jangan minta surat istirahat dokter jika kamu hanya sakit kepala. Jika berhalangan masuk karena keperluan pribadi, mintalah ijin mengambil cuti sehari. Jangan bilang kepada bos tetanggamu meninggal dan kamu harus pergi melayat. Habis nanti penduduk seluruh RT-mu jika setiap kakakmu yang di luar kota datang menyambangimu, tetanggamu kamu laporkan meninggal. Jangan mencuri milik kantor biarpun itu hanya waktu semenit untuk mencat kukumu.

Inge Triastuti's picture

“Bapak Pimpinan Perusahaan

yang terhormat, saya memohon kebesaran hati Bapak untuk menerima saya bekerja. Saya bersedia bekerja apa saja,” begitulah penutup sepucuk surat lamaran kerja. Kalau proses seleksi surat lamaran memakai cara Idola Cilik, surat ini pasti lolos karena memancing banyak simpati sementara skilnya tidak perlu lagi dicermati. Surat itu aku singkirkan agar aku tak kena marah atasanku.

Inge Triastuti's picture

HARGA OBRAL : FRESH GRADUATE

Ibu tetangga ini datang lagi ke rumahku menanyakan lowongan kerja untuk puteranya yang sudah bergelar sarjana 2 tahun yang lalu. Kembali aku menjelaskan kalau perusahaan tempat aku bekerja sekarang lebih suka mengambil tenaga honorer yang bisa dipecat kapan saja tanpa banyak prosedur. “Tolonglah. Arian bolehlah. Yang penting dia kerja daripada di rumah ngadepin tivi mulu nonton sinetron,” jawabnya. Kebetulan perusahaan butuh tenaga pengatur gudang. “Di gudang? Anak aku itu insinyur. Sekolahnya mahal, kerjanya di gudang?” teriaknya sambil mendelik. Insinyur teknik sipil, perkapalan, apa elektro, tanyaku. “Insinyur pertanian!” Aduh Ibu, kalau insinyur pertanian memang tidak boleh kerja di gudang. Cocoknya dia kerja di desa bantu-bantu petani membuat saluran irigasi, gorong-gorong atau reparasi mesin giling padi sama mesin semprot wereng, jawabku asal.