Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Lucu

Purnawan Kristanto's picture

Lebih Ingat Satenya

12945575611917743069Saat menanam pohon di punggung Merapi, saya bertemu dengan warga desa Pijenan yang pernah mengungsi di tempat pengungsian yang kami kelola.

"Bapak yang pernah mentraktir sate untuk pengungsi 'kan?" sapa ibu itu. Saya mengangguk sambil tersenyum geli.

Sebenarnya bukan saya yang mentraktir. Saya hanya menjalankan amanat dari penderma. Namun bukan itu yang membuat saya geli. Yang membuat saya geli adalah mereka justru lebih ingat "sate"-nya daripada lembaganya.

Itu sebabnya, sejak awal kami memang sengaja tidak menonjolkan identitas lembaga, membentangkan spanduk atau menancapkan bendera di lokasi bencana (Kalau belakangan ini kami mengenakan seragam rompi itu demi alasan "keamanan." Saat itu ada beberapa "relawan palsu" yang mengail di air keruh. Mobil juga kami tempeli stiker logo lembaga karena akhir-akhir ini muncul "portal swasta" di sepanjang jalan menuju lokasi bencana. Dengan tempelan stiker ini, maka mobil kami bisa lolos dari pungutan warga).

Wapannuri's picture

Komentar-Komentar Pasar Klewer yang membuat saya tertawa!

Saya tidak bilang komentar - komentar ini lucu, yang saya katakan adalah komentar - komentar di bawah ini membuat saya tersenyum. Dan apa yang membuat  saya bisa tertawa ? 

Saya pikir, topik ini menarik sehingga kalau memungkinkan akan saya bagi menjadi beberapa bagian. Karena ada banyaknya komentar sedangkan waktu saya sedikit ! Semoga menghibur !

 

Purnawan Kristanto's picture

HP..oh..HP [Catatan Ringan Relawan 6] [updated]

Merapi

Handphone memiliki peran yang vital dalam kegiatan tanggap bencana di Merapi baru-baru ini. Meski sudah ada alat komunikasi radio (handy talkie dan rig), namun untuk berkomunikasi jarak jauh, HP benar-benar membantu kerja para relawan. Para pengguna telepon nir kabel ini cukup beruntung karena hampir semua wilayah di lereng Merapi dapat dijangkau oleh sinyal HP.

Purnawan Kristanto's picture

Korban Fitnah Intip

Prasangka itu bak pedang bermata dua. Di sisi baik, prasangka memudahkan kita dalam memandang sesuatu. Karena sudah mengenali pola-pola di masa lampau, maka kita dapat langsung dapat melakukan tindakan antisipasi tanpa perlu melakukan analisis yang njlimet lagi. Sebagai contoh, kalau ada pemuda yang menyanyi di depan rumah sambil memetik gitar, kita dapat langsung berprasangka orang itu hendak mengamen. Tanpa perlu menyelidiki lagi tujuan dia melakukan itu, kita dapat langsung melakukan tindakan: Memberi uang receh.

Akan tetapi simplifikasi yang berlebihan dapat mengarah pada fitnah. Ini sisi buruk dari prasangka. Kita dapat terjebak dalam pusaran arus generalisasi. "Kalau dia biasanya begitu, maka dia akan selamanya begitu," demikian prinsipnya tanpa menyadari bahwa manusia itu dapat berubah, juga tidak menyadari adanya faktor determinan lainnya.

Purnawan Kristanto's picture

Masak Air, Gosong

“Jangankan masak mie instan, masak air saja gosong ‘kok.” Inilah ucapan yang biasa dilontarkan untuk meledek orang yang tidak becus memasak. Namun ini benar-benar saya alami, memasak air sampai gosong!

Purnawan Kristanto's picture

Sok Kenal, Sok Dekat [SKSD]

Kata orang, wartawan yang baik itu harusnya hasil blasteran antara ilmuwan dan diplomat. Maksudnya, wartawan itu harus memiliki otak yang berpikir kritis seperti ilmuwan. Setiap informasi tidak ditelan mentah-mentah tetapi diverfikasi, diuji dan diperiksa kebenarannya. Di sisi lain, meski bersikap kritis [bahkan kadang skeptis], tapi wartawan harus mahir menjalin hubungan pribadi dengan narasumber, luwes dalam pergaulan dan tidak boleh malu-malu. Akan tetapi kalau terlalu sok kenal dan sok dekat juga dapat membuat malu. Inilah yang saya alami. Begini ceritanya.
Waktu itu, kami akan mengangkat laporan utama tentang kitab apokrif "Injil" Tomas.

Purnawan Kristanto's picture

Telapak Kakinya Jelek Banget

Jauh-jauh hari sebelum masuk sekolah, kami telah berusaha untuk membiasakan Kirana (3 thn), anak kami, terhadap lingkungan barunya nanti. Setiap ada kesempatan kami mengajak Kirana ke bakal sekolahnya itu. Mula-mula dia tampak canggung, tapi lama-kelamaan dia mulai menikmati suasananya. Dia mulai bermain perosotan, ayunan dan kotak pasir.

Purnawan Kristanto's picture

Larangan Lagu di Telkomsel

Persaingan antar operator seluler sudah sangat sengit. Akibatnya, TELKOMSEL melarang karyawannya menggunakan apa pun yang berkaitan dengan perusahaan pesaing. Untuk itu, TELKOMSEL melarang karyawannya menyanyikan lagu-lagu berikut. Alasannya, dalam syairnya terdapat kata-kata "MENTARI" (produk Indosat), "BEBAS" (Produk Excelcomindo) dan "CERIA" (milik Sampoerna). Jika ingin tetap menyanyikannya, maka mereka harus mengganti kata tersebut dengan "SIMPATI" Contoh: "Yesus segala-galanya, MENTARI hidupku" diganti Yesus segala-galanya, SIMPATI hidupku.

 

Purnawan Kristanto's picture

Santai Duyu......

Biar tidak terlalu serius terus, kita santai sejenak dulu ah. Tertawalah jika Anda anggap lucu, mumpung tertawa itu belum dipajaki

1. Operasi Ringan
Seorang pria berlari terbirit-birit keluar dari ruang operasi.
Isterinya yang menunggu di koridor rumah Sakit menjadi heran dan cemas.
"Apa yang terjadi?" tanya sang Isteri.
"Aku tadi mendengar perawat berkata, 'Nggak usah khawatir. Ini hanya operasi ringan, kok. Semuanya akan berjalan lancar,'" jawab Pria itu.
"Perawat itu berusaha menenangkanmu! Apa yang kau takutkan?"
"Bukan begitu. Soalnya, Perawat itu tidak berbicara kepadaku, tetapi kepada dokternya!!"

2. Menyembunyikan Pengungsi
Di Belanda, ada seorang kakek yang sedang mengakui di dosa di hadapan Pastur.
"Saya telah berdosa Pastor. Pada Perang Dunia II saya menyembunyikan seorang pelarian dari kejaran tentara Nazi di loteng rumah saya."
"Itu bukan suatu perbuatan dosa, Anakku."
"Tapi saya menarik ongkos 20 Gulden setiap minggu dan dia setuju."
"Itu tidak baik. Kalau mau menolong seharusnya tanpa pamrih. Tapi melihat situasinya, hal ini dapat dimengerti. Jadi, tidak apa-apa."
"Terimakasih, Pastur. Oh, ya satu pertanyaan lagi. . . ."
"Apa itu?"
"Apakah saya harus memberitahu dia bahwa perang sudah berhenti?"