Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Layang-Layang Terbang

pakdokter's picture

Ini
bukan judul puisi lah. Cuman pengen aja beri judul pakai kalimat Indo
dari buku The Kite Runner. Buku lama (1-2 tahun yang lalu ?) yang
pernah aku lihat di toko buku terbesar di kotaku. Yang menarik
penglihatanku tentang buku itu bukan gambar cover-nya atau judulnya.
Tetapi nama pengarangnya. Yang timur tengah banget menurutku. Khaled
Hosseini.

Maka dengan penasaran aku mulai baca. Apa bagusnya sampai dikatakan
sebagai New York Times Bestseller. Kemudian aku membaca kata
pengantarnya. Yang sampai hari ini aku cukup mengingatnya. Khaled
mengakui kalau naskah tersebut dia tulis untuk dirinya sendiri. Mungkin
jika selesai menulisnya dia hanya akan menunjukkan pada istrinya
Soraya. Setelah itu mungkin hanya akan mendarat di pinggir pojok
garasinya sebagai suatu karya tulis yang hanya setempo saja dan tak
akan banyak orang yang tahu atau membacanya.

Tentu sudah banyak pengamat pembaca buku yang telah menulis tentang
buku ini. Aku bukan mau ikut-ikutan, tetapi waktu aku membaca kata
pengantarnya, aku merasa bahwa buku itu ditulis dari pengalaman sang
penulis yang sebenarnya. Ada rasa ketulusan keiklhasan dalam
menceritakan pengalaman hidupnya. Melalui ingatan (memory) kehidupannya
yang dialaminya selama di Afghanistan sebelum penjajahan Uni Soviet.

Khaled sebelumnya hendak menulis tentang Taliban, tetapi dia merasa
bahwa banyak penulis yang telah menulis tentang Taliban yang lebih
berpengalaman dan mempunyai pengetahuan yang jauh lebih banyak dari
dia. Maka dia hanya memulai menulis ‘Afghanistan’ dari pengalamannya.
Yang cukup mengalir. Enak untuk dinikmati.

Khaled juga memberikan suatu wawasan yang ‘baru’ kepada pembaca
tentang Afghanistan yang selama ini hanya dianggap sebagai tanah air
Taliban penyebab teror. Meski dia kini tinggal dan hidup di negara
paman Sam, yang dijumpainya sangat berbeda antara Los Angeles dan Kabul.

Afganistan sebelum penjajahan Uni Soviet mungkin masih lebih baik
daripada pendudukan Taliban saat ini, menurut Kahled. Melalui The Kite
Runner, Khaled juga ingin pembaca mengerti bahwa Afghanistan yang
’sebenarnya’ adalah negara yang cinta damai dan indah. Kenangannya
tentang Afghanistan bagaikan layang-layang yang terhembus mengikuti
arah angin. Bagai Amir yang telah mengkhianati Hassan, sahabat baiknya
semasa kecil. Yang telah meninggalkan Hassan begitu saja ketika Hassan
diperkosa.

Rasa bersalah pun mengiringi Amir. Menipu diri, menjadi pengecut,
tak mengingat masa lalunya adalah satu-satunya pilihan. Seperti
layang-layang putus, sebagian dari dirinya terbang bersama angin. Masa
lalu yang terkubur senantiasa menyeruak kembali. Hadir membawa
luka-luka lama. Dan seperti layang-layang, tak kuasa menahan badai,
demikian Amir harus menghadapi kenyataan yang mewujud kembali.

Buku yang indah seperti apa adanya ditulis Khaled Hosseini dengan
baik, sehingga tidak heran telah dibaca oleh pembaca dalam 42 bahasa.
Keindahan buku ini bukan saja terasa ketika dibaca, bahkan hingga buku
ini selesai dibaca, keindahan itu rasanya masih tertinggal di hati.

The
Kite Runner buku Khaled Hosseini yang pertama dan menjadi sukses besar.
Dan buku pertama yang ditulis oleh orang Afghanistan dalam bahasa
Inggris. Tahun 2007 Dreamworks telah memproduksi The Kite Runner
menjadi sebuah film. Dari banyak pengkritik film, ada satu yang menarik.

Film yang ditonton tidaklah seperti yang diimajinasikan oleh
pembaca. Memang tidaklah mudah, adaptasi dari sebuah buku ke layar
perak. Pengkritik film lainnya juga mengatakan bahwa bagi penonton film
disarankan untuk membaca novelnya terlebih dahulu untuk lebih mengerti
film yang ditonton.

Khaled juga seorang penulis yang berani menceritakan tentang
Afghanistan dari sisi lain, yang tentu akan tidak menyenangkan bagi
otoritas di Afghanistan pada saat ini. dikabarkan pemutaran film yang
seharusnya sekitar bulan Oktober ditunda menjadi pada bulan Desember
2007, dikarenakan kekuatiran akan adanya unjuk rasa yang dapat terjadi
di Afghanistan (meski rencana distributor tidak akan memutar film
tersebut di Afghanistan, tetapi dikuatirkan DVD bajakan akan
bermunculan disana) dan akan membahayakan keselamatan para pemain
filmnya (konon beberapa pemain film pemeran ‘Amir - Hassan waktu kecil’
berasal dari Kabul Afghanistan).

Kalau anda sudah membaca buku ini, tokoh Amir merupakan gambaran
dari kita semua, dimana keegoisan kita hanya untuk diri kita sendiri,
bahkan dengan teman baik kita atau saudara kita sampai ortu kita,
mungkin kita akan bertindak seperti Amir, melarikan diri pada waktu
sahabat/ saudara/ keluarga kita dalam bahaya. Waktu senang bahagia,
mari kita bergembira bersama, tetapi waktu susah menderita, sorry bok,
itu urusan elo, gw ngga ikut-ikut.

Demikianlah sifat manusia yang berdosa. Dengan AnugerahNya yang
Ajaib (Amazing Grace - yang sering kita tak mengerti) sifat yang sangat
mementingkan diri sendiri dapat diubah menjadi 180 derajat. Manusia
yang super egois itu dapat menolong orang dalam kesusahan, bahkan
sampai mengorbankan dirinya sendiri.

Bukan, itu bukan usaha manusia yang dapat mengontrol dirinya untuk
dapat rela berkorban. Tetapi karena kuasa Allah yang telah bekerja
dalam diri manusia berdosa tersebut. Maka sayang sekali kalau banyak
manusia yang menyombongkan diri karena merasa dirinya super atau bisa
melakukan menjalani hidup ini tanpa Tuhan. Karena manusia dihadapan
Tuhan tak lebih dari debu (kecil) yang kotor menjijikan.

 

Go blog:

http://s0lide0gl0ria.wordpress.com/ 

Priska's picture

Sometimes manusia memang egois

Sebuah ulasan buku yang sangat menarik. Saya sih belum pernah baca buku itu. Tapi ulasan di atas membuat saya cukup tertarik. Memang begitulah sifat manusia, kalo' senang ya ayo.. rame-rame. Tapi kalo' susah ya silahkan tanggung sendiri. Tapi kita tidak boleh hanya melihat dari satu sisi keegoisan seseorang donk. Terkadang bukan orang tersebut tidak mau diajak susah bersama, tapi seringkali banyak keadaan lain yang menghimpit sehingga orang tersebut tidak bisa menemani dalam keadaan susah. Memang benar, Tuhan sanggup ubahkan orang. Tapi jangan hanya dilihat dari sisi orang yang egois. Mungkin memang itulah rencana Tuhan yaitu untuk mengalami "hal-hal" tersebut seorang diri tanpa ada teman untuk berbagi. Supaya setiap orang tidak mengandalkan satu dengan yang lain, tapi hanya menganalkan Kristus saja. GBU.
__________________

"I can do all things through Christ who strengthen me"

kristono's picture

Good review! .. kite runner!

Salam, wow.. thankz 4 info dan pencerahannya. apa ada yang lain yg .. bos! kris