Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

The Legacy of Faith

jusack's picture

2 Tim 1:5-6

Melalui ayat ini kita dapat melihat bagaimana Timotius belajar dan bertumbuh dalam imannya. Warisan yang ditaruhkan didalam kehidupan Timotius begitu berharga sehingga Paulus berkesan baik oleh kehidupan Timotius maupun nenek dan ibunya.

Perkara ini menjadi satu hal yang menarik ketika kita berhadapan dengan generasi saat ini. Kemajuan dan kemerosotan genereasi kita terwarisi oleh generasi terdahulu kita. Tongkat estafetnya terus berlanjut. Jika generasi terdahulu kita peka akan hal ini dan kita tanggap, maka dapat dibayangkan bahwa di setiap generasi ada gelombang rohani yang semakin kuat tentunya.

Sayang sekali perkara ini kurang di tangkap dari generasi ke generasi. Lihat saja bagaimana kita hari ini melihat puing-puing di Efesus (Turki) atau jejak gereja mula-mula yang sedemikian dahsyat kita baca di Alkitab sudah tidak tampak lagi. Warisan iman yang seharusnya melanda seluruh dunia dan memunculkan generasi Timotius.

Jika kita menganggap bahwa generasi kita adalah generasi akhir, yang artinya kita tidak meninggalkan warisan atau jejak bagi generesi selanjutnya, maka gelombang rohani pada generasi kita adalah gelombang puncak yang maha dahsyat. Namun jika ada generasi setelah kita maka kita harus meletakkan dasar, jejak dan warisan iman yang jelas dan berdampak pada generasi mendatang. Hal ini tergantung bagaimana kita menyikapi dan memandang posisi kita di generasi ini.

It is great to learn, it is not how to know the forms or steps of faith; but really live by faith with the relationship with the One who gave that faith.

 

Julius Tarigan's picture

@Jusack: Sebuah Refleksi yang Menarik!

Salam kenal, Jusack!

Refleksi yang Anda lakukan terhadap perkataan Paulus kepada Timotius itu, buat saya, cukup menarik. Anda mengulas mengenai "warisan iman" bertolak dari yang diterima Timotius dari nenek dan ibunya dan membawanya kepada semua orang Kristen di setiap generasi. Dan, Anda menekankan akan penting dan urgennya generasi sekarang ini menyadari mengenai soal  "warisan iman" ini.

Tetapi, mungkin perlu untuk ditambahkan bahwa "warisan" yang dimaksudkan itu bukanlah esensi dari iman itu sendiri. Sebab, seperti yang kita ketahui, iman itu (sesensinya) adalah berasal dari Allah. Jadi, tidak atau bukanlah warisan dari siapapun kepada kita. Lalu, dalam hal apakah iman itu merupakan "warisan" bagi kita? Yaitu, dalam hal pola dan content-nya. Pola beriman yang baik, yang diteladankan oleh orang-tua atau para pendahulu kita adalah sangat baik untuk kita teladani. Dan, hal-hal baik yang (telah) diimani (atau yang merupakan isi/content dari iman) mereka adalah sangat baik juga untuk kita terima atau "turun" kepada kita (yang ini sering juga disebut sebagai "tradisi iman"). Dengan demikian, setiap generasi yang berikutnya tidak perlu seolah-olah memulai dari nol lagi, dalam perjalanan dan pemahaman mengenai iman kekristenan itu.

(Hal itu jugalah yang telah membuat kemajuan di bidang ilmu pengetahuan sekarang ini begitu pesat. Itu karena para ilmuwan melanjutkan apa yang sudah dicapai oleh ilmuwan2 yang sebelumnya. Bayangkanlah, kalau setiap ilmuwan itu selalu harus memulai penyelidikan mereka dari nol, pastilah akan sangat lambat kemajuannya).

Begitu saja ya, Jusack, sekedar komentar (dan sedikit masukan) dari saya. GBU.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

jusack's picture

terima kasih

terima kasih buat masukannya.

pada dasarnya emang content dari iman lah (yang berasal dari Allah-bagaimana kehidupan takut akan TUhan dan pengenalan pribadi akan Dia) yang menjadi warisan kta bagi generasi ini. hal ini yg bs kita teladani dan diimpartasikan bagi generasi ini (dan selanjutnya).

wajah generasi kita kehilangan "figur iman" karena terlalu banyak "wajah pelayanan" yang berorientasi pada "bentuk/materi"...ini saja yg menjadi keprihatinan saya...kehidupan beriman tergilas dengan banyak hal (yang bahkan berbau rohani)

ajakan saya sederhana : pembelajaran iman dan pengenalan akan Allah dari generasi terdahulu kita dan kehidupan pribadi yang kelak kita wariskan bagi generasi ini dan mendatang...