Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mengenang 4 Tahun Tsunami Aceh (4CHRIST)

Mengenang 4 Tahun  Tsunami Aceh
Dipublikasi Artikel blog by 4CHRIST

Tepat empat tahun pada tanggal yang sama, tepatnya Minggu, 26 Desember
2004 pagi bumi ini berduka, khususnya bangsa kita. Tanpa ada
tanda-tanda, tanpa ada persiapan tiba-tiba gempa bumi dahsyat disusul
oleh naiknya air laut setinggi lebih dari  2 meter menyapu bersih
ujung
pulau Sumatera. Aceh adalah propinsi terparah akibat serangan gelombang
tsunami tersebut, ribuan jiwa melayang dan kerugian materi tak
terhitung
jumlahnya.
4 tahun sudah peristiwa itu terjadi. Tsunami oh tsunami, benar-benar
tidak memiliki rasa kemanusiaan. Peristiwa itu tidak saja menghancurkan
apa saja yang diterjangnya, tapi hingga kini masih menyisakan duka
nestapa dan berbagai macam persoalan kemanusiaan yang belum
terselesaikan oleh bangsa kita.
Seorang teman sempat melontarkan pertanyaan iseng pada saya saat
melihat dan mendengar berita dahsyatnya tsunami Aceh 2004 lalu.
"Kemana Tuhan pergi, sampai hal terburuk dalam kehidupan manusia
itu melanda umatnya?" "Kenapa Ia tidak berbuat
sesuatu?"
Saya hanya mampu berbicara dalam hati, Oh, Tuhan pasti punya rencana.
Benarkah?
Saya tidak tahu, sebab yang saya tahu rencana Tuhan adalah rahasia
Tuhan.
Sejak purba kala, ketika Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden, Bapa
(maaf, Allah saya ganti Bapa) telah membekali 2 manusia tersebut dengan
pakaian yang dibuatNya sendiri dari kulit binatang. (Baca Kej. 3 : 21),
ini artinya bahwa pakaian yang dikenakan Adam dan Hawa bukan saja untuk
menutupi tubuh mereka dari rasa malu, tetapi juga melindungi tubuh
mereka dari gejolak alam yang akan membahayakan mereka.
Bapa-Pencipta langit dan bumi ini telah mengetahui apa yang akan
terjadi bila manusia keluar dari Taman Eden. Panas terik matahari akan
membakar kulit, hujan badai akan menghempaskan tubuh, suhu bumi akan
menusuk tulang mereka. Coba, kalau anda hidup di iklim dingin anda
pasti
mengenakan pakaian yang menghangatkan, dan ketika berjemur terik
matahari akan menggunakan krim tabir surya. Semua itu kita lakukan
untuk
melindungi tubuh kita daripada gejolak alam semesta ini.  
Secara turun temurun manusia telah dikaruniai akal dan pikiran dengan
tingkat intelektual yang paling tinggi diantara semua ciptaanNya.
Renungkan barang sejenak, kalau saja Dia tidak memberikan bekal kepada
manusia untuk menjalani kehidupan di dunia, pastilah amukan badai serta
fenomena alam lainnya telah menghabiskan manusia sejak dahulu kala.
Nah, dengan bekal-bekal itu manusia secara tidak disadarinya telah
terselamatkan dari marabahaya yang mengancamnya. Saya yakin Bapa
Pencipta langit dan bumi ini menciptakan sesuatu dengan tidak sesuka
hatinya, lihatlah matahari beserta susunan tata suryanya berjalan
sesuai
dengan tugasnya masing-masing. Kalau pada akhirnya susunan bentuk bumi,
yang katanya ilmuwan ada lempeng anu di benua anu, saya yakin itu
adalah
akibat dari tugas-tugas yang dilaksanakan sendiri oleh unsur-unsur bumi
ini. Seperti kita bebas mau berbuat apa saja kepada sesama kita, bebas
mau pergi dan makan sesuka hati kita-walau untuk orang-orang percaya
telah diberikan tuntunan tentang apa yang harus dan tidak boleh
dilakukan. Demikian alam semesta ini, pastilah juga memiliki
unsur-unsur
yang membuat sebab menjadi akibat, dan akibat yang ditimbulkannya itu
tidak terfikirkan olehnya akan membuat anak manusia menderita.
Seperti halnya manusia alam pun pastilah punya hubungan sebab akibat
yang erat dengan apa yang ada di sekitarnya. Satu contoh, ketika
manusia
dengan seenaknya sendiri menebang hutan, apa yang terjadi? Banjir
bandang tak bisa dielakkan ketika hujan tercurah dari langit.
Meneliti fenomena alam semesta adalah sesuatu hal yang mustahil bisa
dilakukan, mungkin beberapa orang berpendapat demikian. Tapi saya yakin
Tuhan telah membekali manusia untuk berbuat sesuatu agar habitat
manusia
bisa diselamatkan. Seperti janji Tuhan kepada Nuh, bahwa manusia tidak
akan dihukum lagi dengan air bah. Maka kalau banjir bandang terjadi di
beberapa daerah di nusantara ini pastilah tidak akan memusnahkan
manusia
di bumi ini. Tuhan sudah punya rencana sendiri tentang apa yang akan
Dia
lakukan untuk menghukum manusia. Ya itu akan terjadi di akhir jaman.
Kembali pada tema kita "Tsunami Aceh" ini, mungkin mukjizat
Tuhan tidak nampak oleh kita, tapi justru pada pasca bencana itulah
hingga saat ini Tuhan hendak menunjukkan kasihNya kepada manusia. Yang
Dia lakukan adalah melalui orang-orang percaya yang diharapkan untuk
bisa bersatu dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial yang
sampai kini masih tersisa, walau mungkin hanya sekedar doa.
Jember, 26 Desember 2008