Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Natal dan Krisis "Eko" (Essy Eisen)

 Natal dan Krisis "Eko"

Dipublikasi Artikel blog by Essy Eisen
 
Bagi saya Perayaan dan Peringatan Natal Yesus Kristus adalah sebuah
"titik mengaso" dan "mengisi perlengkapan" dalam ziarah hidup ini.
(orang zaman dahulu menyebutnya"pos pengumben"). Pada titik itu, memori
saya kembali diisi dengan kenyataan bahwa Allah itu peduli dan
kepedulian-Nya itu habis-habisan (all-out). Dia yang serba maha, mau
menjadi serba terbatas, agar yang serba terbatas itu menikmati secercah
pengharapan untuk menikmati kedamaian dan kesejahteraan.
Allah konsisten untuk berbagi Diri dalam membarui dunia ini. Di seputar
kelahiran Yesus Kristus sebagaimana dikisahkan Injil-Injil, saya
menjumpai orang-orang dari beragam status sosial, pemikiran, kuasa,
melebur dan berpadu untuk menjadikan dunia lebih baik.
Para malaikat (makhluk ilahi), Para Majus (mistikus dan filsuf), Para
gembala (jelata), Para rohaniwan/wati (Zakharia, Elisabet, Simeon,
Hana), sampai individu-individu awam berdarah bangsawan dari klan Daud
(Yusuf dan Maria) menjadi aktor-aktris yang karena tindakan mereka
kelak
dunia tercerahi. Memang dalam ingatan itu ada juga para antagonis
(Herodes dan antek-anteknya). Mereka memberikan impresi pencekalan akan
upaya-upaya pembaruan dan pencerahan dari Allah.
Mengingat kembali drama kehidupan mereka membuat saya merenungkan
krisis yang ramai akhir-akhir ini, yaitu krisis yang serba "eko".
Krisis
Ekonomi Global dan Krisis Ekosistem Global. Dunia yang kini menjadi
"kecil" (kemudahan transportasi, komunikasi) ternyata membuat banyak
orang lebih membentengi diri untuk mencari dan memenuhi kepuasan diri
sendiri. Orang tidak ramah kepada lingkungan hidup (flora, fauna dan
tata atur alamiah alam). Orang terus saja mencari keuntungan, kekayaan
tanpa memperhatikan keseimbangan ekonomi dunia. Negara kaya lebih
banyak
menggunakan akal budi ketimbang nurani.
Natal Yesus Kristus membuat saya tersadar betapa berita kelepasan dari
Allah tetap aktual. Damai Sejahtera dapat diraih, dinikmati, oleh
banyak
orang, pada saat mereka mau berbagi diri untuk menjadikan dunia ini
lebih baik. Para aktor-aktris pada waktu kelahiran Yesus adalah
orang-orang dari beragam status sosial, pemikiran, kuasa dan
kepentingan. Namun mereka mau dicerahi oleh kuasa ilahi untuk
mempersilahkan Yesus Kristus hadir di Bumi.
Bagi saya, mempersilahkan Yesus Kristus hadir di Bumi (me-natal-kan
Yesus Kristus) saat ini berarti, mempersilahkan akal budi, nurani dan
segenap keberadaan diri untuk mencontoh sikap dan karya Yesus Kristus
dalam dunia. Para pengiman dan pengikut Kristus ialah mereka yang mau
berbagi diri dan taat mendengar sapaan ilahi untuk membarui bumi
ketimbang merusak bumi dan tatanan kehidupan di dalamnya. Krisis "Eko"
terjadi karena banyak orang tidak mau tinggal dalam satu atap (eko dari
kara oikos, yang artinya rumah). Untuk mengakhiri krisis "eko" tidak
ada
tindakan lain selain mau berbagi diri dan berkorban karena kita pada
dasarnya tinggal dalam satu atap di Bumi ini.
Pada saat itu diamini, Natal Yesus Kristus sungguh berarti dan hakiki.