Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Imago Dei

Adama Sihite's picture

Imago Dei (Kejadian 1 : 27)

Saya adalah orang yang tidak setuju dengan teori Darwin yang mengatakan bahwa nenek moyang manusia adalah hewan primata, yaitu keluarga monyet dan kera. Sebelum kita bicara tentang hal yang serius, ada sebuah banyolan tentang hal ini. Yaitu bila Darwin mengatakan nenek moyang manusia adalah monyet, apakah Darwin pernah bertanya kepada para monyet tentang apakah mereka bersedia menjadi nenek moyang kita? Jangan-jangan monyet tidak sudi menjadi nenek moyang manusia. Jadi mari kita tidak setuju dengan teori Darwin itu.

Ini seriusnya! Firman Tuhan dengan begitu jelas mengatakan bahwa Allah menciptakan kita manusia menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Ada teladan dan pencitraan Allah di dalam diri manusia. Hal ini bicara tentang nilai-nilai etis dan moral yang berada di dalam manusia yang seharusnya sesuai dengan standar Allah sendiri. Bila kita mengatakan bahwa Allah itu kasih, adil dan bertindak benar, maka seharusnya manusia yang adalah gambar dan rupa Allah (bahasa teologisnya “Imago Dei” – Imago berarti gambar, Dei berarti Allah). Selain itu, sebagai Imago Dei maka hanya manusialah satu-satunya makhluk hidup ciptaan Allah – di luar para malaikat – yang memiliki relasi atau hubungan dengan Allah secara pribadi. Inilah fitrah kita sebagai manusia.

Sayangnya dosa merusakkan semuanya. Relasi dengan Allah rusak. Relasi dengan sesama manusia rusak. Relasi dengan alam semesta juga rusak. Puji syukur, Tuhan Allah kita tidak tinggal diam. Ia datang sendiri dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus untuk menyelamatkan dan menebus kita dari perhambaan dosa. Hanya melalui Tuhan Yesus-lah kita menjadi ciptaan baru – menjadi Imago Dei, gambar dan rupa Allah sendiri, yaitu kembali ke fitrah kita sesungguhnya. Hanya dengan melalui Tuhan Yesus sajalah (lihat Yohanes 3:16; 14:6) kita beroleh selamat dan hidup yang kekal. Semua adalah kasih dan anugerah Tuhan Allah kita yang perlu disambut dengan iman dan percaya serta kesetiaan dan ketaatan kepada-Nya. Dengan demikian, kita kembali ke fitrah kita, Imago Dei.

Selanjutnya, sebagai gambar dan rupa Allah, seluruh warga gereja terpanggil untuk hidup dalam damai dengan seluruh umat manusia lainnya meski punya perbedaan. Maka mulailah itu dengan, mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri kepada saudara-saudara kita umat muslim. (Pdt. Adama)

__________________

Adama

adamasihite.blogspot.com