Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Peristiwa Teater

Miyabi's picture

menunggu godot

Anda mungkin suka menonton film, atau mungkin suka membaca puisi. Anda bisa menonton film berkali-kali, dan bisa merapalkan puisi yang sama setiap pagi. Namun teater menjadi istimewa karena ia adalah peristiwa dan Anda tidak bisa membeli dan membawanya pulang seperti koleksi novel di lemari buku Anda.

Teman saya jatuh cinta pada seorang aktris teater. Lebih tepatnya jatuh cinta pada sosok perempuan itu di panggung. Dia tidak pernah melakukan pendekatan, dan cuma menikmati sensasi kegairahan atas imajinasinya sendiri terhadap perempuan itu. Seorang teman saya yang lain begitu ingin menonton "Menunggu Godot" karya Samuel Beckett, dan tak juga kesampaian. Video rekaman ataupun membaca naskahnya berulang tetap tak mengobati kerinduannya.

Saya ingat pertama terpukau oleh pementasan Death and the Maiden karya dramawan Chili, Arie Dorfman.. Dari situ pula saya berkenalan dengan satu nomor dari Schubert dengan judul yg sama. DI akhir pertunjukan seorang pemusik cello tunggal memainkan lagu ini: mencekam. Saya tetap di ruangan sampai layar tertutup. Bengong. Rasanya seperti minum dua cangkir dobel espresso yg benar-benar enak. Lemas dan tak bisa beranjak.

Dari drama Ariel Dorman inilah saya paham soal perempuan dan kekuasaan. Bukan lewat teori dan konsep-konsep. Namun lewat peristiwa yang disuguhkan di hadapan saya pada sebuah panggung dalam sebuah ruang remang yang disebut teater.

Dalam teater, semua detail memiliki makna. Dan makna disampaikan bukan meluludengan kata-kata, namun lewat musik, lewat bunyi, lewat gerak, lewat mimik, lewat suasana, lewat peristiwa.

"Kita memperoleh makna nggak cuma dengan mendengar kata-kata. "kata teman saya. "Itu sebabnya orang bercapek-capek naik onta, beresiko terinjak-injak di terowongan mina, melempar kerikil sambil memayangkan sedang menimpuk setan."

Peristiwa oh peristiwa, siapa yang bisa menghadirkannya kembali? Peristiwa Yesus? Paulus cuma bisa menuliskan sebagian saja. Yohanes cuma bisa memaparkan sebagian saja.

Anak Domba Allah, Yang menghapus dosa dunia... kasihanilah kami.

 

__________________

".... ...."

PlainBread's picture

Menunggu Godot

Saya pernah nulis blog di SS versi lain Menunggu Godot. Kalo anda mau berkomentar di sana, saya akan sangat berterima kasih :) Sayangnya bagian ketiga atau yang terakhir belum saya post, masih ragu apakah saya harus menaruhnya di SS.

Panggung teater memang beda, setidaknya buat saya. Ada kesan mistis, aura yang aneh dan atmosfer yang berbeda yang saya dapatkan setiap nonton teater apalagi yang berkesan.

Isi blog yang bagus, Miyabi. Saya senang membacanya.

sandman's picture

@Miyabi ini teh susu?

Saya ingat pertama terpukau oleh pementasan Death and the Maiden karya dramawan Chili, Arie Dorfman.. Dari situ pula saya berkenalan dengan satu nomor dari Schubert dengan judul yg sama. DI akhir pertunjukan seorang pemusik cello tunggal memainkan lagu ini: mencekam. Saya tetap di ruangan sampai layar tertutup. Bengong. Rasanya seperti minum dua cangkir dobel espresso yg benar-benar enak. Lemas dan tak bisa beranjak.

 

Lagunya mana linknya? jadi tidak mencekam nich malah penasaran...

__________________

Miyabi's picture

@sandman

lhaaa itu kan udah ditaruh link youtube nya

http://www.youtube.com/watch?v=2Yy9szBIKCw

tp di situ yg main 4 orang

__________________

".... ...."