Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Hakim tanpa jabatan dan gaji

Melvin Silitonga's picture

    "Tolol....! Bodoooohhh, Guoblook...!" (dengan tereakan khas orang Batak). Itulah perkataan yang paling sering keluar dari mulutku ketika ada orang lain yang tidak sependapat denganku.
Aku akan dengan mudah mengatakan kepadanya bahwa dia itu tidak mengerti apa yang aku maksud karena dia terlalu bodoh untuk bisa mengerti jalan pikiranku.
Aku senantiasa merasa bahwa aku selalu lebih baik dari orang lain, dan aku juga merasa bahwa aku bisa melakukan jauh lebih baik dari apa yang sudah dilakukan orang lain, padahal aku sendiri belum pernah melakukannya.
    Semua orang dalam pandanganku merupakan orang yang kastanya lebih rendah dari padaku, sehingga aku akan memandang rendah mereka. Dan juga dengan semena-mena aku akan mengatakan sesuatu yang menurutku itu benar, sekalipun kemungkinan orang yang menerima atau mendengarnya akan menjadi marah dan kecewa.
Aku tidak peduli apa pendapat orang, karena prinsipku adalah setiap uneg-uneg yang ada dalam pikiranku harus aku lepaskan, atau dengan kata lain aku harus mengalami kelepasan dari uneg-unegku, dan aku tidak mau tau apabila orang-orang yang mendengar akan mengalami kemasukan oleh karenanya.
"Aku tidak peduli apapun. Titik!" Itu adalah prinsip bagiku.
    Sampai sekali waktu aku mengalami hal yang sama seperti yang biasa aku lakukan kepada orang lain. Dan ternyata itu sangat menyakitkan, apalagi ketika aku diperlakukan seperti yang aku biasa lakukan, bagaimana rasanya dihakimi tanpa belas kasihan. Rasanya seperti seorang terdakwa tanpa pembela di hadapan puluhan para pendakwa dengan wajah yang mencibir...pfuihh..
Sialnya aku tidak bisa membalasnya, karena orang yang melakukannya memiliki kekuasaan lebih besar dari padaku...(hiks .. hiks..).
"Sial..sial, kapan dia tidak beol malam-malam, ntar kusantet.." geraman dan kemarahan rasanya meluap di dada. Untung aja waktu itu tidak ada orang yang bisa kujadikan sansak tinju, kalau ada, wah betapa sial nasib orang itu.. he he he..
Lama baru aku bisa memaafkan dan merima kejadian itu. Lama baru aku bisa menyadari bahwa seperti itulah rasanya dihakimi oleh orang lain, yang rasanya ternyata nggak uenak! (seperti gaya iklan mie instant)
    Setelah kurenung-renungkan, ternyata selama ini apa yang kulakukan kepada orang lain adalah perbuatan yang menyakitkan bagi mereka. Ketika orang lain berusaha menyampaikan maksud hati dengan tujuan adanya penerimaan dariku, aku balas dengan perkataan: "Seperti anak kecil aja. Tidak tahu malu. Belajar jadi dewasalah. Tolol, goblok, bodoh, dan lain-lain."
Ah, rupanya selama ini aku sudah menjadi hakim atas sesamaku, aku sudah menilai orang lain sesuai dengan pandanganku sendiri. Padahal siapa aku sehingga aku layak untuk menghakimi mereka?
Kusadari kini, bahwa aku telah menjadi seorang hakim tanpa yang tanpa jabatan dan tanpa gaji atas sesamaku.
   

__________________

Di dalam Dia tersembunyi segala Harta Hikmat dan Pengetahuan
God bless u
Melvin

Samuel Franklyn's picture

Kisah nyata hidup saya

Dulu sekali saya pernah bekerja di sebuah perusahaan. Pada mulanya semuanya lancar-lancar saja. Akan tetapi pada tahun ketiga saya bekerja atasan saya diganti. Atasan yang baru ini sebetulnya nggak kompeten dalam bidang pekerjaan yang saya tekuni. Eh atasan ini mulai cari gara-gara. Mungkin dia takut tersaingi saya. He he he. Sampai akhirnya dia menegur saya dengan keras dihadapan semua karyawan yang lain. Pada saat saya mau bicara menanggapi teguran dia eh dia malah pergi. Beberapa hari kemudian saya sedang bekerja malam eh dia malah menelepon dan menegur lagi hal yang lain. Ketika saya tanggapi dia malah tutup teleponnya. Wow. Sungguh manusia pengecut. Beberapa hari kemudian saya mengirim e-mail kepada dia dengan isi cuma 1 kalimat: "Fuck You Asshole". Sejak saat itu saya tinggalkan perusahaan tersebut walaupun pada saat itu saya belum punya kerjaan baru dan tidak tahu mau kerja dimana. Kalau saya yakin benar maka saya tidak akan segan-segan memaki apapun konsekuensinya. Mau mati, mau hidup, mau miskin, mau sengsara. Gua juga nggak peduli yang gua maki itu kuasanya lebih besar. Mau dia raja atau presiden sekalipun gua nggak bakal mundur kalau gua yakin diri gua benar. Gua nggak berminat cari perkara tapi kalau orang cari perkara sama gua maka gua nggak bakal mundur. Beda yah sikap kita? Bwa ha ha ha.

Melvin Silitonga's picture

SF, dulu akupun seperti itu..

He he he..., dulu akupun seperti itu. Cuma dah semakin tua (sok tua ya..), dan ketika anak2 dah semakin besar, yang mana mereka dah pandai meniru, akhirnya aku berusaha berubah. Walaupun kadang2 masih gagal jugak tuh.

 

__________________

Di dalam Dia tersembunyi segala Harta Hikmat dan Pengetahuan
God bless u
Melvin

teograce's picture

tuaian

haduh, baca comment sf jadi teringat peristiwa dulu.. dulu waktu iseng-iseng kerja pas kuliah, pernah ada suatu kejadian.. saya melabrak manager saya.. udah ga tahan lagi aja, sama sikapnya dan anteknya yang notabene berlabel kristen, tapi kelakuannya.. haduhhh... kalo inget aja bisa kesel lagi nih.. haha... bis itu, saya cabut dah.. hahaha.. hepi nya setelah melabrak dia.. :p

sikap yang ga patut dipertahankan sih.. tapi kalo udah ga tahan lagi, meledak, udah ga mikir apa-apa..

baca blog melvin, buat saya inget, tuaian.. apa yang udah saya lakuin, saya pasti bayar tuaiannya.. cepat atau lambat.. ngeri juga kalo inget-inget.. tapi yah.. apa yang harus dibayar, yah tuaiannya ga bisa dihindari, yang penting jangan diulangi lagi sebisa mungkin, dan lebih dari itu, udah ada pengampunan.. hohoho... thx God..

__________________

-Faith is trusting God, though you see impossibility-

Erfen Gustiawan Suwangto's picture

@ SF: ente selalu senang

@ SF: ente selalu senang mencari pembenaran dgn memakai ayat yang mendukung ente utk memaki. Nggak tau dech apa ente itu suka dimaki di dunia nyata (oleh atasan misalkan) shg senang memaki di dunia maya. Yg pasti org kyk ente malah bisa menjadi penghasut spt tulisan ente sendiri. Bagaimana tidak? Setidaknya Yesus dan Paulus tdk  secara terus-menerus berkata keras jika memang tidak ada alasan yang jelas. Lagipula apa ente sudah berkontribusi banyak dalam gereja dan masyarakat spt Yesus dan Paulus shg merasa paling benar?? Menyuruh org introspeksi diri tp diri sendiri tdk pernah introspeksi. Ente tdk menyeimbangkannya dgn firman, "Kamu melihat selumbar di mata saudaramu, tp balok di matamu tidak." Tp setidaknya ane suka ama ente yg msh py identitas jelas di dunia maya ini.

PlainBread's picture

@Melvin Melihat = Menghakimi

Menurut saya setiap orang menghakimi. Makanya Yesus menyuruh kita menghakimi dengan adil.

Kalo kita lihat isi alkitab, ada ratusan bahkan ribuan contoh soal menghakimi. Bilang ular beludak itu menghakimi. Bilang besar imanmu itu menghakimi. Panca indera kita, kita pakai untuk mengamati dunia di luar diri kita. Sukur2 bisa mengamati diri kita juga. Hasil dari pengamatan itu adalah judgment. Penghakiman. Terlepas apakah hasilnya terlihat positif atau negatif.